TRIBUNNEWS.COM - Cairan kimia soda api (NaOH) tumpah di Jalan Raya Purwakarta-Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Selasa (24/12/2024).
Cairan soda api tersebut tumpah dari kendaraan truk tangki milik CV Yasindo Multi Pratama.
Tumpahan cairan kimia berbahaya tersebut tercecer sepanjang delapan kilometer dan menyebabkan 100 orang luka-luka.
Ratusan kendaraan juga rusak akibat terkena cairan tersebut.
Terbaru ini, pihak kepolisian memeriksa sejumlah saksi.
AKBP Tri Suhartanto selaku Kapolres Cimahi menuturkan bahwa pihaknya telah memeriksa 10 saksi dalam kasus ini.
"Hingga saat ini, ada 10 saksi yang telah dimintai keterangan oleh Satlantas Polres Cimahi, terdiri dari sopir, pengendara, dan warga di sepanjang lokasi kejadian," ujar Tri, dikutip dari Kompas.com.
Sementara itu, sopir truk yang berinisial WG (24), diamankan untuk dimintai keterangan.
WG mengaku, ia mengangkut 20 ribu liter soda api dari PT Pindo Deli, Karawang, menuju gudang CV Yasindo Multi Pratama di Kota Bandung, Jabar, melalui jalan arteri.
Tri menuturkan, belum ada penetapan tersangka dalam kasus ini.
Sopir truk tangki juga hanya dikenakan wajib lapor selama penyelidikan.
"Saat ini penyelidikan masih berlangsung dan belum ada tersangka yang ditetapkan,"
"Sopir berstatus saksi dan dikenai wajib lapor selama penyelidikan," jelas Tri.
Terbaru ini, pihak kepolisian telah mengambil dan menguji sampel ceceran cairan kimia di tiga titik.
Polisi pun menemukan bahwa cairan kimia Natrium Hidroksida (NaOh) atau soda api telah bereaksi dan membentuk tiga turunan senyawa kimia.
Demikian yang disampaikan oleh Komandan Detasemen Gegana Brimob Polda Jabar, Kompol Adjang Suhendar.
Ia menuturkan, tiga senyawa turunan soda api tersebut adalah Amonium Tiosianat (NH4SCN), Hidrogen Peroksida (H2O2), dan Natrium Nitrat (NaNO3).
"Ini berarti soda api (NaOH) tersebut sudah bereaksi secara kimia karena faktor alam, karena kemarin hujan, kemungkinan ada terkontaminasi solar dan lain-lain," ujarnya, dikutip dari TribunJabar.id.
Meski begitu, Adjang tak merinci soal dampak apa yang dirasakan masyarakat dari tiga senyawa kimia tersebut.
Yang bisa dipastikan hanya senyawa tersebut memiliki risiko bahaya lebih rendah dibandingkan dengan cairan kimia soda api.
Soda api sendiri apa bila terkena kulit, kulit akan melepuh hingga iritasi.
Jika terhirup, maka bisa menyebabkan gangguan pernapasan bagi makhluk hidup.
"Yang ditemukan bahayanya tidak jauh beda dengan soda api, tapi levelnya di bawah soda api. Karena sudah ada reaksi jadi dampaknya tidak seperti soda api," jelasnya.
Adjang juga menuturkan, titik awal tumpahan soda api ditemukan di wilayah Cigentur, Kecamatan Cikalong Wetan hingga Cikamuning, Kecamatan Padalarang, Bandung Barat, yang membentang sekirat 8 kilometer.
"Kami cek dari pos terakhir di Cikamuning ini dan posisi terakhir di Cigentur sudah tidak ditemukan lagi zat kimia natrium hidroksida atau soda api atau NaOH," lanjut Adjang kepada TribunJabar.id.
Ia juga menuturkan bahwa petugas telah melakukan dekontaminasi dengan cairan penawar bahan kimia untuk memastikan tidak ada soda api yang dapat membahayakan masyarakat.
"Di Cigentur itu lokasi awal dan banyak tumpahan sudah tidak ditemukan soda api, kemudian di Cikubangsari, Cikamuning ini juga sudah tidak. Sudah selesai, kami memastikan tidak ada lagi bahan kimia. Jalan aman," pungkasnya.
(Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(TribunJabar.id, Rahmat Kurniawan)(Kompas.com, Bagus Puji Panuntun)