Di Tengah Kengerian Genosida Gaza, Elon Musk Terima Undangan Netanyahu untuk Kunjungi Israel
TRIBUNNEWS.COM - Kengerian perang genosida selama dua tahun yang menewaskan lebih dari 71.000 orang, menjadi sorotan dunia internasional.
Berbagai kecaman, tanpa ada tindakan nyata untuk menghentikan pembunuhan, datang mengarah ke Israel yang selama ini mendapat dukungan dari Amerika Serikat.
Terlepas dari kengerian genosida tersebut, miliarder teknologi, Elon Musk dilaporkan mau dan menerima undangan dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mengunjungi Israel.
Baca juga: Anggap Azan Sebagai Kebisingan, Partai Israel Pimpinan Ben-Gvir Mau Batasi Seruan Azan
Sebuah pernyataan dari kantor Netanyahu mengatakan kalau perdana menteri bertemu dengan Musk dan mengundangnya untuk berpartisipasi dalam "Konferensi Transportasi Cerdas" pada bulan Maret 2026 mendatang, dan miliarder itu menerima undangan tersebut.
Menurut pernyataan tersebut, kedua pihak membahas kerja sama yang sedang berlangsung dengan Tesla dan kemajuan legislasi terkait kendaraan otonom.
Menurut kantor tersebut, Netanyahu dan Musk juga berbicara tentang "mempromosikan dan mengembangkan teknologi kecerdasan buatan di Israel."
“Kami bermaksud untuk mendorong Israel maju dan menjadikannya pemimpin global di bidang ini, seperti yang telah kami lakukan di bidang siber dan teknologi lainnya,” kata Netanyahu kepada Elon Musk, sebagaimana dikutip dalam pernyataan tersebut.
Sejak Oktober 2023, tentara Israel telah membunuh lebih dari 71.200 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai lebih dari 171.000 lainnya dalam perang brutal selama dua tahun yang telah menghancurkan wilayah kantong tersebut.
Meskipun ada kesepakatan gencatan senjata yang mulai berlaku pada 10 Oktober, Israel masih menutup perbatasan wilayah tersebut dan terus mencegah masuknya bantuan kemanusiaan serta menghambat pembangunan kembali daerah kantong itu.
Netanyahu menghadapi tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, dengan Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap dirinya dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant pada November 2024 atas kekejaman di Gaza.