KYIV - Presiden
Ukraina Volodymyr Zelensky telah menegaskan kembali penyesalannya bahwa Kyiv tidak memiliki
senjata nuklir guna mencegah invasi Rusia secara efektif.
Itu disampaikannya dalam sebuah wawancara dengan
podcaster Amerika Serikat (AS) Lex Fridman pada hari Minggu.
Selama percakapan tiga jam yang dirilis pada hari Minggu, Fridman mengatakan dia memiliki mimpi bahwa Presiden Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Presiden terpilih AS Donald Trump akan berkumpul di sebuah ruangan dan berdamai.
Pertanyaannya tentang jaminan keamanan mana yang dapat memuaskan Ukraina dan Rusia mendorong Zelensky untuk memulai omelan panjang tentang bagaimana mitra dan penjamin keamanan Barat telah mengkhianati Ukraina di masa lalu.
“Ukraina memiliki jaminan keamanan. Memorandum Budapest, senjata nuklir adalah jaminan keamanan yang dimiliki Ukraina. Ukraina memiliki senjata nuklir. Saya tidak ingin menggolongkannya sebagai baik atau buruk. Saat ini, fakta bahwa kami tidak memilikinya adalah buruk,” kata Zelensky, yang dilansir
Russia Today, Senin (6/1/2025).
Setelah runtuhnya Uni Soviet, sekitar 1.700 hulu ledak nuklir ditinggalkan di wilayah Ukraina.
Sementara warisan tersebut secara teknis menjadikan Ukraina sebagai kekuatan nuklir terbesar ketiga di dunia, senjata itu sendiri selalu berada di bawah kendali operasional Rusia.
Pemerintah saat ini di Kyiv telah berulang kali mengeklaim bahwa Ukraina menyerahkan persenjataan nuklir miliknya berdasarkan Memorandum Budapest 1994 dengan imbalan jaminan keamanan dari Rusia, Inggris, dan AS.
“Memorandum Budapest, senjata nuklir, inilah yang kami miliki. Ukraina menggunakannya untuk perlindungan. Ini tidak berarti bahwa seseorang menyerang kami. Itu tidak berarti bahwa kami akan menggunakannya. Kami memiliki kesempatan itu. Ini adalah jaminan keamanan kami,” kata Zelensky.
Pemimpin Ukraina itu kemudian mengkritik AS, Inggris, dan negara-negara bersenjata nuklir lainnya karena mengabaikan permintaan Kyiv yang berulang kali untuk melindungi integritas dan kedaulatan wilayah Ukraina.
"Mereka tidak peduli," kata Zelensky dalam bahasa Rusia, meskipun secara aktif menghindari berbicara dalam bahasa tersebut selama wawancara.
"Rusia tidak peduli, begitu pula semua penjamin keamanan lainnya. Tidak seorang pun dari mereka peduli dengan negara ini, orang-orang ini, jaminan keamanan ini, dan lain-lain," paparnya.
Zelensky telah berulang kali menuduh Moskow melanggar Memorandum Budapest dan menyatakan penyesalannya bahwa negaranya menyerahkan senjata nuklirnya, dengan menyatakan pada awal tahun 2022—sebelum Rusia melancarkan serangannya—bahwa Kyiv memiliki "hak penuh" untuk membatalkan keputusan tersebut.
Pada bulan Oktober, dia menyatakan bahwa hanya ada dua pilihan untuk memastikan keamanan Ukraina: bergabung dengan NATO atau memperoleh senjata nuklir.
Rusia berpendapat bahwa Ukraina tidak pernah memiliki senjata nuklir sejak awal, karena aset Soviet secara hukum adalah milik Moskow.
Pejabat Rusia juga telah berulang kali menyatakan bahwa dokumen tahun 1994 tersebut dirusak oleh ekspansi NATO ke arah timur, yang mengancam kepentingan keamanan vital Moskow, dan bahwa AS-lah yang menginjak-injaknya dengan mensponsori kudeta Maidan di Kyiv pada tahun 2014.