TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah terus mendorong percepatan swasembada garam nasional di tengah masih tingginya ketergantungan terhadap impor, khususnya untuk memenuhi kebutuhan industri.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan penguatan produksi dalam negeri melalui berbagai program strategis yang difokuskan pada peningkatan kapasitas tambak eksisting dan pembukaan lahan garam baru.
Baca juga: Sepanjang 2025, KKP Rampungkan Kawasan Konservasi Laut 95 Persen dari Target RPJMN
Direktur Sumber Daya Kelautan KKP Frista Yorhanita mengakui, hingga saat ini Indonesia masih harus mengandalkan impor garam, terutama untuk kebutuhan industri.
"Saat ini memang harus kita akui bahwa kita masih melakukan impor garam, terutama untuk kebutuhan garam industri, baik itu untuk industri CAP, aneka pangan maupun farmasi," tutur Frista dalam Konferensi Pers Capaian Kinerja KKP 2025, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (30/12/2025).
Dari data KKP, produksi garam nasional saat ini hanya 2 juta ton per tahun. Sementara kebutuhan total garam untuk konsumsi maupun untuk industri mencapai angka antara 4,5 - 5 juta ton per tahun.
Kondisi tersebut membuat impor masih menjadi pilihan. Indonesia sendiri setiap tahunnya harus mendatangkan garam dari luar negeri dengan kisaran 2,6 - 3 juta ton per tahun.
"Memang kita masih perlu melakukan impor sebesar 2,6 juta ton sampai dengan 3 juta ton per tahunnya. Inilah kemudian menjadi tantangan buat kita semua bagaimana nanti di akhir 2027 itu kita benar-benar bisa mencapai swasembada garam," imbuhnya.
Baca juga: Pemerintah Tetapkan Kuota Impor 2026 untuk Industri, Gula hingga Garam Capai Jutaan Ton
Untuk tahun 2025, KKP menetapkan dua program utama, yakni intensifikasi dan ekstensifikasi tambak garam. Intensifikasi dilakukan untuk meningkatkan produksi dari sentra garam yang sudah ada. Sedangkan ekstensifikasi diarahkan pada pembukaan lahan tambak baru.
Program intensifikasi pada 2025 dilaksanakan di empat daerah, yakni di Indramayu, Cirebon, Pati dan Sabu Raijua. Adapun program ekstensifikasi dilakukan di Kabupaten Rote Ndao. Di wilayah ekstensifikasi tersebut, pembangunan tambak garam masih terus berjalan.
"Untuk extensifikasi kita sudah melakukan pembangunan atau pembukaan tambak baru. Kita mulai membangun dari membangun pon-ponnya, pon nol sampai dengan pon empat, kemudian meja kristal, kemudian juga kita bangun fasilitas pendukungnya seperti gudang, perkantoran," jelas Frista.
KKP juga telah menargetkan tambak garam di Rote Ndao mulai berproduksi pada 2026. Saat ini, pembangunan masih dalam tahap awal.
"Jadi memang saat ini proses pembangunannya masih berjalan dan direncanakan ini akan selesai di bulan Maret 2026 untuk tahap pertama. Kemudian nanti kita lanjutkan juga tahap kedua di tahun 2026," terang Frista.
Sementara itu, pada program intensifikasi, KKP melakukan revitalisasi tambak-tambak garam yang telah beroperasi. Upaya tersebut mencakup perbaikan infrastruktur dan bantuan sarana prasarana.
"Misalnya memperbaiki tambaknya sendiri, kemudian kita memperbaiki saluran air sebagai sumber air baku tambak-tambaknya, kita juga memberi bantuan sarpras untuk meningkatkan produksi dan kualitas," ucapnya.
Di empat kabupaten tersebut, KKP juga membangun fasilitas penyimpanan yang mampu menyimpan hingga 7.000 ton garam.
"Di empat kabupaten ini kita melakukan pemberian bantuan tadi misalnya mulai dari pembangunan gudang rakyat dengan kapasitas yang sekitar 100 ton, kita juga bangun gudang garam baik kapasitas 2.000 maupun 7.000 ton, kita melakukan perbaikan saluran," ungkapnya.
Selain penguatan infrastruktur, KKP juga mulai mengembangkan inovasi teknologi tepat guna, agar lahan tambah garam yang terbatas mampu menghasilkan produksi yang maksimal.
Saat ini, terdapat teknologi yang dikembangkan adalah evaporasi garam menggunakan satrop. Teknologi tersebut memanfaatkan sabut kelapa untuk mempercepat proses penguapan.
"Artinya kita bangun menggunakan sabut kelapa, fungsinya untuk mempercepat evaporasi, sehingga nanti pada saat selesai penyaringan maka akan dihasilkan BA dengan kualitas BA yang sudah cukup tinggi di angka sekitar 15-18 sehingga tidak membutuhkan waktu lama lagi untuk proses menjadi garam," terang Frista.