Peristiwa Penting Kerajaan Demak, dari Pendirian hingga Keruntuhannya
Moh. Habib Asyhad January 22, 2025 03:34 PM

Inilah peristiwa penting Kerajaan Demak, mulai dari pendirian hingga keruntuhannya. Semoga bermanfaat untuk para pembaca.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Cerita tentang Kerajaan Demak atau Kesultanan Demak adalah cerita tentang awal dan akhir. Ia adalah awal dari masa-masa pengaruh Islam sekaligus akhir dari masa-masa pengaruh Hindu-Buddha.

Kami akan sajikan peristiwa penting Kerajaan Demak, mulai dari pendirian hingga keruntuhannya.

Berdirinya Kerajaan Demak

Semua mafhun, Kerajaan Demak adalah Kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-15 dan seketika menjadi pusat penyebaran Islam di pulau ini.

Dalam hal penyebaran Agama Islam, Kerajaan Demak dibantu oleh sosok Wali Songo. Letak Kerajaan Demak berada di Jawa Tengah, tepatnya di sebuah daerah yang bernama Bintoro.

Sebelum menjadi sebuah kerajaan, wilayah Demak awalnya merupakan sebuah kadipaten yang menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit.

Pendiri Kerajaan Demak adalah Raden Patah yang juga menjadi raja pertama di kerajaan tersebut. Raden Patah yang sebelumnya pergi meninggalkan Majapahit mendirikan Kerajaan Demak setelah memperoleh dukungan dari bupati yang berkuasa di sekitar wilayah Demak.

Dia kemudian mendirikan Kerajaan Demak dengan aturan dan norma yang berlandaskan pada nilai-nilai dan ajaran Islam. Pada masa pemerintahan Raden Patah, wilayah kekuasaan Kerajaan Demak meliputi daerah Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi, dan beberapa daerah di Kalimantan.

Masa keemasan Kerajaan Demak

Setelah Raden Patah, anaknya yang bernama Pati Unus naik tahta setelah masa kekuasaan sang ayah sudah berakhir di tahun 1518. Sayangnya Pati Unus yang bergelar Pangeran Sabrang Lor hanya berkuasa selama tiga tahun saja.

Hal ini karena Pati Unus gugur dalam usahanya untuk menyerbu Portugis yang kedua kalinya ke Malaka pada tahun 1521. Tahta Pati Unus kemudian diisi oleh Sultan Trenggana yang dikenal karena terlibat dalam pertempurannya merebut Sunda Kelapa di bawah pimpinan Fatahillah.

Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaan pada tahun 1521-1546 di bawah pemerintahan Sultan Trenggono. Di bawah kekuasaannya, kerajaan besar yang ada di Jawa seperti Kerajaan Madura, Blambangan, Mataram, dan Pajang berhasil dikuasai oleh Kerajaan Demak.

Pemerintahan Sultan Trenggana berakhir setelah dia wafat dalam peperangan yang terjadi di Pasuruan tahun 1546. Setelah Sultan Trenggana, tahta penguasa Kerajaan Demak diisi oleh putranya yang bernama Sunan Prawoto.

Masa-masa keruntuhan

Namun Sunan Prawoto hanya memimpin selama beberapa tahun saja karena dia lebih tertarik untuk mendalami kehidupannya sebagai seorang ulama yang menyebarkan Islam ke seluruh penjuru Jawa. Selepas Sunan Prawoto, tahta kerajaan jatuh pada sosok bernama Arya Penangsang.

Dalam sejarahnya, dikatakan bahwa bahwa Sunan Prawoto meninggal karena dibunuh oleh orang suruhan Arya Penangsang. Hal ini karena Arya Penangsang ingin mengambil alih kekuasaan di Kerajaan Demak.

Arya Penangsangan kemudian memindahkan pusat pemerintahan kerajaan ke Jipang. Berbagai konflik mulai muncul setelah tindakan itu dilakukan, terlebih setelah adanya pemindahan Kerajaan Demak ke Pajang pada tahun 1586 karena Sultan Hadiwijaya berhasil mengalahkan Arya Penangsang.

Pada masa itu pula Kerajaan Demak berakhir atau runtuh dan jatuh ke tangan Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir, pendiri Kerajaan Pajang.

Runtuhnya Kerajaan Demak disebabkan oleh beberapa alasan. Di antaranya adalah sengketa atau perebutan kekeuasaan.

Sengketa itu terjadi karena Raden Patah diketahui mempunyai banyak anak laki-laki, tapi berasal dari ibu yang berbeda-beda. Hal ini bertambah rumit setelah Adipati Unus meninggal tanpa memiliki keturunan anak laki-laki.

