Inilah sejarah kerajaan Tarumanegara, dari pendiriannya hingga kemundurannya dan pecah jadi dua: Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Kerajaan Tarumanegara menjadi salah satu tonggak penting penyebaran kebudayaan Hindua-Buddha di Nusantara. Maujud dari abad ke-4 hingga abad ke-7, Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan Hindu tertua di Pulau Jawa.
Inilah sejarah kerajaan Tarumanegara, dari pendiriannya hingga kemundurannya.
Sejarah berdirinya Kerajaan Tarumanegara
Berloksi di sekitar delta Sungai Citarum, Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh pendatang dari India bernamaMaharesi Jayasingawarman. Dia memberi nama kerajaannya Tarumanegara dari nama pohon tarum yang banyak tumbuh di daerah tersebut.
Jayasingawarman memerintah dari tahun 358 M sampai 328 M, dan setelahnya memutuskan untuk menjadi petapa. Kepemimpinan Kerajaan Tarumanegara lalu dilanjutkan oleh Raja Dharmayawarman.
Meski begitu, tak banyak sumber sejarah yang menyebut masakepemimpinan Raja Dharmayawarman (382-395 M). Justru yang lebih banyak adalah catatan tentang raja ketiga yaitu Purnawarman.
Dialah raja yang berhasil membawa Kerajaan Tarumanegara mencapai masa kejayaan.
Pada masa kepemimpinannya di tahun 397 masehi, Purnawarman membangun ibu kota kerajaan bernama Sundapura di kawasan pantai yang jadi asal-usul "Sunda" sekarang.
Selain itu seperti yang disebut dalam Prasasti Tugu, raja juga memerintahkan penggalian Sungai Gomati sepanjang 12 km yang berfungsi sebagai jalur perdagangan, mengendalikan banjir, dan menghindari kekeringan yang pada musim kemarau.
Di bawah kekuasaannya Kekuasaan Tarumanegara meliputi hampir seluruh wilayah Jawa Barat, mulai dari Banten, Jakarta, Bogor, dan Cirebon. Tak hanya di dalam negeri, Kerajaan Tarumanegara bahkan menjalin hubungan diplomatik dengan Cina.
Salah satu bukti kejayaan Raja Purnawarman adalah dilakukannya persembahan 1.000 ekor sapi kepada para Brahmana yang juga tercantum pada Prasasti Tugu.
Kerajaan Tarumanegara terletak di tepi Sungai Citarum, Jawa Barat. Yang diperkirakan, wilayahnya berada di daerah Bekasi.
Pecah jadi dua
Pada 397 M, Purnawarman membangun ibu kota kerajaan yang berada di sekitar pantai. Kota tersebut bernama Sundapura yang dianggap sebagai cikal bakal Sunda sekarang.
Pada masa pemerintahannya, Purnawarman menguasai 48 kerajaan daerah. Wilayahnya hampir meliputi seluruh Jawa Barat, mulai Banten, Jakarta, Bogor, dan Cirebon. Pada saat itu, Kerajaan Tarumanegara juga memiliki hubungan diplomatik dengan Cina.
Menurut naskah Wangsakerta, Kerajaan Tarumanegara mengalami perpecahan karena adanya pembagian kerajaan dari Raja Linggawarman ke Tarusbawa, menantunya. Hal tersebut menyebabkan Kerajaan Tarumanegara terbagi menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Sunda dan Galuh.
Pada tahun 666 M, Linggawarnan memberikan amanat kepada kerajaan kecil di bawah Tarumanegara untuk mewakilinya. Namun, Kerajaan Galuh di bawah kepemimpinan Tarusbawa memilih berpisah dari Kerajaan Tarumanegara.
Letak Kerajaan Galuh di dekat Cirebon. Sementara, Linggawarman mengubah nama kerajaan menjadi Kerajaan Sunda. Peristiwa perpecahan tersebut menandai berakhirnya kekuasaan Kerajaan Tarumanegara.
Kerajaan Galuh
Kerajaan Galuh adalah kerajaan Hindu-Buddha di Jawa yang lokasinya terletak antara Sungai Citarum dan Sungai Cisarayu. Kerajaan ini didirikan oleh Wretikandayun pada 612 masehi.
Selama berkuasa, Kerajaan Galuh sering terlibat perang saudara dengan Kerajaan Sunda. Dua kerajaan ini pun sempat disatukan pada 723-739 M, tetapi pecah kembali.
