TRIBUNNEWS.COM - Pada Rabu (25/12/2024), sebuah tragedi besar melanda Kazakhstan.
Dilaporkan, pesawat penumpang milik Azerbaijan Airlines jatuh di dekat Aktau, Kazakhstan.
Masyarakat internasional terguncang.
Saat ini penyelidikan masih berlangsung.
Rekaman video kecelakaan itu menunjukkan pesawat jatuh dari langit dan terbakar saat menghantam tanah, serta kepulan asap hitam tebal mengepul.
Berikut adalah rangkaian fakta penting terkait kecelakaan tersebut, yang Tribunnews.comrangkum dari laporan The Guardian, Al Jazeera dan sumber lainnya:
Pesawat Embraer 190, dengan nomor penerbangan J2-8243, jatuh sekitar 3 km dari kota Aktau di Kazakhstan, tepatnya di pantai timur Laut Kaspia.
Pesawat tersebut sedang dalam perjalanan dari ibu kota Azerbaijan, Baku, menuju Grozny, ibu kota wilayah Chechnya di Rusia selatan.
Pesawat juga dilaporkan menyimpang ratusan mil dari rute yang direncanakan.
Rekaman video menunjukkan pesawat jatuh dari langit dan terbakar saat menghantam tanah, diiringi kepulan asap hitam tebal.
Di dalam pesawat tersebut, terdapat 62 penumpang dan 5 awak.
Para penumpang terdiri dari warga negara Azerbaijan (42 orang), Rusia (16 orang), Kazakhstan (6 orang), dan Kirgistan (3 orang).
Total korban tewas tercatat 38 orang, sementara 32 orang berhasil selamat, termasuk dua anak-anak.
Para korban yang selamat, beberapa di antaranya berada dalam kondisi kritis, terus dirawat di rumah sakit.
Selain itu, sejumlah korban yang telah dievakuasi ke Moskow menjalani perawatan lanjutan.
Kecelakaan ini dipicu oleh "situasi darurat" yang terjadi setelah pesawat bertabrakan dengan burung.
Pesawat kemudian terpaksa mengubah jalur penerbangan karena kabut tebal di Grozny dan berusaha mendarat darurat di bandara Aktau.
Namun, pesawat tersebut akhirnya jatuh setelah berputar-putar di dekat bandara Aktau.
Pihak FlightRadar24 mengungkapkan adanya gangguan GPS yang kuat yang mengakibatkan data penerbangan pesawat tidak akurat.
Hal ini kemungkinan menyulitkan navigasi pesawat.
Gangguan GPS di wilayah ini telah terjadi sebelumnya, dan hal ini mungkin semakin memperburuk kondisi penerbangan.
Setelah kecelakaan, tim penyelamat dan petugas pemadam kebakaran segera menuju lokasi untuk memadamkan api yang timbul akibat kecelakaan.
Sebanyak 150 petugas medis, termasuk dokter spesialis dari Astana, dikerahkan untuk merawat yang terluka.
Korban selamat banyak yang berhasil ditarik keluar dari reruntuhan, dengan beberapa di antaranya tampak dalam kondisi berlumuran darah.
Penyebab kecelakaan masih diselidiki oleh pihak berwenang di Azerbaijan, Kazakhstan, dan Rusia.
Beberapa teori muncul, termasuk kemungkinan keterlibatan sistem pertahanan udara Rusia.
Namun, Rusia dan Kazakhstan berupaya mengecilkan spekulasi tersebut, menyebutkan bahwa penyelidikan masih berlangsung dan informasi lebih lanjut akan segera diumumkan.
Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, segera mengumumkan hari berkabung nasional pada 26 Desember 2024, Reuters melaporkan.
Bendera negara diturunkan setengah tiang, dan kegiatan hening cipta dilaksanakan di seluruh negeri untuk menghormati para korban.
Pihak berwenang Azerbaijan mengirimkan tim investigasi yang dipimpin oleh Wakil Jaksa Agung Azerbaijan ke lokasi kecelakaan untuk melakukan penyelidikan.
Kotak hitam pesawat, yang berfungsi untuk merekam data penerbangan, telah ditemukan, dan penyelidikan lebih lanjut sedang dilakukan, Interfax melaporkan.
Selain itu, kantor Kejaksaan Agung Azerbaijan membuka kasus pidana untuk menyelidiki penyebab kecelakaan ini.
Setelah kecelakaan, sejumlah gambar dan video menunjukkan adanya lubang-lubang besar di reruntuhan pesawat.
Saluran Telegram Fighterbomber merilis klip yang memperlihatkan lubang-lubang di pesawat.
Beberapa pihak menyatakan bahwa kerusakan tersebut menyerupai jenis kerusakan yang biasanya disebabkan oleh tembakan atau ledakan pecahan peluru.
Serik Mukhtybayev, seorang pakar penerbangan dari Kazakhstan, mengungkapkan bahwa tabrakan burung hampir tidak mungkin menyebabkan kerusakan tersebut, mengingat ketinggian pesawat ketika masalah terjadi.
Lubang-lubang tersebut memunculkan spekulasi bahwa pesawat mungkin telah terkena serangan dari sistem pertahanan udara.
Namun, spekulasi tersebut masih merupakan dugaan yang belum bisa dipastikan, BBC melaporkan.
Pakar militer Rusia, Yuri Podolyaka, menyatakan bahwa kerusakan tersebut lebih cenderung disebabkan oleh serangan sistem rudal anti-pesawat.
Pihak berwenang Rusia dan Kazakhstan membantah spekulasi tersebut.
Mereka menegaskan bahwa penyelidikan masih berlangsung dan tidak ada bukti yang menunjukkan adanya keterlibatan sistem pertahanan udara dalam kecelakaan ini.
Negara-negara internasional memberikan perhatian terhadap tragedi ini.
NATO menyerukan penyelidikan mendalam mengenai penyebab kecelakaan tersebut.
Rusia dan Kazakhstan, di sisi lain, menegaskan bahwa spekulasi tentang keterlibatan pertahanan udara Rusia adalah tidak berdasar dan tidak etis.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)