Runtuhnya Kerajaan Banten, Bagaimana Konflik yang Terjadi antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji?
Moh. Habib Asyhad February 05, 2025 12:35 PM

Begitulah artikel tentangbagaimana konflik yang terjadi antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji yang menjadi salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Banten yang bercorak Islam. Semoga bermanfaat.

--

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Ada beberapa hal yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Banten atau Kesultanan Banten. Salah satunya adalah konflik internal yang melibatkan Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji.

Artikel ini akan membahas tentang bagaimana konflik yang terjadi antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji yang menjadi salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Banten yang bercorak Islam.

Sebagaimana kita tahu,Sultan Ageng Tirtayasa adalah Sultan Banten keenam, yang memimpin sejak 1651 hingga 1683. Pada masa kekuasaannya, Kesultanan Banten berhasil mencapai puncak kejayaan.

Tapi, masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa juga diwarnai konflik internal kerajaan. Sultan Ageng Tirtayasa diketahui memiliki beberapa anak, salah satunya adalah Sayyidi Syeikh Maulana Mansyuruddin atau Sultan Haji.

Konflik internal di Kesultanan Banten terjadi akibat perselisihan antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji. Apa penyebabnya?

Bersekongkol dengan VOC

Latar belakang konflik antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji adalah upaya Sultan Haji merebut kekuasaan dengan bersekongkol bersama VOC. Sultan Ageng Tirtayasa adalah salah satu raja di Nusantara yang menentang keras pendudukan VOC di Indonesia.

Pada 1652, Sultan Ageng Tirtayasa mengirimkan tentaranya untuk menyerang VOC di Jakarta, yang kemudian berujung pertempuran antara Kerajaan Banten dan Kompeni Belanda. Peran Sultan Ageng Tirtayasa dalam upaya mempertahankan Kesultanan Banten adalah melakukan sabotase dan perusakan kebun tebu serta pabrik-pabrik penggilingan VOC pada 1656.

Pasukan Banten juga membakar kampung-kampung yang dijadikan sebagai pertahanan Belanda. Berkat kegigihannya, sejumlah kapal VOC serta beberapa pos penting berhasil dikuasai oleh Sultan Ageng Tirtayasa.

Sayangnya, semangat perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa dalam menentang VOC kurang disetujui oleh sang putra, Sultan Haji. Mengetahui hal ini, perwakilan Belanda, W. Caeff, berusaha mendekati Sultan Haji, yang dianggap mudah dihasut.

Ketika itu Sultan Haji dipercaya oleh ayahnya untuk mengurus kepentingan dalam negeri kerajaan. Sedangkan Sultan Ageng Tirtayasa mengurus kepentingan luar negeri kerajaan bersama salah seorang putranya yang lain.

Karena berhasil dipengaruhi oleh Belanda,Sultan Haji menuding bahwa pembagian tugas yang diberikan Sultan Ageng Tirtayasa adalah suatu upaya untuk menyingkirkannya dari takhta kesultanan. Akhirnya, Sultan Haji membelot untuk bersekongkol dengan VOC dan menjadi musuh ayahnya sendiri.

Kerja sama Sultan Haji dan VOC

Setelah membelot dan bekerja sama dengan VOC, Sultan Haji berusaha merebut kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa atas Kesultanan Banten. Namun, sebagai imbalan membantu Sultan Haji mendapatkan kekuasaan Banten, Belanda mengajukan empat syarat, yaitu:

- Cirebon diserahkan kepada VOC

- VOC diperbolehkan untuk memonopoli perdagangan lada di Banten dan para pedagang lain harus diusir

- Jika perjanjian dilanggar, Banten harus membayar 600.000 ringgit kepada VOC

- Pasukan Banten yang menguasai daerah pantai dan pedalaman Priangan harus ditarik

Meski perjanjian ini melemahkan Kesultanan Banten, Sultan Haji tetap menerimanya.

Pertempuran terbuka

Setelah perjanjian antara Sultan Haji dan VOC dilakukan, pertempuran antara Sultan Haji dan Sultan Ageng Tirtayasa dimulai. Pertempuran pun berlangsung sengit, karena Sultan Ageng Tirtayasa tidak berhenti melakukan perlawanan terhadap putranya yang dibantu VOC.

Namun, pada akhirnya, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap oleh VOC dan dipenjara di Batavia sampai tutup usia pada 1692.

Setelah sang ayah ditangkap, keinginan Sultan Haji untuk naik takhta Kesultanan Banten berhasil tercapai. Kendati demikian, masa kekuasaan Sultan Haji menandai kemunduran Kesultanan Banten, karena perjanjiannya dengan VOC sangat merugikan kerajaan.

Begitulah artikel tentangbagaimana konflik yang terjadi antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji yang menjadi salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Banten yang bercorak Islam. Semoga bermanfaat.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.