Warga Palestina Tolak Direlokasi dari Gaza: Ini Tanah Air Kami
GH News February 06, 2025 05:03 AM

Warga Palestina menolak keras usulan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang ingin memindahkan mereka dari Jalur Gaza. Warga memandang, lebih baik menelan puing-puing reruntuhan dibanding dipaksa pergi dari tanah air mereka.

Dilansir CNN, Kamis (6/2/2025), lebih dari setengah juta warga Palestina telah kembali ke Gaza utara selama sepekan terakhir. Sekalipun, kehidupan di sana sangat menyedihkan lantaran tidak ada air, tidak ada listrik, dan begitu banyak puing sehingga hampir tidak ada cukup ruang untuk mendirikan tenda.

Meski begitu, warga bertekad untuk tinggal dan membangun kembali bahkan jika Presiden AS Donald Trump ingin mereka keluar dari daerah itu.

"Saya tidak berpikir orang-orang harus kembali ke Gaza," kata Trump saat bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Selasa (4/2) waktu setempat. "Mengapa mereka ingin kembali? Tempat itu seperti neraka," tambahnya.

Itu adalah kedua kalinya dalam waktu lebih dari seminggu Trump mengatakan warga Palestina harus meninggalkan Gaza.

Usulannya telah memicu kritik di seluruh dunia sekaligus disambut dengan ketidakpercayaan dan kemarahan warga Gaza.

Salah satu warga Palestina, Amir Karaja mengatakan kepada CNN bahwa ia "lebih baik memakan puing-puing" daripada dipaksa meninggalkan tanah airnya.

"Kami teguh di sini," kata Karaja kepada CNN pada hari Rabu, saat ia sedang mengerjakan sisa-sisa rumahnya di kamp Nuseirat di Gaza tengah. Bangunan itu menyerupai rumah boneka setelah seluruh dinding depannya runtuh dan memperlihatkan bagian dalam interior yang rusak.

"Ini tanah kami, dan kami adalah pemilik tanah yang jujur dan sejati. Saya tidak akan tergusur. Tidak (Trump) atau siapa pun dapat mencabut kami dari Gaza," kata Karaja.

Berdiri di tengah-tengah rumahnya yang rusak parah di dekatnya, Iyam Jahjouh mengatakan kepada CNN bahwa ia juga tidak akan mempertimbangkan untuk pindah.

"Kami tidak akan meninggalkan tanah atau rumah kami, meskipun ada kerusakan besar dan semua yang terjadi di Gaza, kami di sini dan akan tetap di sini," katanya.

Atap dan beberapa dinding rumahnya yang sederhana telah dihancurkan, meninggalkan Jahjouh hanya dengan satu kamar yang ditutupi dengan atap darurat. Namun di lingkungan ini, rumah ini termasuk yang paling sedikit rusak.

"Mengapa saya harus meninggalkan negara saya? Anda ingin mengirim saya ke Mesir atau Yordania? Tidak, kami tidak akan menerimanya, kami akan mendirikan tenda dan apa pun yang Anda lakukan, kami tidak akan meninggalkan negara kami. Kami tidak peduli dengan ancaman Trump atau ancaman Netanyahu," katanya.

Sekitar 70% dari 2,1 juta penduduk Gaza telah terdaftar oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai pengungsi, banyak di antaranya adalah keturunan warga Palestina yang mengungsi pada tahun 1948, ketika sekitar 700.000 warga Palestina diusir atau dipaksa meninggalkan rumah mereka selama pembentukan Israel.

Mereka telah dilarang kembali ke rumah leluhur mereka di tempat yang sekarang menjadi Israel. Orang Arab menyebut peristiwa itu sebagai "Nakba" (malapetaka).

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.