Orangutan, Gajah, dan Harimau Sumatra Terancam, Tutupan TN Bukit Tiga Puluh Sisa 40 Persen
December 31, 2025 04:48 PM

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Tiga satwa kunci di Jambi yang berstatus mendekati kepunahan, yakni Orangutan Sumatera, Harimau Sumatera, dan Gajah Sumatera, terancam.

Keberadaan satwa itu terancam akibat tutupan hutan di kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh wilayah Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi, yang susut hingga tersisa sekira 40 persen.

Penurunan kualitas lingkungan di kawasan tersebut akibat berbagai faktor, seperti praktik pertanian yang tidak berkelanjutan, aktivitas pertambangan batu bara dan emas, kebakaran hutan, serta meningkatnya interaksi negatif antara manusia dan satwa liar.

Dalam upaya memulihkan ekosistem hutan sekaligus memperkuat ekonomi masyarakat sekitar kawasan.

World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia meluncurkan Program Restorasi Berbasis Masyarakat di Landscape Bukit Tiga Puluh.

Kegiatan itu melibatkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), hingga masyarakat lokal.

Program itu menegaskan komitmen bersama dalam pelestarian ekosistem hutan yang selama ini menjadi penopang kehidupan dan ekonomi masyarakat.

Project Executant Landscape Bukit Tigapuluh, Nazli Herimsyah, mengatakan pihaknya hadir melalui program restorasi ini untuk memulihkan kembali ekosistem hutan Bukit Tiga Puluh dengan meningkatkan tutupan hutan dan mendukung konservasi yang inklusif.

"Target kita paling dekat, kita sudah mulai dengan pembibitan yang dilakukan masyarakat. Kemudian akan dilakukan penanaman," ujarnya pada Selasa, (30/12/2025).

Restorasi dilakukan berbasis masyarakat agar upaya pelestarian dapat berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan warga.

Dua Fokus Utama

Ada dua fokus utama dalam program restorasi berbasis masyarakat ini.

Pertama, memulihkan lahan kritis, kebun, dan lahan milik masyarakat melalui penanaman kembali.

Kedua, mengurangi konflik antara manusia dan gajah dengan menanam tanaman buah yang tidak disukai gajah sebagai penghalang alami.

Sejumlah tanaman yang dikembangkan antara lain durian musang king, kelengkeng pingpong dan alpukat mentega.

Kegiatan dibuka langsung oleh Sekretaris Bappeda Kabupaten Tebo Septiansyah.

Nantinya, WWF menargetkan penanaman sebanyak 30 ribu bibit di lahan seluas sekitar 300 hektare yang dikelola bersama masyarakat.

Selain itu, berbagai jenis pohon buah dan tanaman bernilai ekonomi juga ditanam, seperti jengkol, petai, mengkudu, kopi, kemiri, mangga, dan rambutan.

Tanaman tersebut diharapkan dapat menjadi penggerak ekonomi baru sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan hutan.

Salah satu petani yang ikut dalam program restorasi ini, Sunardi (52) mengaku optimistis untuk bisa berkolaborasi.

Selain dapat ikut serta dalam pemulihan ekosistem hutan, ia juga berharap upaya ini bisa meningkatkan perekonomian para petani.

"Kami optimis, asal kami terus didampingi WWF," ujarnya.

Selain itu, Kepala Seksi Wilayah II BKSDA Jambi Martialis Puspito mengatakan saat ini setidaknya ada 90 hingga 120 ekor gajah di kawasan Bukit Tiga Puluh.

Ia berharap dengan berjalannya program ini dapat memperbaiki habitat satwa serta mengurangi konflik satwa dan manusia.

"Kita akan coba upaya bersama dan harapannya bisa memulihkan dan memperbaiki habitat satwa," ujarnya.  (Tribunjambi.com/Srituti Apriliani Putri)

Baca juga: Teguran Musik Keras Jam Tiga Pagi Buta Bikin Pria Tusuk Dada Teman di Jelutung

Baca juga: Daftar 26 Pejabat Calon Pengisi Jabatan 6 Kepala Dinas di Pemkab Kerinci

Baca juga: Handuk Merah dan Kakek 90 Tahun Tenggelam di Sungai Batanghari Tadi Pagi

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.