PROHABA.CO, ACEH UTARA - Sebulan lebih pascabanjir bandang melanda Kabupaten Aceh Utara, dampak serius masih membayangi kehidupan masyarakat.
Tidak hanya kerusakan permukiman dan infrastruktur, ancaman krisis pangan kini menjadi perhatian utama pemerintah daerah.
Lumpuhnya sistem irigasi pertanian membuat ribuan hektare sawah terendam dan berpotensi gagal panen.
Hal ini disampaikan Bupati Aceh Utara, Ismail A. Jalil SE MM, yang akrab disapa Ayahwa, saat mendampingi Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian meninjau Gampong Geudumbak, Kecamatan Langkahan, salah satu desa terparah terdampak banjir, Selasa (30/12/2025).
Kunjungan Mendagri sempat tertunda sehari akibat padatnya agenda nasional, namun akhirnya terlaksana dengan didampingi Wakil Gubernur Aceh Fadhlullah, Ketua DPRK Aceh Utara Arafat Ali SE MM, jajaran BNPB, serta unsur Forkopimda.
Ayahwa menegaskan bahwa kerusakan Bendungan Daerah Irigasi (DI) Jambo Aye menjadi indikator utama ancaman krisis pangan.
Bendungan tersebut merupakan sumber pengairan bagi 10 kecamatan di Aceh Utara dan Aceh Timur.
Jika tidak segera diperbaiki, kegagalan panen massal sulit dihindari.
“Saat ini sekitar 14 ribu hektare sawah terendam.
Baca juga: Aksi Damai di Aceh Utara, Massa Kibarkan Bendera Putih dan Poster UN, Tuntut Status Bencana Nasional
Petani terancam kehilangan musim tanam dan ketergantungan terhadap bantuan pemerintah akan semakin meningkat,” ujarnya.
Selain sektor pertanian, banjir bandang juga merusak infrastruktur vital.
Sedikitnya 65 titik jalan dan jembatan dilaporkan rusak, menyebabkan akses antarwilayah terputus dan distribusi logistik terganggu. Kondisi ini semakin memperburuk aktivitas ekonomi masyarakat.
Dalam peninjauan, Mendagri Tito Karnavian menyusuri sejumlah titik terdampak dan mendengarkan langsung keluhan warga.
Mereka mengeluhkan rumah rusak, sawah gagal tanam, hingga akses jalan yang terputus.
Tito menyebut banjir kali ini tergolong ekstrem, dengan ketinggian air mencapai atap rumah warga.
Selain menghancurkan permukiman, banjir juga melumpuhkan jaringan irigasi yang menjadi tulang punggung ekonomi daerah.
Menanggapi banyaknya kayu besar yang terbawa arus, Tito meminta semua pihak tidak berspekulasi mengenai penyebab.
Ia menegaskan bahwa penilaian harus berdasarkan data lapangan yang objektif, mengingat derasnya arus banjir mampu mencabut pohon besar hingga ke akar.
Baca juga: Mualem Sebut Kurang Ajar Pencuri Baut Jembatan, KASAD Menduga Itu Sabotase
Pemerintah pusat, lanjut Tito, berkomitmen memastikan negara hadir bagi warga terdampak.
BNPB telah menyalurkan bantuan darurat, mendirikan tenda pengungsian, serta mendorong percepatan pemulihan.
Tenaga Ahli BNPB Brigjen TNI Asep Dedi Darmadi menambahkan bahwa pembangunan hunian sementara akan segera direalisasikan.
Pendataan kerusakan rumah warga telah dilakukan sebagai dasar penyaluran bantuan lanjutan.
Kunjungan Mendagri ke Aceh Utara menjadi simbol kehadiran negara di tengah bencana.
Namun, masyarakat menanti bukti nyata bahwa kunjungan ini bukan sekadar peninjauan, melainkan awal dari pemulihan menyeluruh yang menyentuh kebutuhan paling mendasar: pangan, tempat tinggal, dan akses infrastruktur.
Krisis pangan yang mengancam ribuan petani menjadi ujian besar bagi pemerintah dalam memastikan keberlanjutan hidup masyarakat pascabencana.
(SerambiNews.com/Jafaruddin)
Baca juga: Cinta Lintas Benua, Christopher John Laffy Resmi Nikahi Princessilia di Prabumulih, Mahar Fantastis
Baca juga: Sebulan Pascabanjir Aceh Utara, Jaringan Telekomunikasi Belum Pulih di 12 Kecamatan
Baca juga: Mendagri Serahkan Bantuan Pascabanjir di Aceh Tamiang dan Aceh Timur