TRIBUNNEWS.COM - Israel melancarkan serangan terhadap ibu kota Yaman yang dikuasai oleh pemberontak Houthi, serta kota pelabuhan Hodeida, pada Kamis (26/12/2024).
Mengutip CBS News, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengungkapkan bahwa serangan tersebut terjadi saat ia hendak menaiki pesawat di Sanaa, yang menyebabkan seorang awak pesawat terluka.
Militer Israel kemudian berdalih kepada The Associated Press bahwa mereka tidak mengetahui keberadaan kepala WHO di lokasi tersebut.
"Menara pengendali lalu lintas udara, ruang tunggu keberangkatan, hanya beberapa meter dari tempat kami berada, dan landasan pacu, rusak," kata Tedros di X.
Ia menambahkan bahwa dirinya dan rekan-rekannya selamat.
"Kami harus menunggu hingga kerusakan di bandara diperbaiki sebelum kami bisa berangkat," tambah Tedros.
Tedros juga melaporkan bahwa sedikitnya dua orang tewas dalam serangan di bandara tersebut.
Menurut BBC News, video dari dalam bandara menunjukkan orang-orang panik berlarian keluar dari terminal.
Sehari sebelumnya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan bahwa Houthi akan belajar dari Hamas, Hizbullah, rezim Assad, dan lainnya.
Netanyahu memantau serangan terbaru ini bersama dengan para pemimpin militer, menurut pernyataan pemerintahnya.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan bahwa target serangannya adalah infrastruktur militer yang digunakan oleh Houthi untuk operasi di Bandara Internasional Sana'a, pembangkit listrik Hezyaz dan Ras Kanatib, serta infrastruktur militer lainnya di beberapa pelabuhan.
Media Houthi yang didukung oleh Iran mengonfirmasi adanya serangan tersebut dalam sebuah unggahan di Telegram, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Media Houthi melaporkan bahwa tiga orang tewas dan 14 lainnya terluka akibat serangan tersebut.
Militer AS juga menargetkan Houthi di Yaman dalam beberapa hari terakhir.
PBB menyebut bahwa pelabuhan-pelabuhan yang diserang merupakan jalur penting untuk distribusi bantuan kemanusiaan.
Menurut BBC News, Tedros berada di Yaman untuk merundingkan pembebasan staf PBB yang ditahan, sekaligus memantau situasi kemanusiaan di sana.
Selama akhir pekan, 16 orang terluka setelah rudal Houthi menghantam sebuah taman bermain di Tel Aviv.
Minggu lalu, jet-jet tempur Israel menyerang Sanaa dan Hodeida, menewaskan sembilan orang.
Houthi juga menargetkan kapal-kapal di koridor Laut Merah, yang mereka sebut sebagai aksi solidaritas dengan warga Palestina di Gaza.
Sementara itu, serangan Israel pada Kamis malam menewaskan 5 warga Palestina di luar sebuah rumah sakit di Jalur Gaza, menurut Kementerian Kesehatan wilayah tersebut.
Pejabat Gaza mengatakan bahwa kelima korban adalah jurnalis yang bekerja untuk kantor berita lokal.
Serangan tersebut menghantam sebuah mobil di luar Rumah Sakit Al-Awda di kamp pengungsi Nuseirat, yang terletak di Gaza tengah.
Serikat Jurnalis Palestina menyebutkan bahwa para korban bekerja untuk kantor berita lokal Al-Quds Today, sebuah saluran televisi yang berafiliasi dengan kelompok militan Jihad Islam, demikian dilaporkan Reuters.
Rekaman dari Associated Press menunjukkan sebuah van terbakar dengan tanda "pers" yang masih terlihat di pintu belakangnya.
Pemakaman diadakan di luar rumah sakit dengan para pelayat yang menangis.
Jenazah dibungkus kain kafan dan rompi pers biru diletakkan di atasnya.
Komite Perlindungan Jurnalis mencatat bahwa lebih dari 130 wartawan Palestina telah terbunuh sejak perang dimulai.
Israel melarang wartawan asing memasuki Gaza kecuali dengan izin militer.
Israel juga melarang jaringan Al Jazeera serta menuduh enam reporternya di Gaza sebagai militan.
Stasiun penyiaran yang berbasis di Qatar tersebut membantah tuduhan tersebut dan mengatakan Israel berusaha membungkam pemberitaan tentang perang.
Al Jazeera secara konsisten melaporkan dampak operasi militer Israel terhadap warga sipil.
Hingga kini, serangan udara dan darat Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 45.000 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Serangan ini telah menyebabkan kerusakan besar dan mengusir sekitar 90 persen dari populasi Gaza yang berjumlah 2,3 juta orang dari rumah mereka.
Ratusan ribu orang kini memadati kamp-kamp pengungsi yang penuh sesak di sepanjang pantai, dengan perlindungan yang minim dari musim dingin yang dingin dan basah.
Pada hari Kamis, warga Palestina juga meratapi kematian delapan orang akibat operasi militer Israel di sekitar kota Tulkarem di Tepi Barat yang diduduki pada hari Selasa (24/12/2024), menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)