Kerajaan Galuh mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Wastukancana (1371-1475 M).
Sejarah berdirinya Kerajaan Galuh diawali dengan kemunduran Kerajaan Tarumanegara. Ketika Maharaja Tarusbawa naik takhta menjadi raja Kerajaan Tarumanegara untuk menggantikan Raja Linggawarman, Wretikandayun segera memanfaatkan pergantian kekuasaan tersebut untuk memisahkan diri.
Tarusbawa sebagai raja terakhir Tarumanegara mengabulkannya dan memecah wilayahnya menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Sungai Citarum sebagai pembatasnya.
Wretikandayun kemudian mendirikan pusat pemerintahan baru yang jauh dari pengaruh Tarumanegara. Dia adalahputra raja Kendan yang lahir pada 591 M dan menjadi pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Galuh pada 612 M, di usia 21 tahun.
Saat Wretikandayun dinobatkan menjadi raja Kendan pada 612 M untuk menggantikan ayahnya, dia justru mendirikan ibu kota baru di Galuh. Setelah menjadi raja, ia bergelar Maharaja Suradarma Jayaprakosa.
Pada 669 M, Wretikandayun akhirnya berhasil memerdekakan Kerajaan Galuh. Kerajaan Tarumanegara sendiri berganti nama menjadi Kerajaan Sunda sehingga pada 669 M dianggap sebagai awal Kerajaan Galuh yang mandiri.
Kerajaan Galuh pernah mengalami masa sulit setelah Perang Bubat dengan Kerajaan Majapahit. Dalam peristiwa tersebut, Prabu Linggabhuana gugur dan meninggalkan putra mahkota Wastukancana yang usianya masih sembilan tahun.
Situasi sulit itu berhasil diatasi oleh Bunisora, adik Prabu Linggabhuana, yang bertanggung jawab atas kelanjutan takhta sekaligus menjadi wali dan guru untuk Wastukancana.
Ketika usianya menginjak 23 tahun, Wastukancana dinobatkan menjadi raja Kerajaan Sunda Galuh bersatu dengan gelar Mahaprabu Niskala Wastukancana. Pada masa pemerintahan Wastukancana, Kerajaan Galuh mencapai puncak kejayaannya.
Dalam Carita Parahyangan diceritakan bahwa kehidupan rakyat Galuh sangat tenteram dan sejahtera pada masa pemerintahannya. Wastukancana adalah raja yang berumur panjang hingga memerintah kerajaan antara 1371-1475 M, atau selama 104 tahun.
Masa pemerintahan Kerajaan Galuh kemudian berakhir pada 1595 ketika dikuasai oleh Kerajaan Mataram.
Kerajaan Sunda
Sebagaimana disinggung di awal, Kerajaan Sunda adalah pemecahan dari Kerajaan Tarumanegara yang terjadi pada 670. Ini diperkuat dengan sebuah sumber yang berasal dari berita Cina yang memberitahukan bahwa di tahun 979 Masehi menjadi tahun terakhir utusan Kerajaan Tarumanegara mengunjungi negeri Cina.
Pada679, Tarusbawa (raja pertama Kerajaan Sunda) memberikan mandat kepada bawahannya untuk memberitahukan informasi tentang pengangkatan dirinya sebagai raja di Kerajaan Sunda.
Dia sendiri diangkat menjadi seorang raja pada tanggal 9 bagian-terang bulan Jesta tahun 591 Saka. Jika dalam tahun Masehi kurang lebih pada tanggal 18 Mei 669 Masehi.
Nama Sunda yang terdapat pada sebuah Kerajaan tercatat dalam dua batu prasasti. Kedua batu itu ditemukan di lokasi yang berbeda, yaitu di daerah Bogor dan di daerah Sukabumi.
Batu Prasasti pertama ditemukan di kampung Pasir Muara, lebih tepatnya di pinggiran sebuah persawahan yang tidak jauh dari lokasi prasasti Telapak Gajah. Prasasti Telapak Gajah adalah prasasti yang menjadi peninggalan Purnawarman.
Batu prasasti yang ditemukan di kampung Pasir Muara memiliki sebuah tulisan atau kalimat yang berisi empat baris. Bosch menerjemahkan kalimat yang ada pada batu prasasti itu, "ini tanda ucapan Rakryan Juru Pangambat; alam tahun (Saka) kawihaji (8) panca (5) pasagi (4), pemerintahan negara dikembalikan kepada Raja Sunda."
