TRIBUN-TIMUR.COM - Dua pemain Super League menjadi korban rasisme usai melawan Persib Bandung.
Keduanya Victor Luiz dan Yance Sayuri.
Victor Luiz merupakan pemain PSM Makassar.
Yance Sayuri pemain Malut United. Ia juga pernah berseragam PSM Makassar.
Yance Sayuri terlebih dahulu menjadi korban rasisme.
Insiden ini terjadi pasca Yance Sayuri terlibat benturan dengan kapten Persib Bandung di Stadion Kie Raha, Kota Ternate, Maluku Utara pada Minggu (14/12/2025).
Baca juga: Tak Ada Libur Tahun Baru, PSM Makassar Tancap Gas Persiapan Lawan Borneo FC
Kala itu Marc Klok coba membangun serangan balik usai Malut United kehilangan kesempatan dari tendangan sudut pada menit 38 detik 11.
Marc Klok mendrible bola, Yance Sayuri berusaha menghentikan. Benturan tak terelakkan.
Kaki Marc Klok mengenai kaki kanan Yance Sayuri, sehingga keduanya terjatuh.
Saat terjatuh Marc Klok tampak menarik celana Yance Sayuri.
Yance Sayuri merespon spontan dengan gerakan seperti memukul.
Usai pertandingan, kolom komentar akun Instagram Yance Sayuri @yansayuri11 berisi serangan bernada rasisme.
Sejumlah akun menulis komentar merendahkan.
Bahkan, ada yang mengirim gambar bernuansa rasis, ilustrasi menyamakan manusia dan binatang.
Kolom komentar akun Instagram Yakob Sayuri tak luput dari serangan rasisme.
Padahal kakak Yance Sayuri ini tak bermain melawan Persib.
Yakob Sayuri absen karena dijatuhi sanksi larangan bermain.
Yance Sayuri mengunggah video pendek dan keterangan di Instagram pribadinya @yansayuri11, Selasa sore.
Dalam video itu memperlihatkan Yance Sayuri berjalan sendiri saat pertandingan melawan Persib.
Dalam keterangan video itu, Yance Sayuri mengakui kesalahan atas tindakan ke Marc Klok.
Akan tetapi, ia menyayangkan teguran dilontarkan kepadanya sampai berujung rasisme.
“Saya pribadi tahu kalau kesalahan yang saya buat kemarin sangat salah dan tidak profesional tapi bukan berarti kalian mau tegur saya dan kasih masukan dengan kata rasis,” demikian ditulis Yance Sayuri di Instagram pribadinya @yansayuri11.
Ia pribadi telah meminta maaf kepada Marc Klok setelah pertandingan berakhir.
Bahkan, permohonan maaf juga disampaikan lagi kepada Marc Klok melalui pesan di media sosial.
Namun, serangan rasisme terus terjadi. Tidak hanya ditujukan kepadanya, tetapi juga kepada keluarganya.
“Anak dan istri saya tidak ikut bertanding di dalam lapangan kemarin. Terus kenapa kalian rasis istri dan anak saya yang tidak tau apa-apa sema sekali,” tulis pemain berusia 27 tahun itu.
“Kalian panggil anak saya monyet, anjing, babi, anak durhaka, anak yatim piatu dan anak hewan.
"Kalian boleh rasis saya, tapi mohon dengan sangat hormat jangan pernah rasis anak saya yang belum tahu apa-apa sama sekali,” tambahnya.
Walau mendapat serangan rasisme, Yance Sayuri tetap sabar. Ia justru mendoakan orang-orang yang menghinanya diberikan kesehatan.
Sementara Victor Luiz menjadi korban rasisme setelah melawan Persib Bandung Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (27/12/2025).
Laga ini dimenangkan Persib Bandung 1-0 atas PSM Makassar.
Serangan rasisme dialami Victor Luiz diduga buntut perseteruan dengan bek sayap Persib Eliano Reijnders di menit 91.
Victor Luiz kala itu mengirim umpan ke Jacques Medina.
Namun, Eliano datang menghantam Victor Luiz dari sisi kanan, sehingga membuatnya terjatuh.
Kedua pemain bersitegang hingga adu kepala.
Untungnya asisten wasit melihat kejadian itu langsung melerai.
Namun, pasca pertandingan kolom komentar Instagram Victor Luiz dibanjiri ujaran kebencian dan rasis.
“BLACK MON***,” tulis salah satu komentar.
Sanksi Pelaku Rasisme
Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Makassar, Muhammad Ibnu Maulana Ruslan, menyebut komentar ujaran kebencian dan rasisme dialami Victor Luiz masuk unsur pidana.
Pelaku rasisme di media sosial ini bisa dikenakan Pasal 28 Ayat 2 juncto Pasal 45A Ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2024 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Transaksi Elektronik (UU ITE).
Ancaman pidananya enam tahun penjara dan denda paling banyak Rp 1 miliar.
“Pelaku ini bisa dilaporkan ke polisi karena secara langsung menyerang ras dan warna kulit,” sebutnya saat dihubungi Tribun-Timur.com, Senin (29/12/2025).
Ibnu menjelaskan, jika penghinaan kepada pemain dari suporter lawan, berarti perspektif kriminologinya bergeser dari sekadar luapan emosi individu menjadi fenomena konflik antar kelompok dan identitas sosial.
Dalam teori identitas sosial di kriminologi itu ada dua pembagian.
Pertama, in group. Suporter merasa harus setia dan membela kelompoknya sendiri.
Kedua out group. Suporter lawan dianggap sebagai musuh.
Dampaknya, demi meningkatkan harga diri kelompok sendiri, suporter cenderung merendahkan atau melakukan dehumanisasi terhadap kelompok lawan.
“Menghina pemain lawan dianggap sebagai cara untuk menang di luar lapangan,” jelas Sekretaris Gugus Kendali Mutu FH Unismuh Makassar ini.
Ia menambahkan, secara kriminologis, rasisme dalam sepak bola bukan sekadar ejekan antar suporter, melainkan sebuah ancaman serius yang memiliki dampak sistemik.
Jika dibiarkan, fenomena ini menciptakan lingkungan yang memicu tindak kriminal yang lebih luas.
Rasisme dalam sepak bola adalah pintu masuk menuju disintegrasi sosial.
“Saya mengingatkan, diam terhadap rasisme verbal adalah langkah awal menuju pembiaran kekerasan kolektif,” sebutnya.
Ia pun menyarankan, PSSI membuat regulasi spesifik mengenai pelaku rasisme di sepak bola.
Sebab, kondisi serupa berulang terjadi. Sebelum Victor Luiz, pemain Malut United Yakob Sayuri dan Yance Sayuri juga alam serangan rasial media sosial pribadinya.
Bahkan, dua pemain asal Kepulauan Yapen Papua itu sudah dua kali mengalami rasisme di tahun ini. Keduanya terjadi pasca pertandingan Malut United melawan Persib.
“Rasisme di sepak bola ini tak boleh dibiarkan. Harus ada tindakan tegas dari federasi,” tegasnya.
Ibnu sangat menyesalkan, sepak bola yang menjunjung tinggi fair play dan sportivitas dirusak oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
"Sepak bola itu menjunjung tinggi sportivitas. Jadi jangan dirusak dengan kasus aksi yang tidak terpuji," ucap dosen berusia 29 tahun itu. (*)