Mengaku Rugi akibat Pagar Laut di Bekasi, Nelayan Berharap Patok Dibongkar
Pravitri Retno W January 15, 2025 06:32 AM

TRIBUNNEWS.COM - Seorang nelayan bernama Mitun (28) merespons keberadaan pagar laut yang terbuat dari bambu di perairan pesisir laut pantau Desa Segarajaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Mitun mengaku tak mengetahui tujuan pembuatan proyek pagar laut berukuran panjang dua kilometer dan lebar 70 meter itu.

Ia menyebut, dirinya dan para nelayan bingung dengan pagar laut yang sudah ada sejak sembilan bulan lalu itu.

"Patok-patok ini (pagar laut), tidak tahu ini buat bikin apa, apa mau bikin proyek, apa mau buat pelabuhan, apa mau bikin tempat makan-makanan, ya tidak tahu itu," kata Mitun saat ditemui di lokasi, Selasa (14/1/2025), dilansir Tribun Bekasi

Ia berharap supaya pagar laut itu segera dihilangkan sehingga para nelayan bisa beraktivitas kembali seperti sedia kala tanpa perlu memutari pagar laut.

"Kalau harapan kami maunya ya kayak dulu lagi aja, gitu. Ya, supaya jangan ada yang ngalangin nelayan. Supaya nelayan enak cari ikannya. Jangan ada patok-patok begitu," ujarnya.

Mitun mengungkapkan, semenjak ada proyek itu dirinya merugi dan memutuskan untuk tak lagi menjadi nelayan.

Pasalnya, penggunaan bahan bakar akan lebih boros karena perlu memutar arah lebih jauh.

"Udah tidak melaut (cari ikan), sekarang aktivitasnya membawa penumpang wisata aja ke sungai Jengkem," ucapnya.

Nelayan lain bernama Markum (45) juga menyampaikan keresahannya soal pembangunan proyek tersebut.

Ia mengaku mengalami penurunan omzet imbas limbah sisa pengerukan tanah hingga aktivitas pengerjaan proyek menggunakan alat berat, dalam hal ini ekskavator.

"Saya terganggu karena pendapatan menurut dari Rp20 ribu jadi Rp10 ribu, bahkan terkadang tidak," ucapnya.

Markum berharap pihak yang terlibat dengan proyek pagar laut ini mampu mencari solusi dengan segera.

"Harapannya ada solusi sih secepatnya ya," tuturnya.

Respons Pemprov Jabar

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat telah merespons keberadaan pagar laut ini. 

Mereka menyebut pembangunan pagar laut untuk alur pelabuhan.

Kepala UPTD Pelabuhan Perikanan Muara Ciasem pada Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat, Ahman Kurniawan, mengatakan pembangunan pagar laut di Bekasi merupakan kerja sama antara sejumlah pihak, yaitu antara Pemprov Jawa Barat dengan PT Tunas Ruang Pelabuhan Nusantara (TRPN) pada Juni 2023. 

Ahman menyebut, PT TRPN mengerjakan pembuatan alur pelabuhan pada sisi kiri, sedangkan sisi kanan dikerjakan oleh PT Mega Agung Nusantara (MAN). 

"Dengan kesepakatan ini maka masing-masing kepentingan bisa berjalan. Kami dari DKP Jabar memiliki visi untuk penataan kawasan pelabuhannya," kata Ahman Kurniawan, Selasa.

Ia menjelaskan, PT TRPN menata ulang kawasan Satuan Pelayanan (Satpel) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Paljaya seluas 7,4 hektar, dengan biaya yang dikeluarkan sekitar Rp 200 miliar. 

Adapun luas PPI Paljaya tersebut sudah termasuk pembangunan alur pelabuhan yang membentang sepanjang lima kilometer. 

Sementara, kedalaman alur pelabuhan sekitar lima meter dari permukaan air. Kemudian, lebar alur pelabuhan sekitar 70 meter. 

Alur inilah yang akan menjadi akses keluar dan masuknya kapal nelayan. 

Lebih lanjut, Ahman menjelaskan, terdapat tiga fasilitas yang harus dipenuhi dalam penataan ulang PPI Paljaya.

Pertama, fasilitas pokok seperti alur pelabuhan, dermaga, dan mercusuar. 

Kedua, fasilitas penunjang yang mencakup perkantoran, fasilitas umum, kamar mandi, dan masjid.

Ketiga, fasilitas fungsional yang meliputi tempat pelelangan ikan, pasar ikan, pengolahan ikan, dan bongkar docking kapal 

"Tiga fasilitas inilah yang ada di dalam perjanjian kerja sama dengan swasta," ungkapnya. 

(Deni/Suci)(TribunBekasi.com/Rendy Rutama)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.