Pegiat Wisata Labuan Bajo Harapkan Keberanian Uskup Maksimus Membela Kelompok yang Tersingkirkan 
Agustinus Sape November 05, 2024 01:30 PM

POS-KUPANG.COM - Uskup pertama Keuskupan Labuan Bajo, Mgr. Dr. Maksimus Regus telah ditahbiskan pada Jumat (1/11/2024). Sebagai uskup di daerah pariwisata superprioritas, kehadiran Mgr. Maksimus Regus tidak sekadar pemimpin tertinggi gereja Katolik lokal, tetapi lebih dari itu keberanian seorang gembala untuk membela masyarakat kecil yang terdampak oleh pembangunan pariwisata tersebut.

Doni Pareira, pegiat wisata Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi NTT, berharap gereja Katolik semakin berani untuk tampil membela yang tersingkirkan, terbuang, dan yang kelaparan akibat pembangunan pariwisata Labuan Bajo yang dilabeli superprioritas.

”(Pembangunan pariwisata) ternyata belum dinikmati kebanyakan masyarakat akar rumput,” katanya.

Menurut dia, gereja Katolik selama ini terkesan pasif ketika ada perusakan alam, pembabatan mangrove, rencana pengusiran warga kepulauan, serta adanya regulasi yang dirancang untuk kepentingan kaum pemodal.

Pemandangan Kota Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Pemandangan Kota Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. (POS-KUPANG.COM/BERTO KALU)

Selain itu, Doni menyebut perampasan lahan ulayat masyarakat adat, penggusuran sawah, ladang, sumber ekonomi, bahkan rumah warga demi proyek strategis nasional.

Bagi Doni, ada harapan baru. Ia melihat Uskup Maksimus adalah sosok yang selama ini terkenal karena pemikirannya yang tajam dan kritis terhadap pembangunan yang tidak berpihak kepada orang banyak. Itu terlihat pada buku-buku yang dihasilkan serta tulisan di banyak media nasional. Kini masyarakat menanti seruan moral darinya.

”Bahkan, seringkali secara tajam beliau mengeritik bagaimana agama dijalankan. Seperti ini pemimpin gereja yang kami harapkan karena sudah tentu dia akan konsisten dengan pemikirannya dalam memimpin bahtera gereja Labuan Bajo,” papar Doni.

Labuan Bajo yang berstatus destinasi pariwisata superprioritas menjadi perhatian pemerintah untuk pengembangan. Dalam sepuluh tahun terakhir, Labuan Bajo tumbuh pesat menjadi kota wisata. Ikon pariwisata Labuan Bajo adalah reptil purba komodo yang hidup di sana.

Anugerah tepat waktu

Keuskupan Labuan Bajo merupakan keuskupan yang baru dibentuk berdasarkan keputusan pemimpin umat Katolik Sedunia Paus Fransiskus. Keputusan itu diumumkan di Vatikan pada 21 Juni 2024. Sebelumnya, Labuan Bajo merupakan wilayah Kevikepan dari Keuskupan Ruteng.

Paus Fransiskus kemudian menunjuk Maksimus Regus sebagai uskup pertama di Keuskupan Labuan Bajo. Maksimus sebelumnya menjabat Rektor Universitas Katolik Santo Paulus Ruteng, Manggarai. Keuskupan Labuan Bajo merupakan keuskupan yang ke-38 di Indonesia.

Maksimus lahir di Todo pada 23 September 1973. Latar belakang pendidikannya, antara lain, tamat Seminari Pius XII Kisol Manggarai Timur, lalu melanjutkan studi filsafat dan teologi di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero, Flores, hingga ditahbiskan menjadi imam Keuskupan Ruteng pada 10 Agustus 2001.

Ia melanjutkan studi strata dua bidang sosiologi di Universitas Indonesia dan lulus tahun 2009. Ia kemudian melanjutkan pendidikan doktoral bidang sosiologi di Graduate School of Huminities Universitas Katolik Tilburg, Belanda, hingga lulus pada 2017.

Dalam sambutannya, Uskup Maksimus mengatakan, berdirinya Keuskupan Labuan Bajo adalah anugerah tepat waktu bagi gereja Katolik dan wilayah tersebut.

”Menjadi pintu gerbang dunia yang memadukan budaya, imam, dan beragam masyarakat dalam satu persimpangan spiritual,” katanya.

Para pengunjung berpose dengan latar belakang pemandangan Pulau Padar di Taman Nasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT.
Para pengunjung berpose dengan latar belakang pemandangan Pulau Padar di Taman Nasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT. (FACEBOOK/ELSY HARUM)

Kehadiran keuskupan itu, lanjutnya, menjawab kebutuhan pastoral, menjawab persekutuan umat, serta menjadi mercusuar harapan bagi semua yang datang.

Menurut dia, gereja lokal itu akan menghadapi banyak tantangan. Ia pun memohon doa dan dukungan dari sejumlah pihak. Juga kerja sama para klerus dan umat, para pekerja sosial budaya, pelaku ekonomi pariwisata, pegiat kemanusiaan dan ekologis, para pendidik, pengabdi kesehatan, pemerintah, serta semua yang bermurah hati.

Ketua Konferensi WaliGereja Indonesia (KWI) Mgr. Antonius Subianto Bunjamin dalam homilinya menekankan tentang hidup kudus yang tidak hanya sebatas pada doa. Kudus dimaksud harus diwujudnyatakan dalam keseharian umat beriman.

”Ciri khas kekudusan adalah tergerak hatinya oleh bela rasa,” kata Antonius.

Bela rasa itu tidak hanya berhenti pada ungkapan rasa kasihan. Bela rasa diwujudkan dalam tindakan kepada mereka yang membutuhkan, seperti orang lapar, orang haus, orang yang tertindas, orang asing, dan orang di penjara.

Menurut Antonius, perjalanan Keuskupan Labuan Bajo dimaknai oleh Uskup Maksimus sebagai perjalanan cinta Tuhan. Pembentukan Keuskupan Labuan Bajo sebagai ekspresi cinta Tuhan bagi umat manusia. ”Hati dan kasih Tuhan itulah yang ingin dihadirkan oleh Mgr. Maksimus Regus,” ucap Antonius.

Misa pentahbisan Mgr. Maksimus Regus berlangsung di Gereja Katolik Santo Petrus Sernaru Labuan Bajo. Upacara pentahbisan yang disiarkan secara langsung akun Youtube Komsos KWI itu, dipimpin oleh Ignatius Kardinal Suharyo, didampingi Uskup Agung Ende Mgr. Paulus Budi Kleden dan Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat. Hadir puluhanuskup dari berbagai wilayah di Indonesia. 

Maksimus memilih moto tahbisan ”Ut Mundus Salvetur Per Ipsum”, yang artinya Supaya Dunia Diselamatkan Melalui-Nya.

Moto ini mengandung empat semangat dasar gereja yang dipimpinnya, yakni semangat berjalan bersama (sinodalitas), gereja yang terbuka (ekklesiologik-inklusivistik), semangat solidaritas  bagi kaum rentan dan semangat ekologis bagi alam ciptaan. (kompas.id)

 

 

© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.