SURYA.co.id - Inilah sosok JJ Rizal, sejarawan yang berani kritik tajam Raffi Ahmad, sebut badut entertainment gabung kekuasaan.
Diketahui, Raffi Ahmad jadi sorotan setelah viralnya aksi arogan polisi patwal yang mengawal mobil berpelat RI 36.
Dalam video itu, polisi patwal tampak menunjuk-nunjuk pengendara lain yang dianggap menghalangi laju mobil dinas tersebut.
Sejarawan JJ Rizal melontarkan kritik tajam melalui akun X pribadinya.
Dalam cuitannya pada Minggu (12/1/2025), JJ Rizal menyinggung peran Raffi Ahmad yang saat ini menjabat sebagai utusan khusus Presiden Prabowo Subianto.
“Badut entertainment naik kelas bergabung dengan badut kekuasaan, republik turun kelas jadi sirkus kelas comberan,” tulisnya.
Sosok JJ Rizal
Melansir dari Wikipedia, JJ Rizal, S.S. adalah sejarawan Indonesia yang aktif dalam menghadapi dan memahami persoalan-persoalan di masyarakat melalui tulisan-tulisan di berbagai media cetak dan online.
Ia menyelesaikan kuliah pada 1998 di Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI), dengan skripsi berjudul “Sitor Situmorang: Biografi Politik 1956-1967.”
Beberapa bagian skripsinya ini kemudian diterbitkan pada 2014 dalam buku Sitor Situmorang: Biografi Pendek 1924-2014 sebagai obituari panjang ketika sastrawan itu meninggal pada 21 Desember 2014.
Selain itu ia juga mengumpulkan dan menjadi penyunting hampir semua karya Sitor dari mulai sajak, cerpen, esai, cerita anak, drama, dll.[1]
Ia mendirikan dan memimpin Penerbit Komunitas Bambu (Kobam) sejak 1998 sampai kini. Penerbit ini secara khusus menggarap buku-buku tema sejarah dan dinilaitelah memberikan sumbangan yang cukup besar bagi pemahaman sejarah di tengah masyarakat.
Pada 2006, Rizal mengembangkan membuat anak penerbit baru di Komunitas Bambu yaitu Masup Jakarta yang khusus menerbitkan buku-buku sejarah lokal Jakarta. Atas dedikasinya menjadikan pengetahuan sejarah terjangkau secara luas di masyarakat pada 2011, dia mendapat Jakarta Book Awards Ikatan Penerbit Indonesia Jakarta. Pada 2019, Rizal menjadi anggota komite Jakarta World Book Capital City.
Sejarah Jakarta memang spesialisasi Rizal. Spesialisasi ini pula yang mengantarnya menjadi kolomnis sejarah Batavia-Betawi-Jakarta di sebuah majalah Internasional yang berpusat di Belanda, MOESSON Het Indisch Maandblad (2001-2006).
Dia juga menjadi tim penulis buku muatan lokal DKI Jakarta Ragam Budaya Betawi (2001) dan kelompok kerja pengkajian buku muatan lokal DKI Jakarta yang dibentuk Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB, 2003). Rizal memang produktif menulis kolom-kolom sejarah Jakarta secara rutin di majalah dan koran Tempo, Warta Kota serta Kompas.[3]
Beberapa kolomnya di Kompas itu kemudian dibukukan dalam Politik Kota Kita (2006). Sebab itu pada 2009, dia mendapat Anugerah Budaya Gubernur DKI Jakarta.
Setelah anugerah ini Rizal masih terus menjadi kolomnis sejarah Jakarta, salah satunya secara rutin sepanjang 2010-2014 mengisi di majalah Djakarta! Selain itu ia juga memiliki acara siaran radio sendiri “Jakarta Punya Cerita” setiap Jum’at sore (2013-2016) di Sindo Trijaya FM.
Sebagai sejarawan publik yang aktif berperan dalam menghadapkan pengetahuan kesejarahan dengan masalah-masalah aktual di masyarakat, Rizal menjadi cukup dikenal dan mengakibatkan beberapa kali ia menjadi pemberitaan, seperti ketika pada 2009, ia menjadi korban salah tangkap polisi dan menjadi salah satu yang pertama membawa kasus ini ke pengadilan serta berhasil memenjarakan pelakunya.[10] Selain itu ia juga pernah dicalonkan untuk menjadi Wali Kota Depok pada 2014.
Duduk Perkara Mobil Dinas RI 36
Dalam video beredar, awalnya mobil dinas RI 36 ini terekam kamera sedang melintasi jalanan Jakarta sembari dikawal oleh petugas patroli dan pengawalan (patwal).
Saat kondisi jalanan mulai padat, petugas patwal berusaha membuka jalan agar mobil pelat RI 36 bisa melintas.
Namun, saat hendak membuka jalan, sebuah taksi eksekutif hitam berpindah lajur sehingga seolah tak memberikan jalan kepada rombongan mobil dinas RI 36.
Taksi itu sendiri berada tepat di belakang sebuah truk dan bergeser untuk pindah jalur di kanannya.
Namun, di saat bersamaan, ada mobil lain di sebelah kanannya sehingga taksi tersebut berhenti dan kemudian menghalangi kawalan mobil RI 36.
Petugas patwal pun emosi hingga menunjuk-nunjuk sopir taksi eksekutif hitam itu ketika lewat di sampingnya.
Kemudian, petugas patwal segera melanjutkan perjalanan dengan diikuti mobil RI 36.
Video tersebut dibagikan beberapa kali di media sosial X, sehingga memicu kegaduhan di antara warganet.
Utusan Khusus Presiden Bidang Generasi Muda dan Pekerja Seni, Raffi Ahmad, akhirnya mengonfirmasi bahwa mobil tersebut adalah kendaraan dinasnya.
“Benar, mobil tersebut adalah kendaraan yang saya gunakan,” tutur Raffi, dikutip dari Kompas.com, Sabtu (11/1/2025).
Namun, suami Nagita Slavina itu mengaku bahwa dirinya sedang tidak ada di mobil ketika peristiwa arogansi itu terjadi.
“Saat kejadian, saya tidak berada di dalam mobil tersebut karena kendaraan tersebut sedang dalam posisi menjemput saya untuk agenda rapat selanjutnya,” imbuhnya.
Selain Raffi Ahmad, pengunggah video akhirnya juga minta maaf karena berujung menimbulkan kegaduhan.
Ia meminta maaf kepada tiga menteri yang namanya sempat terseret dalam insiden itu.
“Perekam video viral mobil RI 36 yang dikawal patroli dan pengawalan (patwal) menorobos kemacetan di Jalan Jenderal Sudirman Jakarta diketahui sudah menyampaikan permohonan maaf melalui akun TikTok,” bunyi keterangan tertulis.
“Akun tersebut juga menyampaikan permintaan maaf kepada Patwal yang bertugas mengawal mobil RI 36 berinisial D yang diduga sudah terkena sanksi,” ujar dia.
Selain itu, ia juga meminta maaf kepada Polri lantaran usai video tersebut viral, ia merasa membuat citra buruk terhadap institusi tersebut.