Sebagai negara multikultural, Indonesia memiliki kearifan lokal yang sangat beragam. Tiap daerah memiliki ragam kearifan lokal masing-masing, termasuk Surabaya. Kearifan lokal Surabaya ada banyak, mulai dari upacara adat, kuliner, hingga pertunjukan seni.
Kearifan lokal itu sudah sepatutnya dijaga dan dilestarikan dengan baik. Hal ini supaya kewarifan lokal terus ada dan tidak menghilang akibat tergerus modernisasi.
Daftar Kearifan Lokal Surabaya
Mengutip buku Tersisihnya Kearifan Lokal di Era Digital, Rumini, (2022), kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri.
Secara etimologis, istilah kearifan lokal terdiri dari kata "kearifan" yang berarti kebijaksanaan, dan "lokal" yang merujuk pada wilayah atau tempat tertentu. Kearifan lokal biasanya diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi, serta melalui cerita mulut ke mulut.
Tiap daerah di Indonesia memiliki kearifan lokalnya masing-masing. Berikut ini beberapa kearifan lokal Surabaya yang perlu untuk dilestarikan.
1. Upacara Larung Ari-Ari
Jika biasanya upacara tradisional dilakukan secara kolektif, tidak begitu halnya dengan Larung ari-ari. Tradisi ini adalah proses menghanyutkan ari-ari bayi yang baru lahir. Prosesi penghanyutan ari-ari dilakukan bersama kembang 7 rupa, kendil, kain putih, dan jarum ke laut.
2. Sedekah Bumi
Sedekah bumi adalah upacara adat yang nyaris dijumpai di sebagian besar wilayah agraris. Sedekah bumi bertujuan untuk berterima kasih pada ibu pertiwi yang telah menumbuhkan tanaman dan membuat panen hasil bumi melimpah.
3. Ludruk
LKudruk merupakan pertunjukan teater tradisional yang menggunakan bahasa Jawa Timuran. Ludruk berbeda dengan ketoprak. Lakon dalam ludruk biasanya tentang kehidupan sehari-hari, cerita perjuangan, dan cerita lainnya yang bersifat nyata dengan diiringi musik dari gamelan.
4. Manten Pegon
Manten pegon merupakan bagian dari upacara pernikahan berupa prosesi pertemuan pengantin pria dan pengantin wanita. Tradisi ini merupakan hasil perpaduan dari budaya Jawa, Arab, Belanda, dan Tiongkok yang muncul pada abad ke-19. Biasanya, manten pegon dilakukan ketika sepasang pengantin berasal dari dua suku yang berbeda.
Baca juga: Sejarah Gelora Bung Tomo Surabaya dan Fakta Menariknya
Itulah beberapa kearifan lokal Surabaya yang perlu diketahui oleh gerenasi muda. Beberapa masih bisa disaksikan dengan mudah, tetapi ada juga yang mulai menghilang. Sudah menjadi tugas generasi muda untuk melestarikannya. (SASH)