BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - MELUAPNYA air sungai di wilayah Desa Kunyit, Kecamatan Bajuin, Tanahlaut (Tala), tak cuma menyebabkan badan jalan serta puluhan rumah kebanjiran. Banjir juga menenggelamkan area kebun hortikultura petani hingga rusak dan gagal panen.
Di tepi jalan aspal jalur Kunyit-Atilam, dekat jembatan arah ke Danauwaringin Desa Pemuda Kecamatan Pelaihari, sejauh mata memandang yang terlihat hanya hamparan air. Kebun tersebut berubah bak danau. Hanya di bagian tepian yang masih terlihat tanamannya.
Sebagian besar merupakan tanaman ubi jalar (rambat) ungu. “Ada juga sebagian timun dan beberapa jenis sayuran lainnya. Tapi paling luas ubi jalar,” sebut Sardi, salah satu pemilik kebun di wilayah setempat, Senin (29/12).
Luasan ubinya saya mencapai 27 borong atau hampir satu hektare (1 ha=35 borong). Padahal tanaman tersebut menjelang masa panen, sekitar satu atau dua hari ini.
Bayangan mendapatkan uang jutaan pun telah terlintas di pelupuk mata. Namun semua itu mendadak sirna seiring meluapnya air sungai setempat yang turut membanjiri kebun mereka.
Kebun timunnya pun juga bernasib sama, tenggelam. Dipastikan juga mati dan gagal panen.
Padahal harga timun dikatakannya saat ini sedang bagus yakni mencapai Rp 5.000 per kilogram. Kebun timunnya 30 borong. Sekali petik (panen) biasanya dapat satu ton.
“Saya baru sekali panen kemarin, eh sudah keburu kebanjiran. Padahal kebun timun ini bisa dipanen hingga 20 kali,” tandas warga RT 13 Dusun 1 Desa Pemuda ini.
Baca juga: Jembatan Tumingki Loksado Putus Disapu Banjir, Pemkab HSS Ajukan Peminjaman Jembatan Bailey
Kerugian serupa dialami seluruh petani yang memiliki kebun di wilayah tersebut. Sardi menyebut total hamparan kebun ubi di wilayah setempat tak kurang dari sepuluhan hektare.
Masih di Danauwaringin Desa Pemuda, ada sekitar 30 rumah warga setempat yang kebanjiran. Ketinggian genangan di atas lantai bervariasi, rata-rata sekitar 20 sentimeter. Namun ada juga yang hingga satu meter seperti rumah yang dihuni Junaidi.
Ada tiga rumah yang bersebelahan dengan rumahnya. Semua adalah rumah anggota keluarga yaitu rumah anak (Siti Zulaiha) dan rumah keponakan. Rumah Junaidi berada di tengah.
“Sudah ngungsi semua ke rumah keluarga yang aman. Tinggal saya saja yang bertahan. Rumah saya sementara tak bisa diinapi karena kedalaman mencapai semeter,” papar Junaidi.
Dirinya dan istri tidur di rumah anaknya. Ada ranjang yang masih aman atau tidak tenggelam sehingga bisa untuk tempat istirahat. Namun untuk aktivitas lainnya seperti memasak, juga tidak bisa karena genangan di dapur juga masih dalam.
Junaidi dan istri memasak di tanggul sungai di depan rumahnya. Ia mendirikan tenda kecil di situ untuk memasak sekaligus tempat istirahat saat siang.
Diketahui permukiman padat penduduk di kawasan Sawahan, Kelurahan Pelaihari, dilanda banjir sejak akhir pekan dan masih berlangsung hingga Senin (29/12).
Warga menduga banjir merupakan air kiriman dari wilayah hulu. “Di sini tidak hujan, tapi air tetap naik. Ini air kiriman dari atas,” ujar Anang, warga Sawahan.
Pantauan di lapangan menunjukkan genangan air merendam ruas jalan di sekitar simpang tiga dekat Langgar Darul Fallah. Di Jalan Perintis II, sekitar 30 meter jalan terendam hingga ke muara yang terhubung dengan Jalan Sawahan.
Sementara di Jalan Sawahan sendiri, genangan mencapai sekitar 50 meter dengan kedalaman rata-rata 20 sentimeter.(roy)