Gempa Besar Megathrust Selat Sunda Bisa Berdampak Parah di Jabodetabek
kumparanSAINS October 01, 2024 09:20 PM
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa gempa megathrust yang diprediksi berkekuatan 8,7 magnitudo, ternyata tak hanya mengancam pesisir Jawa, tapi bisa berdampak besar di wilayah Jabodetabek.
Secara tektonik, Indonesia memiliki sekitar 13 zona megathrust yang bisa menjadi sumber gempa besar. Dari jumlah tersebut, terdapat dua zona yang belum melepaskan kekuatan gempanya, yakni segmen 7 (Megathrust Selat Sunda-Banten) dan segmen 4 (Megathrust Mentawai-Siberut).
Dua zona ini memiliki periode ulang gempa kuat (disebut ulang tahun gempa) setiap 200 tahun sekali. Kini, sudah lebih dari 200 tahun segmen 7 dan segmen 4 tidak melepaskan energinya, sehingga zona tersebut berpotensi menimbulkan gempa kuat dalam waktu dekat. Kendati tidak ada yang tahu kapan dan di mana titik gempa itu terjadi.

Apa itu megathrust?

Megathrust adalah sumber gempa subduksi lempeng, di mana terdapat bidang kontak antara 2 lempeng tektonik di kedalaman dangkal kurang dari 50 km.
Di kawasan Samudra Hindia, terdapat zona subduksi yaitu Sunda Megathrust yang merupakan tempat bertemunya Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia sepanjang 5.500 kilometer patahan di lepas pantai Myanmar, Sumatera, Jawa, dan Bali, berakhir di lepas pantai barat laut Australia.
“Kenapa Indonesia ini mempunyai 13 zona megathrust? Ini karena Indonesia terletak di empat lempeng dunia yang bergerak satu sama lain. Sebelah selatan ada lempeng Indo-Australia, sebelah utara ada Lempeng Eurasia,” ujar Septa Anggraini, Penanggung Jawab Diseminasi Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, di acara Bincang Bencana KNPRBBK XVI 2024 yang berlangsung secara daring, Selasa (1/10).
Ilustrasi Tsunami. Foto: Shutter Stock
Megathrust dapat dianalogikan sebagai patahan dengan dorongan naik yang besar karena mampu mengakumulasi energi medan tegangan gempa dan memicu gempa kuat yang menimbulkan rekahan panjang dan bidang pergeseran yang luas.
Bagaimana megathrust bisa menimbulkan gempa? Jadi begini, Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia yang telah disebutkan di atas bergerak dengan hitungan centimeter per tahun–sekitar 10 hingga 40 cm.
Karena bergerak, di zona megathrust akan terjadi pergerakan penunjaman lempengan samudra (Indo-Australia) ke bawah lempengan benua (Eurasia) sehingga terjadi kuncian di bidang kontak antar-lempeng.
Hal ini menyebabkan terjadi akumulasi medan tegangan (stress) batuan sampai pada batas elastisitasnya. Selanjutnya terjadi patahan dengan tiba-tiba yang dimanifestasikan sebagai gempa kuat dan dapat memicu terjadinya tsunami.
Kalau masih bingung, kamu bisa membayangkan permainan beradu kuaci. Bagaimana ujung kuaci saling beradu dan diberi tekanan hingga salah satunya hancur. Nah, dalam konteks megathrust, ketika salah satu kuaci hancur karena tidak kuat menahan tekanan, ini akan melepaskan energi yang tersimpan berupa gempa bumi. Energi maksimum yang dikeluarkan megathrust rata-rata lebih dari 8 magnitudo.

Megathrust Selat Sunda bisa berdampak parah

Berdasarkan skenario model gempa bersumber di Zona Subduksi Selat Sunda dengan kekuatan gempa 8,7 magnitudo, dampak guncangan di Banten, Lampung, Jakarta, dan Jawa Barat mencapai skala intensitas (dampak kerusakan) VII-VIII MMI, menimbulkan kerusakan sedang hingga berat, terutama pada bangunan yang konstruksinya tidak baik.
Analisis BMKG soal gempa 5,7 di Bayah, Banten. Foto: BMKG
Sementara hasil pemodelan tsunami akibat gempa 8,7 magnitudo di zona megathrust Selat Sunda menunjukkan bahwa tsunami dapat menjangkau pantai Jakarta. Sementara Kabupaten Serang dan Kota Cilegon diprediksi akan menjadi wilayah yang paling parah dihantam tsunami setinggi 5 hingga 7 meter, dalam waktu 1 jam pasca-gempa.
Untuk melihat dampak gempa megathrust Selat Sunda di Jakarta, Septa mengatakan bahwa kita bisa belajar dari gempa bumi 8,1 magnitudo yang melanda Mexico City pada 1985.
“Mexico City ini sama dengan wilayah Jakarta. Jadi artinya, dia punya zona megathrust di dekatnya. Jarak antara Megathrust Cocos dengan Mexico City itu sekitar 300 kilometer. Jarak itu sama dengan Jakarta dan zona megathrust Selat Sunda sekitar 300 kilometer,” kata Septa.
Ketika gempa 8,1 magnitudo bersumber dari Megathrust Cocos terjadi, guncangan dan dampak kerusakan justru sangat dirasakan di Mexico City yang memiliki jarak 300 km dari pusat gempa. Ini karena selain kekuatan gempa dan jarak episenter, kondisi tanah lunak sangat menentukan dampak yang terjadi di wilayah tersebut.
Lapisan tanah lunak memicu resonansi gelombang gempa yang hebat di Mexico City, mengakibatkan kerusakan parah, dan korban tewas hingga lebih dari 10.000 orang.
Struktur tanah Mexico City ini mirip dengan tanah di Jakarta. Jakarta berdiri di atas tanah endapan sedimen. Studi menunjukkan bahwa semakin ke utara, tanah di Jakarta semakin lunak. Jika terjadi gempa, maka guncangan akan terasa sangat besar oleh penduduk Jakarta.
Selain itu, Jakarta merupakan wilayah yang padat penduduk dan mempunyai bangunan tinggi atau pencakar langit, sehingga potensi korban jiwa juga semakin tinggi. Inilah yang harus dipersiapkan.
Masyarakat urban harus tetap waspada dan siap melakukan mitigasi bencana, termasuk menyiapkan jalur, rambu, dan tempat evakuasi untuk meminimalisir korban jiwa. BMKG telah menyiapkan sensor pencatat gempa di jalur megathrust sehingga bisa mempercepat mitigasi dan evakuasi warga saat gempa melanda.
© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.