TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau UNDOF, menyebut Israel melanggar perjanjian gencatan senjata dengan Suriah.
Pada Selasa (12/11/2024), UNDOF memperingatkan kalau militer Israel telah melakukan "pelanggaran berat" saat negara itu melanjutkan proyek konstruksi besar di sepanjang Garis Alpha.
Proyek tersebut menandai batas antara Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel dan Suriah.
Proyek itu dimulai pada bulan Juli kemarin.
Meskipun kekerasan belum meletus di sepanjang Garis Alpha, UNDOF memperingatkan risiko pembangunan akan semakin mengobarkan ketegangan regional.
“Pelanggaran berat terhadap zona demiliterisasi ini berpotensi meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut dan sedang diawasi secara ketat oleh UNDOF,” kata pasukan tersebut.
Peringatan itu dikeluarkan menyusul laporan Associated Press pada hari Senin (11/11/2024) yang menampilkan gambar satelit, yang mengungkap skala pembangunan di sepanjang perbatasan.
Gambar beresolusi tinggi yang diambil pada tanggal 5 November oleh Planet Labs PBC untuk AP menunjukkan lebih dari 7,5 kilometer (4,6 mil) konstruksi di sepanjang Garis Alpha, dimulai sekitar 3 kilometer (1,8 mil) di tenggara kota Druze Majdal Shams yang dikuasai Israel.
Gambar-gambar tersebut tampak memperlihatkan parit di antara dua tanggul, yang sebagiannya masih dilapisi aspal baru.
Pagar juga tampak membentang di sepanjang sisi Suriah.
Rute konstruksi memanjang ke tenggara sebelum berbelok ke selatan sepanjang Garis Alpha dan kemudian memotong ke tenggara lagi.
Gambar-gambar menunjukkan ekskavator dan peralatan pemindah tanah lainnya sedang aktif menggali, dengan aspal tambahan terlihat di dekatnya.
Daerah itu juga diyakini dipenuhi dengan persenjataan dan ranjau yang belum meledak dari konflik puluhan tahun.
Dikutip dari Daily Sabah, Pasukan Israel juga dilaporkan mulai menghancurkan desa-desa di Lebanon, tempat pasukan penjaga perdamaian PBB lainnya baru-baru ini menghadapi serangan, Arab News melaporkan.
UNDOF telah berulang kali memprotes pekerjaan tersebut.
Militer Israel tidak segera menanggapi permintaan komentar.
UNDOF melaporkan Suriah telah “memprotes keras” pekerjaan tersebut.
Tapi, pejabat Suriah menolak berkomentar mengenai pembangunan tersebut.
UNDOF yang telah memantau wilayah tersebut sejak tahun 1974.
UNDOF mencakup sekitar 1.100 tentara, sebagian besar dari Fiji, India, Kazakhstan, Nepal, dan Uruguay, yang berpatroli di wilayah tersebut.
Sekitar 50.000 pemukim Yahudi dan Arab, sebagian besar anggota sekte Druze Islam Syiah, tinggal di wilayah ini.
Pada tahun 2019, Presiden Donald Trump secara sepihak mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan “sepenuhnya mengakui” kendali Israel atas wilayah tersebut, sebuah keputusan yang tetap tidak berubah di bawah pemerintahan Biden.
Akan tetapi, AS adalah satu-satunya negara yang melakukannya, karena seluruh dunia menganggapnya sebagai wilayah Suriah yang diduduki.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)