Koreksi Distribusi LPG 3 Kg Bikin Ribet: Pakai KTP hingga Wajib di Pangkalan Resmi
GH News February 04, 2025 04:07 PM
JAKARTA - Pemerintah melarang penjualan elpiji 3 kilogram (kg) atau Liquefied petroleum gas (LPG) melalui pengecer mulai Sabtu (1/2/2025) lalu. Maksud hati mengoreksi distribusi LPG 3 kg yang belum tepat sasaran, kebijakan baru ini justru membuat warga kecil makin kesulitan untuk mendapatkan elpiji.

Bahkan ada syarat pembelian elpiji 3 kg di pangkalan lpg resmi, termasuk batas pembeliannya?. Adapun segmen pengguna LPG 3 kg yakni rumah tangga, usaha mikro, petani sasaran dan nelayan sasaran.



Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari mengatakan, masyarakat kini bisa membeli elpiji 3 kg di pangkalan resmi. Nah, untuk membeli elpiji 3 kg di pangkalan ini, masyarakat memang perlu menunjukkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) atau Kartu Tanda Penduduk (KTP).

“(Data pembelian) Akan tercatat secara digital melalui aplikasi Merchant Apps Pertamina (MAP),” jelas Heppy.

Sementara terkait pembatasan, pertamina menerangkan belum ada pembatasan seperti dilansir akun X (Twitter) @MyPertaminaID. Dijelaskan bahwa pembelian elpiji 3 kg untuk kebutuhan rumah tangga dan usaha mikro belum dilakukan pembatasan.

Namun, pembelian elpiji 3 kg wajib menunjukkan KTP agar subsidi dapat tepat sasaran. Selain itu, Pertamina juga akan melakukan tracking atau pelacakan terkait pembelian elpiji 3 kg yang tidak wajar atau dalam jumlah banyak.

Merespon pembelian LPG 3 kg hanya dilayani di Pangkalan Resmi Pertamina mulai 1 Februari 2025, Pertamina Patra Niaga bergerak cepat menyiapkan akses link titik-titik pangkalan LPG 3 kg terdekat yang dapat dikunjungi langsung oleh masyarakat penguna LPG 3 Kg.

"Untuk kemudahan masyarakat menemukan pangkalan LPG 3 kg terdekat, kami menyiapkan akses mencari pangkalan terdekat melalui link berikut https://subsiditepatlpg.mypertamina.id/infolpg3kg atau bisa meminta informasi melalui Pertamina Call Center 135. Pengecer juga dapat menjadi pangkalan setelah memenuhi ketentuan yang berlaku," jelas Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari.

Keluhan Warga

Kebijakan pembatasan penjualan LPG 3 Kg yang hanya berada di pangkalan resmi dikeluhkan oleh sejumlah warga. Salah satunya Riana (42), warga Kecamatan Medan Perjuangan, Kota Medan, mengapresiasi langkah Pertamina membatasi pembelian LPG 3 Kg hanya di pangkalan resmi. Kebijakan ini diharapkan dapat mengurangi penyelewengan penggunaan LPG.

"Kita harap setelah kebijakan ini, tidak ada lagi penyelewengan. Sehingga stok tersedia dan kita tak kesulitan lagi cari LPG 3 kg. Apalagi pemerintah menjamin harga, kualitas dan takarannya," kata Riana.

Namun Riana masih bingung kemana ia harus mendapatkan LPG ukuran 3 kg jika gas di rumahnya habis saat malam hari. Karena sulit mencari pangkalan yang buka 24 jam.

"Sulit cari pangkalan yang buka 24 jam. Paling lama jam 9 malam. Selama ini pengecer jadi solusi kalau gas kita habis malam hari. Kita kan ga tahu juga gas di rumah habis jam berapa. Kalau harus stok tabung cadangan, biaya lagi dan penyimpanan juga kalau tidak hati-hati, bisa berbahaya. Makanya setelah kebijakan ini sebaiknya Pertamina juga memastikan pangkalan buka 24 jam," pungkasnya.

Sementara itu Engkos Koswara (70), pemilik pangkalan gas di Bandung berharap agar pemerintah mempertimbangkan kembali kebijakan tersebut dan memungkinkan warung-warung untuk kembali menjual gas melon. Menurutnya, dengan keterlibatan warung, distribusi gas akan lebih merata dan mempermudah masyarakat, terutama yang tidak dapat datang langsung ke pangkalan.

“Dengan warung ikut menjual, proses distribusi akan lebih baik, dan kami bisa berbagi keuntungan dengan mereka,” harap Engkos.

Masih banyaknya warga yang kesulitan mengakses pangkalan resmi, juga menjadi keluhan. Seperti Sofi, salah satu warga Depon yang mengatakan kesulitan memperoleh gas melon menjadi kendala saat hendak memasak.

Ia pun telah mengantre kurang lebih 1 jam untuk memperoleh tabung gas melon (sebutan untuk LPG 3 Kg) usai keliling di wilayah Depok Timur.

"Dari kemarin seluruh toko sudah enggak ada, buat masak sehari-hari, tadi sudah ngantri kira-kira 1 jam. Sudah keliling-keliling ke seluruh Depok Timur di sana nggak ada sudah kosong," ujar Sofi.



Lebih lanjut, Sofi berharap ke depan penyediaan gas lebih baik lagi jangan sampai terjadi kelangkaan apalagi merugikan rakyat kecil. "Harapannya lebih baik lagi gas jangan sampai langka kasihan untuk pemakai, tukang dagang kecil," pungkasnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.