Kasus DBD di Klaten Turun Drastis, Leptospirosis Jadi PR Baru
December 30, 2025 08:01 PM

 

 

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN – Menjelang akhir 2025, Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten mencatat jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Bersinar mencapai 511 kasus dengan tiga angka kematian.

Jumlah tersebut menurun drastis dibanding tahun 2024 yang mencapai 1.256 kasus dengan 31 kematian.

“Jadi sangat menurun drastis dibanding tahun lalu, terutama untuk angka kematiannya,” ungkap Kepala Dinkes Klaten, Anggit Budiarto, Selasa (30/12/2025).

Anggit mengapresiasi kinerja jajaran Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan masyarakat.

Menurutnya, masyarakat semakin memahami bahaya DBD sehingga aktif memberantas jentik nyamuk dan tanggap terhadap karakteristik maupun gaya penularan penyakit tersebut.

Data Kasus Penyakit di Klaten 

  • DBD 2025: 511 kasus, 3 kematian.
  • DBD 2024: 1.256 kasus, 31 kematian.
  • Leptospirosis 2025: 155 kasus, 27 kematian.
  • Leptospirosis 2024: 37 kasus, 9 kematian.

Kendati kasus DBD menurun, Anggit menyoroti problem baru yakni meningkatnya kasus leptospirosis.

Tahun ini tercatat 155 kasus dengan 27 kematian, jauh lebih tinggi dibanding tahun 2024 yang hanya mencatat 37 kasus dengan 9 kematian.

“Kami akui untuk angka kematiannya memang sangat tinggi dibanding dengan kasus yang ada,” ujarnya.

Menurut Anggit, tingginya angka kematian akibat leptospirosis disebabkan pasien sering mengira gejala yang muncul sebagai masuk angin biasa.

Akibatnya, ketika memeriksakan diri, kondisi pasien sudah dalam keadaan serius atau kritis.

“Kesimpulannya kami terus lakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait gejala-gejala yang muncul dan tata cara penularannya. Di mana penyakit itu mudah dihindari kalau berhati-hati dan patuh terhadap imbauan Dinkes,” katanya.

Pada 2026, Dinas Kesehatan Klaten berencana lebih menggiatkan sosialisasi agar pemahaman masyarakat semakin meningkat.

Bekerja sama dengan Diskominfo Klaten untuk sosialisasi lewat media digital.

Koordinasi dengan RT, RW, dan desa terkait sosialisasi penyakit DBD dan leptospirosis.

Dan Fokus pada edukasi masyarakat mengenai cara penularan, gejala, dan vektor penyebaran penyakit.

“Minimal masyarakat tahu soal cara penularan, gejala, dan vektor penyebaran penyakit tersebut. Itu penting agar kita tidak terlena dan muncul masalah baru,” tandas Anggit. (Drm)

• Kasus Dugaan Korupsi di BUKP Tempel Sleman, Kerugian Diperkirakan Miliaran Rupiah

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.