Padaprasasti yang kedua terdapat gambar sepasang telapak kaki gajah dan pada prasasti itu terdapat tulisan "jayavi shãlasya tãrumnendrasya hastinah airãvatãbhasya vibhãtidam padadvayam".
Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti "kedua jejak telapak kaki adalah jejak kaki gajah yang cemerlang seperti Airawata kepunyaan penguasa Tarumanegara yang jaya dan berkuasa."
Sebelum terjadi pemecahan, Kerajaan Tarumanegara dipimpin oleh Linggawarman. Dia menikah dengan seorang putri Indraprahasta yang bernama Déwi Ganggasari. Dari pernikahannya, mereka dikaruniai dua orang putri, pertama Déwi Manasih, putri kedua bernama Sobakancana.
Putri pertama Linggawarman yang bernama Déwi Ganggasari menikah dengan Tarusbawa dari Sunda. Sementar itu putri kedua Linggawarman yang bernama Sobakancana menikah dengan Dapuntahyang Sri Janayasa yang merupakan pendiri Kerajaan Sriwijaya.
Dalam masa pemerintahan Kerajaan Tarumanegara hanya ada 12 orang yang memimpin kerajaan tersebut. Di tahun 669 Masehi, raja terakhir Kerajaan Tarumanegara, yaitu Linggawarman kedudukannya digantikan oleh menantunya yang bernama Tarusbawa.
Tarusbawa sendiri berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa. Dia melihat pamor Kerajaan Tarumanegara sudah mulai menurun. Karena hal itulah, Tarusbawa ingin sekali mengembalikan kejayaan dan keharuman seperti zaman Purnawarman yang bekedudukan di Purasaba Sundapura.
Pada 670 Masehi, Tarusbawa mengganti Kerajaan Tarumanegara menjadi Kerajaan Sunda. Penggantian nama itu membuat Wretikandayun pendiri Kerajaan Galuh memisahkan negaranya dari kekuasaan atau kepemimpinan Tarusbawa.
Wretikandayun adalah seorang putra Galuh yang menikah dengan seorang Putri yang bernama Parwati. Parwati adalah seorang putri Maharani Sima dari Kerajaan Kalingga. Dengan dukungan Kerajaan Kalingga, Wretikandayun menuntut kepada Tarusbawa supaya bekas kawasan Kerajaan Tarumanegara dibagi menjadi dua bagian.
Tarusbawa sedang dalam keadaan lemah dan tidak ingin terjadi perang saudara maka ia menerima tuntutan yang diajukan Wretikandayun. Pada 670 Masehi, bekas kawasan Kerajaan Tarumanegara dipecah menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.
Sungai Citarum menjadi pembatas antara Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Setelah terjadi pemecahan, Tarusbawa lalu membangun ibu kota baru yang terletak di daerah pedalaman dekat hulu sungai Cipakancilan.
Dalam Carita Parahiyangan, tokoh Tarusbawa hanya disebut dengan gelarnya saja, yaitu Tohaan di Sunda (Raja Sunda). Tarusbawa bisa dikatakan sebagai seseorang yang mencetuskan cikal bakal raja-raja Sunda.
Masa pemerintahan Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Tarusbawa hanya sampai pada tahun 723 Masehi.
Putra dari Tarusbawa sudah wafat terlebih dahulu sehingga putra putri mahkota yang bernama Tejakencana diangkat menjadi seorang anak dan ahli waris kerajaan. Suami dari putri inilah yang menjadi raja kedua di Kerajaan Sunda.
Suami putri itu bernama Rakeyan Jamri yang juga cicit dari Wretikandayun. Ketika menjadi seorang raja di Kerajaan Sunda, Rakeyan Jamri dikenal dengan nama Prabu Harisdarma.
Setelah berhasil menguasai Kerajaan Galuh, nama Sanjaya lebih dikenal oleh banyak orang.
Sebagai ahli waris Kerajaan Kalingga, Rakeyan Jamri menjadi pemimpin Kerajaan Kalingga Utara atau lebih dikenal dengan nama Bumi Mataram di tahun 732 Masehi. Sedangkan kekuasaannya di Jawa Barat diberikan kepada putranya yang berasal dari Tejakencana yang bernama Tamperan atau Rakeyan Panaraban.
Itulahsejarah kerajaan Tarumanegara, dari pendiriannya hingga kemundurannya dan pecah jadi dua: Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda.