BGN: 1 Satuan Pelayanan MBG Kelola Rp 8-10 M/Tahun, Layani hingga Radius 6 Km
kumparanNEWS January 21, 2025 03:23 PM
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menggelar rapat kerja dengan DPD RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (21/1). Rapat membahas teknis hingga evaluasi program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Dadan mengatakan, MBG dikelola oleh satu satuan pelayanan. Satu satuan ini akan mengelola dana Rp 8-10 miliar per tahun.
"Jadi kami tidak membuka pendaftaran untuk peserta (MBG), tetapi kami yang mendata langsung di lokasi masing-masing. Nah, satuan-satuan pelayanan ini seperti yang sudah disampaikan oleh Pak Presiden, itu akan mengelola uang antara Rp 8 sampai 10 miliar setiap tahun," kata Dadan.
Dadan menjelaskan, satuan pelayanan berfungsi sebagai dapur umum atau central kitchen. Satu satuan pelayanan akan menyediakan makanan bergizi bagi anak-anak sekolah, ibu hamil, ibu menyusui, hingga balita di radius 4-6 kilometer.
“Karena kami tidak hanya melayani anak-anak, termasuk ibu hamil, ibu menyusui, dengan makanan dan memasak makanan,” ujar akademisi dari IPB ini.
Selain itu, tiap satuan pelayanan akan melayani hingga 3.000 peserta, mulai dari anak PAUD hingga SMA, termasuk ibu hamil dan menyusui. Data peserta didasarkan pada real-time monitoring, terutama untuk ibu hamil dan balita yang datanya tidak bisa mengacu pada data tahun sebelumnya.
“Satuan pelayanan ini sementara ini melayani 3.000 peserta target di satu titik. Yang itu mulai dari anak PAUD sampai SMA termasuk ibu hamil, ibu menyusui, anak balita,” ujarnya.
Selain menyediakan makanan bergizi, satuan pelayanan juga menjadi tempat konsultasi gizi masyarakat dan mendukung ekonomi lokal.
“Tapi kami menjadi juga tempat di mana menjadi off-taker [entitas yang membeli] terdepan bagi produk lokal. Sehingga kami akan melayani berbagai produsen dari sekitar untuk menyalurkan bahan baku ke satuan pelayanan,” jelas Dadan.
Anggaran Sebagaian Besar Buat Beli Bahan Baku hingga Honor
Dadan mengatakan, sekitar 85 persen dari anggaran tahunan satuan pelayanan digunakan untuk pembelian bahan baku. Sedangkan 10,5 persen dialokasikan untuk honor tenaga lokal yang terlibat dalam proses memasak.
Menu makanan yang disediakan mengacu pada kebutuhan gizi dengan komposisi yang sudah ditetapkan BGN, seperti 750 kalori untuk anak SMA, dengan 30 persen protein, 40 persen karbohidrat, dan 30 persen serat. Namun, jenis menu disesuaikan dengan potensi dan kesukaan lokal.
“Nah, menunya sangat tergantung dari kesukaan dan juga potensi sumber daya lokal. Contoh misalnya kalau di Sukabumi, di situ lebih banyak ayam, maka lebih banyak ayam dan telur ayam yang dimasak,” ungkap Dadan.
Program ini nantinya akan dirancang untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Meski saat ini masih ada beberapa wilayah seperti Papua Pegunungan dan Papua Tengah yang belum memiliki layanan ini, Dadan memastikan dalam waktu dekat semuanya akan terpenuhi.
Di Nusa Tenggara Timur (NTT), misalnya, terdapat sekitar 740 satuan pelayanan yang melayani 1,5 juta penerima manfaat dengan total anggaran Rp 2 triliun per tahun. Bahkan di Jawa Barat, akan ada 4.300 satuan pelayanan dengan anggaran mencapai Rp 43 triliun.