Khilafatul Muslimin Maknai Pergantian Tahun sebagai Momentum Kemajemukan
December 29, 2025 10:19 PM

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung – Khilafatul Muslimin menyambut momentum pergantian tahun 2025–2026 sebagai refleksi kebangsaan untuk memperkuat kemajemukan dan persatuan nasional.

Juru Bicara Khilafatul Muslimin, Abu Salma, mengatakan bahwa pergantian tahun atau tahun baru dimaknai sebagai kontribusi moral dan spiritual bagi pembangunan nasional. Pandangan tersebut disampaikan dalam seminar bertajuk “Menakar Peran Khilafatul Muslimin dalam Membangun Negeri” yang diselenggarakan oleh Media Anak Negeri, Senin (29/12/2025).

Menurut Abu Salma, forum dialog publik tersebut menjadi ruang klarifikasi sekaligus komunikasi terbuka antara Khilafatul Muslimin dengan masyarakat dan pemerintah. Ia menilai kegiatan tersebut penting untuk meluruskan berbagai kesalahpahaman serta membangun jembatan komunikasi yang sehat dalam bingkai kebangsaan.

Ia menjelaskan, konsep khilafah yang dipahami Khilafatul Muslimin kerap disalahartikan sebagai gerakan politik kekuasaan. Padahal, kata dia, khilafah dimaknai sebagai wadah ukhuwah atau persaudaraan umat Islam dalam menjalankan ajaran agama secara personal maupun berjamaah.

“Kami tidak memiliki niat sedikit pun untuk merongrong kedaulatan negara atau mengubah sistem politik di Indonesia,” ujar Abu Salma.

Terkait simbol negara, Khilafatul Muslimin menegaskan penghormatan terhadap Bendera Merah Putih tidak bertentangan dengan keyakinan mereka. Menurutnya, penggunaan simbol negara dan budaya lokal, seperti Siger di Lampung, tidak mengubah nilai keislaman yang dianut.

Abu Salma menambahkan, kontribusi Khilafatul Muslimin tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga menyentuh aspek mental dan spiritual masyarakat. Selama puluhan tahun, pihaknya melakukan pembinaan agar warga menjadi pribadi jujur, taat hukum, dan menjauhi kemaksiatan.

“Kami ingin mewujudkan masyarakat yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,” katanya.

Ia juga menegaskan bahwa Khilafatul Muslimin bersifat terbuka terhadap dialog ilmiah dan akademis untuk menguji gagasan secara objektif. Menurutnya, keberadaan organisasi tersebut merupakan bagian dari kekayaan bangsa dalam bingkai kebhinekaan.

Sementara itu, Humas Khilafatul Muslimin, Ustaz Zulmar, menanggapi anggapan bahwa organisasinya ingin mengubah ideologi Pancasila. Ia menyebut narasi tersebut muncul karena kurangnya pemahaman dan dialog langsung.

“Berkhilafah bagi kami adalah ibadah, bukan gerakan politik,” kata Zulmar.

Ia menegaskan tidak ada ajaran Khilafatul Muslimin yang bertentangan dengan Pancasila. Menurutnya, pimpinan Khilafatul Muslimin telah menyatakan bahwa Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Zulmar juga menyampaikan bahwa semangat kebersamaan diwujudkan melalui berbagai kegiatan sosial, seperti pendirian pondok pesantren tanpa bantuan negara, bakti sosial, pengobatan gratis, serta layanan bekam dan hijamah di berbagai daerah di Indonesia.

“Kami menjunjung tinggi persatuan bangsa. Nilai persatuan dalam Islam sejalan dengan sila Persatuan Indonesia,” pungkasnya.

( Tribunlampung.co.id / Bayu Saputra )

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.