Hutan tertua di dunia ternyata tidak berada di Amazon atau kawasan yang terkenal dengan penampang alam serupa. Hutan ini seolah menjadi saksi peradaban manusia di sekitarnya dalam setiap zaman.
Para ilmuwan menemukan hutan tertua di dunia ini
di balik megahnya gedung pencakar langit dan hiruk-pikuk kehidupan modern. Hutan-hutan purba tersebut mungkin telah melalui perjalanan waktu selama jutaan tahun.
Lokasi hutan tertua di dunia ini berada dekat kota Cairo, Greene County, New York. Hutan dengan sebuah tambang terbengkalai ini memiliki batuan yang mungkin berusia lebih dari 385 juta tahun. Batuan di hutan tersebut berisi akar yang mengeras dari puluhan pohon purba.
Penemuan ini menandai titik balik dalam sejarah bumi. Saat pohon mulai mengembangkan akar, karbon dioksida dari udara diserap tumbuhan ke dalam metabolismenya. Mekanisme tersebut mengubah iklim planet dan menghasilkan atmosfer yang dikenal banyak manusia sekarang.
"Lokasi Cairo sangat istimewa. Lantai tambang yang luasnya sekitar setengah lapangan sepak bola Amerika, merupakan irisan horizontal tanah tepat di bawah permukaan hutan purba," kata Dr Christopher Berry seorang paleobotanis dan pengajar senior di University of Cardiff dikutip dari Science.
Hutan tertua dunia di cairo tersebut menjadi rumah bagi pohon Cladoxylopsids dan Archaeopteris. Cladoxylopsids adalah tanaman mirip pakis, sementara Archaeopteris adalah pohon berkayu dengan daun pipih yang muncul dari dahan mirip pelepah.
Akar pohon Archaeopteris ditemukan pada satu area dengan panjang lebih dari 11 meter. Akar ini merupakan contoh sistem perakaran kompleks yang tumbuh seiring tanaman, dengan banyak bagian bercabang. Sebelumnya akar tanaman tidak bercabang dan cepat mati.
Selain kedua pohon itu, para ilmuwan berpikir dapat menemukan spesies pohon ketiga yang bisa berkembang biak dengan spora bukan biji. Tak hanya tumbuhan, ilmuwan juga menemukan banyak fosil ikan di hutan tertua dunia tersebut. Tim riset yakin, hutan yang luas kemungkinan musnah karena banjir.
Pohon-pohon seperti di Cairo mempunyai pengaruh besar pada iklim kuno. Akar yang dalam menembus dan memecah bebatuan di dalam dan di bawah tanah. Ahli geosains di Universitas Stanford, Kevin Boyce menyebut proses ini sebagai pelapukan.
Proses ini memicu reaksi kimia yang menarik karbon dioksida dari atmosfer dan mengubahnya menjadi ion karbonat di air tanah. Karbonat ini akhirnya mengalir ke laut dan terkunci sebagai batu kapur.
Penurunan tingkat karbon dioksida, terjadi seiring meningkatnya kadar oksigen. Dampaknya, hewan dan serangga yang lebih besar berevolusi di dalam hutan purba. Pohon-pohon yang tumbuh puluhan juta tahun setelah hutan Kairo juga mempunyai dampak tidak langsung pada iklim modern.
Sebetulnya, ini bukan pertama kalinya para peneliti tersebut menjelajahi hutan primitif. Pada abad ke-19, mereka menemukan hutan fosil di Gilboa, New York. Lokasi ini sekitar 40 km dari lokasi Cairo. Di sana terdapat spesimen berusia 328 juta tahun.
Sejak tahun 2010, para peneliti meneliti tambang di Gilboa yang juga menyimpan akar pohon purba. Tapi, akar Gilboa termasuk pohon yang lebih primitif. Akarnya tidak tumbuh dalam (hanya di permukaan tanah), berkayu, dan berpotensi pelapukan.