Infeksi Virus saat Hamil Bisa Picu Autisme pada Anak, Bagaimana Penjelasannya?
kumparanMOM October 11, 2024 05:24 PM
Ibu hamil akan selalu diminta menjaga kehamilannya oleh dokter kandungan. Bukan tanpa alasan, karena menjaga kehamilan bisa mempengaruhi perkembangan janin, mengurangi risiko komplikasi kehamilan dan persalinan, mencegah keguguran, hingga mempersiapkan proses persalinan yang sehat.
Maka dari itu, ibu hamil biasanya diminta menjaga kesehatan agar tidak sampai tertular penyakit. Karena bila sampai tertular penyakit berbahaya, maka bisa memengaruhi kondisi janin di dalam kandungan.
Hal ini jugalah yang menjadi temuan seorang peneliti pascadoktoral di Cold Spring Harbor Laboratory, Long Island, Amerika Serikat, Irene Sanchez Martin. Dalam temuan terbarunya yang dilakukan pada tikus sebagai subjek penelitian, ditemukan bahwa infeksi virus yang dialami ibu hamil bisa menyebabkan diagnosis autisme pada anak.
Lewat tikus, Martin menemukan embrio hewan pengerat itu menunjukkan tanda-tanda defisit perkembangan segera setelah induknya terpapar virus.
"Model yang kami gunakan sangat mapan untuk mendeteksi gangguan spektrum autisme. Saya memeriksa apa yang terjadi dalam 24 jam setelah ibu terpapar peradangan, dengan menganalisis perilaku keturunannya setelah dewasa," cerita Martin dikutip dari New York Post.
Autisme di Amerika Serikat diperkirakan telah memengaruhi 1 dari 36 anak. Autisme adalah gangguan perkembangan yang mempengaruhi cara orang belajar, berperilaku, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain. Meski sampai saat ini penyebab utama autisme masih belum diketahui, tetapi diyakini bahwa faktor genetika dan lingkungan berperan dalam kondisi tersebut.
Para ilmuwan sebenarnya telah lama mempelajari kekebalan tubuh ibu hamil. Dan salah satu gagasan yang dipelajari adalah bagaimana infeksi selama kehamilan dapat memengaruhi perkembangan otak janin, sehingga meningkatkan risiko autisme pada bayi di dalam kandungan.
Sementara Cold Spring Harbor Lab menyebut penelitian Martin merupakan upaya pertama yang meneliti efek peradangan selama masa prenatal, dan dampaknya pada embrio dalam model autisme.
Martin melaporkan bahwa dalam percobaannya, semua embrio tikus betina tampak terlindungi dari defisit perkembangan, sementara hingga sepertiga embrio jantan sangat terpengaruh setelah terinfeksi virus.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat pun melaporkan autisme lebih mungkin menyerang anak laki-laki, yakni empat kali lebih memungkinkan didiagnosis autisme daripada anak perempuan.
Penelitian Martin yang dipresentasikan dalam konferensi Society for Neuroscience di Chicago itu diharapkan dapat membantu mengidentifikasi tanda-tanda autisme sejak dini, bahkan sebelum bayi lahir.
"Ada banyak teori tentang penyebab autisme, tetapi penelitian ini memberikan pandangan baru terhadap masalah autisme. Jika diteliti lebih lanjut, maka dapat memberi intervensi dini pada kehamilan-kehamilan lain untuk mencegah autisme," tutur Direktur Northwell Health System, Dr. Victor Klein, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.