TRIBUNJATENG.COM, REMBANG - Kapolres Rembang, AKBP Suryadi mengatakan pihaknya telah melakukan pemeriksaan terhadap 105 orang warga Blora yang terlibat bentrok dengan PT KRI.
Pihak kepolisian juga sudah mendatangi lokasi kejadian yakni PT KRI, yang berlokasi di Desa Kajar, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang.
Pemeriksaan tersebut dilakukan terkait tindakan penganiayaan serta perusakan terhadap kantor PT KRI.
"Kita pastikan hari ini bisa selesai pemeriksaannya, kemudian dari 105 orang itu akan ada 23 orang yang kami tetapkan sebagai tersangka," tutur Kapolres Rembang saat ditemui Tribunjateng, Jumat (15/11/2024).
Kapolres Rembang menambahkan dari satu orang pihak perusahaan PT KRI telah ditetapkan sebagai tersangka akibat melakukan tindakan penganiayaan terhadap warga Blora.
Ada sejumlah barang bukti yang telah diamankan oleh Polres Rembang dari lokasi kejadian.
Sekitar 23 warga Blora yang terlibat bentrok akan dijerat dengan pasal 170 KUHP dengan hukuman maksimal 5 tahun penjara.
Sebelumnya diberitakan, Viral di media sosial bentrok antar pekerja asing di PT KRI yang terletak di Desa Kajar, Gunem Rembang dengan warga Desa Jurangjero Kecamatan Bogorejo, Desa Blora.
Dalam rekaman video amatir menunjukan seorang pekerja warga negara asing yang sedang emosi, berjalan dengan memegang gunting.
Dari hal tersebut berdampak kepada tiga orang warga Blora terluka, satu tertusuk gunting dibagian perut dan satu orang kegores pada bagian pelipis, dan satu orang lainnya dibelakang kepala.
Berdasarkan informasi yang di terima Tribunjateng awal mula kejadian itu dari warga yang protes terhadap aktivitas PT KRI.
Karena asap dari produksi yang sampai ke pemukiman.
"Warga itu datang untuk protes, karena polusi udara dari aktivitas di pabrik itu. Bikin dada sesak dan ga enak," ucap Suwoto kepala Desa Jurangjero saat mendampingi warganya yang sedang dimintai keterangan di Polres Rembang, Jumat (15/11/2024).
Saat warga mendatangi lokasi tersebut, sempat ada cekcok antara warga desa dan pekerja asing. Sehingga terjadi tiga orang warga desa yang terluka.
Akibatnya, beberapa warga kembali ke desa untuk mengajak sekitar seratusan orang untuk mendatangi kembali perusahaan tersebut.
Tak berselang lama, aksi pelemparan dan perusakan di lokasi kejadian sehingga menyebabkan kaca-kaca diarea kantor pecah juga kaca mobil.
"Setahu saya dulu sudah pernah di segel pemerintahan, kemudian kok masih beroperasi. Awalnya saat didatangi ngakunya uji coba, tapi ujicoba sudah setahun terakhir dan muat bahan tambang berton-ton," ujarnya. (Rad)