Dari situ kemudian muncul -- sebagai penyebab kedua -- perang saudaraantara keturunan dua putra Raden Patah: Pangeran Surowiyoto (Sekar Seda Lepen) dan Sultan Trenggana.

Hal ini terjadi karena Seda Lepen yang merupakan putra tertua dari sang raja, tapi dia terlahir dari istri ketiga. Sementara Sultan Trenggana yang lebih muda, lahir dari istri yang pertama.

Sunan Prawoto yang merupakan putra Sultan Trenggana disebut terlibat dalam pembunuhan Seda Lepen. Dengan begitu, jalan ayahnya menjadi raja semakin mulus.

Arya Penangsang yaitu putra dari Sekar Seda Lepen membalaskan dendam ayahnya dengan membunuh Sunan Prawoto sekeluarga dan merebut posisi raja Demak yang kelima.

Tapi ulahnya membunuh pemimpin Jepara yaitu Pangeran Hadiri kemudian membuat para adipati termasuk Jaka Tingkir memusuhinya.

Penyebab selanjutnya adalah kegagalan dalam pemerintahan.Perbedaan mazhab antara masyarakat dan bangsawan, sikap pemerintah yang terlalu fokus dengan perang menghadapi Portugis, serta kurangnya kemauan untuk mendengarkan aspirasi dari rakyat, membuat Kerajaan Demak tidak dapat bertahan.

Arya Penangsang dan berdirinya Kesultanan Pajang

Setelah meninggalnya Sultan Trenggono, terjadi perang saudara antara Sunan Prawoto dan Arya Penangsang. Konflik yang terjadi setelah Sultan Trenggono meninggal disebabkan oleh perebutan kekuasaan dan dendam.

Pada 1521, Sultan Trenggono naik takhta setelah Pangeran Surowiyoto atau Raden Kikin tersingkir. Pangeran Surowiyoto adalah kakak kandung dari Sultan Trenggono yang dibunuh atas perintah Sunan Prawoto.

Sunan Prawoto melakukan itu agar sang ayah, Sultan Trenggono, diangkat sebagai raja Demak. Setelah dibunuh jasad Pangeran Surowiyoto ditemukan di sungai, oleh karena itu ia dikenal dengan sebutan Pangeran Sekar Seda ing Lepen (Putra Mahkota yang Meninggal di Sungai).

Setelah Sultan Trenggono wafat kemudian takhta kerajaan dilanjutkan oleh Raden Mukmin dengan gelar Sunan Prawoto. Perebutan kekuasaan yang terjadi di Kerajaan Demak tidak dapat dihindari kala Arya Penangsang, putra Pangeran Surowiyoto, tidak terima.

Terlebih, selama menjadi raja, Sunan Prawoto dinilai lebih sibuk sebagai ahli agama dibanding sebagai pemimpin Kerajaan Demak.

Alhasil, satu per satu daerah kekuasaan Kerajaan Demak mulai melepaskan diri, yang berdampak pada mundurnya kerajaan dan pemberontakan dari Arya Penangsang yang merasa lebih pantas menjadi raja.

Pada 1547, Arya Penangsang berhasil menyingkirkan Sultan Prawoto dari singgasana Demak. Akan tetapi, kedudukan Arya Penangsang mendapat penolakan dari rakyat Demak, hingga terjadi kekacauan.

Kekacauan dapat diakhiri setelah Arya Penangsang dikalahkan oleh Jaka Tingkir, menantu Sultan Trenggono.

Jaka Tingkir adalah kepala prajurit Kerajaan Demak yang diangkat sebagai Adipati Pajang dan dinikahkan dengan putri Sultan Trenggono yang bernama Ratu Mas Cempaka. Setelah perang saudara berakhir, Jaka Tingkir secara otomatis menjadi ahli waris takhta Kerajaan Demak.

Namun, Jaka Tingkir memilih memindahkan ibu kotanya ke Pajang, yang terletak di perbatasan Kota Surakarta dan Kartasura. Alasan Sultan Hadiwijaya memindahkan pusat kerajaan dari Demak ke Pajang adalah karena dia berasal dari Pajang.

Dengan demikian, runtuhlah Kerajaan Demak dan dimulainya pemerintahan Kerajaan Pajang di bawah pimpinan Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya.

Itulahperistiwa penting Kerajaan Demak, mulai dari pendirian hingga keruntuhannya. Semoga bermanfaat untuk para pembaca.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.