Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-online.com - Angin berbisik pilu di antara rerimbunan daun lontar, meratapi kisah kejayaan yang meredup di tanah Makassar.
Sultan Hasanuddin, sang "Ayam Jantan dari Timur", pahlawan gagah berani yang pernah menggetarkan sendi-sendi kekuasaan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), kini tertunduk lesu.
Benteng Somba Opu, saksi bisu keperkasaan Makassar, telah luluh lantak dihantam peluru-peluru VOC.
Api perlawanan yang berkobar hebat, kini perlahan padam diterpa badai intrik dan pengkhianatan.
Rempah-rempah harum, sutra lembut, dan hasil bumi melimpah ruah menjadikan pelabuhannya surga bagi para saudagar dari berbagai penjuru dunia.
Di bawah kepemimpinan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Gowa-Tallo mencapai puncak kejayaannya.
Ia memimpin dengan bijaksana, membangun armada laut yang kuat, dan menjalin hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan lain.
Kehadiran VOC di Nusantara, yang awalnya disambut baik, lambat laun berubah menjadi ancaman. Monopoli perdagangan yang dipaksakan VOC mencekik perekonomian Makassar.
Sultan Hasanuddin, dengan semangat membara untuk melindungi kedaulatan negerinya, menolak tunduk pada kemauan VOC. Perang pun tak terelakkan.
Perlawanan Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin bukanlah lawan yang mudah ditaklukkan. Dengan strategi perang gerilya yang cerdik, ia dan pasukannya mengobarkan perlawanan sengit terhadap VOC.
Benteng-benteng pertahanan dibangun kokoh, armada laut siap siaga menghadang kapal-kapal VOC, dan semangat juang rakyat Makassar membara bak api yang tak kunjung padam.
Pada tahun 1660, VOC melancarkan serangan besar-besaran ke Makassar di bawah pimpinan Laksamana Speelman. Pertempuran sengit berkecamuk di darat dan laut.
Sultan Hasanuddin memimpin pasukannya dengan gagah berani, mengobarkan semangat perlawanan hingga titik darah penghabisan.
Namun, VOC memiliki persenjataan yang lebih modern dan pasukan yang lebih besar.
Di tengah kobaran api peperangan, Sultan Hasanuddin tak hanya berhadapan dengan kekuatan VOC. Ia juga harus menghadapi pengkhianatan dari dalam.
Aru Palaka, raja Bone yang terhasut bujuk rayu VOC, berbalik melawan Sultan Hasanuddin. Dukungan Aru Palaka pada VOC menjadi pukulan telak bagi perjuangan Makassar.
Perjanjian Bongaya
Setelah pertempuran panjang yang melelahkan, Sultan Hasanuddin terpaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667.
Perjanjian ini menjadi tanda kekalahan Makassar dan awal dari dominasi VOC di wilayah timur Nusantara.
Perjanjian Bongaya memuat sejumlah ketentuan yang merugikan Makassar, antara lain:
VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makassar.
Makassar harus menyerahkan benteng-benteng pertahanannya kepada VOC.
Makassar dilarang menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan lain tanpa seizin VOC.
Faktor-Faktor Kekalahan
Kekalahan Sultan Hasanuddin dalam peperangan melawan VOC bukanlah semata-mata karena kekuatan militer VOC yang lebih unggul.
Sejumlah faktor lain turut berperan dalam tragedi ini, antara lain:
Keunggulan Teknologi dan Strategi VOC: VOC memiliki persenjataan yang lebih modern dan strategi perang yang lebih terorganisir.
Mereka juga menguasai jalur laut, sehingga dapat dengan mudah mengirimkan pasukan dan logistik.
Politik Adu Domba VOC: VOC lihai memanfaatkan perselisihan internal di antara kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Mereka mengadu domba Sultan Hasanuddin dengan Aru Palaka, yang akhirnya berbalik melawan Makassar dan membantu VOC.
Pengkhianatan Aru Palaka: Dukungan Aru Palaka kepada VOC menjadi pukulan telak bagi perjuangan Sultan Hasanuddin.
Pasukan Bone yang bergabung dengan VOC memperkuat kekuatan mereka dan melemahkan posisi Makassar.
Blokade Ekonomi: VOC melakukan blokade ekonomi terhadap Makassar, yang melumpuhkan perekonomian dan perdagangan kerajaan.
Hal ini menyulitkan Makassar untuk mendapatkan pasokan senjata dan logistik yang dibutuhkan dalam peperangan.
Warisan Sultan Hasanuddin
Meskipun Sultan Hasanuddin akhirnya kalah dalam peperangan melawan VOC, semangat juangnya tetap menjadi inspirasi bagi generasi penerus.
Ia dikenang sebagai pahlawan nasional yang gigih membela kedaulatan bangsanya.
Kisah kepahlawanannya mengajarkan kita tentang pentingnya persatuan, keberanian, dan cinta tanah air.
---