‘Augmented Reality’ Solusi Mobilitas bagi Tunanetra
M Farrel Putra Rifani January 15, 2025 03:03 AM
Salah satu inovasi teknologi yang memiliki potensi besar untuk berkembang adalah Augmented Reality (AR), yang pada umumnya digunakan pada sensor kamera parkir mobil, kini dapat mulai dimanfaatkan untuk membantu tunanetra dalam meningkatkan mobilitas mereka. Menurut penelitian Haigh et al. (2013), teknologi AR yang menggunakan substitusi sensorik visual-ke-auditori dapat membantu tunanetra dengan memproses informasi lingkungan dalam bentuk audio, sehingga memungkinkan navigasi yang lebih efektif. Dengan menggabungkan elemen suara dan ‘image processing’, teknologi ‘Augmented Reality’ dapat memberikan panduan interaktif yang mempermudah navigasi tunanetra di ruang publik. Oleh karena itu, menyediakan lingkungan yang inklusif, seperti ruang publik dengan trotoar yang memadai dan penanda jalan yang jelas, adalah tanggung jawab pemerintah. Selain itu, ‘developer’ harus memastikan bahwa teknologi dapat memenuhi kebutuhan tunanetra, sementara masyarakat perlu meningkatkan kesadaran dan mendukung terciptanya ruang yang ramah bagi kelompok disabilitas.

Cara kerja Teknologi AR dalam Mobilitas Tunanetra

Ilustrasi teknologi pemrosesan gambar yang kemudian diubah menjadi suara. Foto: Youtube/caltech.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi teknologi pemrosesan gambar yang kemudian diubah menjadi suara. Foto: Youtube/caltech.
AR bekerja dengan menggabungkan teknologi pemrosesan gambar dan elemen suara untuk menyediakan panduan interaktif bagi tunanetra. Teknologi ini memanfaatkan kamera untuk mengenali objek di sekitar pengguna, lalu memproses informasi tersebut dan memberikan panduan suara yang menjelaskan situasi atau arah lingkungan secara langsung. Misalnya, AR dapat mendeteksi rintangan di jalur pejalan kaki dan memberikan peringatan agar pengguna menghindarinya. Menurut penelitian ARTAB, suara yang dihasilkan oleh teknologi AR membantu pengguna untuk memahami posisi suatu objek, meskipun tantangan muncul dalam pemilihan variasi suara yang sesuai untuk kejelasan informasi (ARTAB, Abstract). Dengan kemampuan ini, AR menjadi solusi inovatif untuk mendukung mobilitas yang lebih inklusif bagi penyandang tunanetra.
Meskipun teknologi AR memiliki potensi besar untuk meningkatkan mobilitas tunanetra, penerapannya di Indonesia menghadapi tantangan yang cukup kompleks. Salah satu kendala utamanya adalah kurangnya infrastruktur pendukung, seperti ketersediaan akses internet yang stabil di berbagai daerah, yang menjadi faktor penting untuk mengoperasikan aplikasi AR secara optimal. Selain itu, harga perangkat yang relatif tinggi juga menjadi penghalang bagi banyak tunanetra untuk dapat memanfaatkan teknologi ini. Tantangan lainnya adalah minimnya fasilitas publik yang dirancang dengan prinsip inklusivitas, sehingga penggunaan AR sering kali tidak berjalan secara maksimal. Oleh karena itu, dibutuhkan perhatian dan upaya bersama dari berbagai pihak agar teknologi AR dapat diterapkan secara efektif dan memberikan manfaat nyata bagi tunanetra di Indonesia.
Untuk mengatasi berbagai kendala dalam penerapan teknologi AR di Indonesia, diperlukan pendekatan terkoordinasi dari berbagai pihak. Pemerintah memiliki peran penting dengan meningkatkan infrastruktur digital, seperti memperluas akses internet berkecepatan tinggi hingga ke daerah terpencil, serta memberikan subsidi untuk penyandang tunanetra agar dapat memiliki perangkat berbasis AR. Di sisi lain, pengembang teknologi perlu merancang aplikasi AR yang lebih sederhana, hemat sumber daya, dan terjangkau, sehingga dapat diakses oleh masyarakat luas, termasuk tunanetra di wilayah dengan fasilitas terbatas. Selain itu, pelibatan masyarakat melalui kampanye kesadaran yang inklusif sangat penting untuk menciptakan ruang publik yang mendukung bagi tunanetra, sehingga teknologi ini dapat diterapkan dengan efektif dan berkelanjutan. Melalui kerja sama ini, hambatan yang ada dapat diatasi, dan teknologi AR dapat memberikan manfaat optimal.
Teknologi Augmented Reality memiliki potensi besar sebagai solusi inovatif untuk mendukung penyandang tunanetra dalam meningkatkan mobilitas dan kemandirian mereka di kehidupan sehari-hari. Meskipun tantangan seperti keterbatasan infrastruktur, rendahnya kesadaran masyarakat, dan kebijakan yang belum mendukung sepenuhnya masih ada, berbagai solusi dapat diupayakan melalui kerja sama antara pemerintah, pengembang teknologi, dan masyarakat. Secara keseluruhan, penerapan teknologi AR telah menunjukkan manfaat signifikan dalam membantu tunanetra melakukan orientasi dan navigasi secara mandiri (ARTAB, Abstract). Dengan dukungan infrastruktur yang memadai, pengembangan aplikasi yang lebih efektif, serta terciptanya ruang publik yang inklusif, teknologi ini dapat dimanfaatkan secara optimal. Oleh sebab itu, penggunaan AR bukan hanya sebuah inovasi teknologi, tetapi juga langkah nyata untuk menciptakan kehidupan yang lebih inklusif dan ramah bagi penyandang tunanetra. Masa depan yang lebih baik untuk tunanetra adalah tanggung jawab bersama yang perlu segera diwujudkan.
Simak video berikut untuk melihat bagaimana teknologi AR dapat membantu mobilitas tunanetra.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.