Hasil Pemeriksaan, Polisi yang Bunuh Adik Ipar Bermotif Sakit Hati dan Ingin Kuasai Harta Korban
December 30, 2025 01:14 PM

 

TRIBUNJOGJA.COM, SURABAYA - Anggota Polres Probolinggo, Bripka AS tega menghabisi nyawa adik iparnya sendiri karena ingin menguasai harta korban.

Pelaku mengajak teman kecilnya, SY untuk menghabisi nyawa adik iparnya, FAN (21) dengan cara mencekiknya hingga tewas. 

Jenazah FAN kemudian dibuang oleh korban di Pasuruan dalam kondisi tertelungkup, mengenakan jaket hitam, celana panjang warna krem, serta helm berwarna pink.

Adapun Bripka AS saat ini sudah diamankan oleh petugas dan ditahan di Polda Jawa Timur.

Dikutip dari Kompas.com, motif pembunuhan itu terungkap setelah penyidik melakukan pemeriksaan secara intensif terhadap pelaku.

Dalam pemeriksaan, polisi juga berhasil menemukan fakta baru bahwa pelaku sebelumnya juga sempat mengambil uang sebesar Rp 10 juta milik korban. 

Dirreskrimum Polda Jatim Kombes Pol Widi Atmoko mengungkap, berdasarkan hasil pemeriksaan, ada dua motif utama pembunuhan, yakni sakit hati dan ingin menguasai harta milik korban.

 “Yang kami temukan dan sudah kami yakini ada dua yaitu sakit hati dan ingin menguasai harta korban,” kata Widi Atmoko, Senin (29/12/2025).

Motif ingin menguasai harta korban itu, lanjut Widi Atmoko, diperkuat dengan temuan penyidik bahwa tersangka pernah mengambil harta korban.

 “Karena kami mendapatkan beberapa jejak yang bersangkutan sudah mengambil harta korban,” ujarnya.

Bripka AS juga diketahui pernah mengambil uang korban sebesar Rp10 juta.

“Uang (korban) yang baru diambil Rp10 juta,” ungkap Widi.

Dalam kasus ini, pelaku diproses secara pidana dan kode etik.

FAN diduga dibunuh oleh kakak iparnya sendiri, seorang anggota Polres Probolinggo Bripka AS dan dibantu temannya SY.

 Setelah dibunuh, jasad FAN dibuang dan ditemukan di Pasuruan dalam kondisi tertelungkup, mengenakan jaket hitam, celana panjang warna krem, serta helm berwarna pink.

Tubuh korban lalu dievakuasi dan dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya untuk dilakukan otopsi.

Berdasarkan hasil otopsi, korban dibunuh dengan cara dicekik. Hal itu dibuktikan dengan adanya luka lebam di bagian tubuh korban.

Sementara itu dikutip dari Surya.co.id, ayah korban, Ramlan mengakui kalau hubungan pelaku dengan korban tidak harmonis.

Tak hanya dengan korban, hubungan terduga pelaku dengan kakak pertama korban juga tidak harmonis.

Ramlan sendiri mengaku terakhir kali berkomunikasi dengan korban pada 14 Desember lalu.

Saat itu korban menghubunginya untuk diisikan token listrik.

Setelah itu tidak ada komunikasi lagi dan dirinya akhirnya mendapatkan kabar kalau putrinya ditemukan meninggal dari pihak kepolisian.

"Sebelum anak saya ditemukan meninggal dunia, dari CCTV kos nya itu terlihat dijemput oleh ojol. Kemudian tahunya kalau anak saya meninggal dunia keluarga dihubungi Polres Pasuruan setelah identitasnya diketahui dari sidik jari," kata Ramlan, Rabu (17/12/2025).

Baca juga: Puting Beliung Terjang Dua Desa di Bogor, 55 Rumah Rusak

Setelah mendapatkan informasi dari kepolisian soal kematian anaknya, Ramlan langsung meminta 2 sopir pribadinya dan Bripka AS yang saat itu sedang berada di rumahnya sendiri di Kecamatan Kraksaan untuk datang ke rumah sakit Bhayangkara Watukosek, Sidoarjo.

Menurut Ramlan, selama ini korban merupakan bendahara keluarga.

Dia pun menduga pembunuhan terhadap anaknya itu dilatarbelakangi karena pelaku ingin menguasai harta benda milik anaknya tersebut.

"Anak saya ini kayak bendahara keluarga," jelas Ramlan.

Terlebih, kata Ramlan,  saat ditemukan, beberapa barang anak saya seperti HP dan dompet yang berisi ATM tidak ditemukan.

"Tapi ATM nya sudah diurus dan sudah diblokir," pungkasnya.

Baca juga: Puting Beliung Terjang Dua Desa di Bogor, 55 Rumah Rusak

Kronologi Penemuan Korban

Adapun mayat korban pertama kali ditemukan oleh seorang petani jagung yang hendak pergi ke sawah pada Selasa (16/12/2025) pagi sekitar pukul 06.30 WIB.

Saksi saat itu memarkirkan kendaraanya di sekitar jembatan.

Saat melihat ke arah sungi, saksi melihat tubuh seorang perempuan berada di aliran sungai kecil dan tidak bergerak.

Saksi kemudian memanggil warga lain sebelum akhirnya melaporkan temuan tersebut ke Polsek Wonorejo.

Pihak kepolisian yang menerima laporan segera mengamankan lokasi dengan memasang garis polisi untuk keperluan penyelidikan.

Kapolsek Wonorejo, AKP Sugiyanto, mengatakan, petugas Inafis Polres Pasuruan langsung dikerahkan ke lokasi untuk melakukan identifikasi awal.

Karena tidak ditemukan kartu identitas seperti KTP atau barang bukti lainnya di sekitar korban, petugas melakukan pemeriksaan sidik jari guna mengenali identitas gadis tersebut.

Hingga pemeriksaan awal selesai, identitas korban belum diketahui secara pasti, namun dipastikan berjenis kelamin perempuan dan berusia masih muda.

Tindik di pusar jadi petunjuk

Kasat Reskrim Polres Pasuruan, AKP Adimas Firmansyah, menjelaskan bahwa pengungkapan identitas ini berhasil dilakukan setelah tim Inafis mengidentifikasi sidik jari serta ciri fisik tertentu pada tubuh korban.

Salah satu ciri fisik menonjol yang ditemukan petugas adalah adanya tindik pada bagian pusar.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, korban bernama Faradila Amalia Najwa (21), kelahiran 15 April 2004, yang beralamat di Dusun Taman, Desa Tiris, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo. 

Lebih lanjut, Adimas menyatakan bahwa korban merupakan putri dari pasangan Ramelan dan Siti. 

Pihak kepolisian pun telah menjalin komunikasi dengan keluarga korban untuk keperluan pemeriksaan lebih lanjut sekaligus proses penyerahan jenazah kepada pihak keluarga.

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.