Pengguna TransJ Naik 2 Kali Lipat Tahun 2024, Subsidi Tiap Penumpang Rp 9.831
GH News February 06, 2025 03:06 PM

Direktur Utama TransJakarta Welfizon Yuza mengatakan jumlah penumpang pada 2024 naik dua kali lipat. Peningkatan tersebut berkorelasi dengan subsidi tiket per pelanggan yang lebih efisien.

"Kalau kita lihat grafiknya ini tahun 2024, 371 juta pelanggan dan kalau kita lihat dari beberapa tahun terakhir, ini adalah capaian tertinggi kita di tahun sebelumnya. 285 juta dan di tahun 2022, 191 juta (2023). Jadi kalau kita lihat selama dua tahun terakhir dari 2022 sampai 2024 pertambahan atau pertumbuhan jumlah pelanggan kita itu hampir dua kali lipat," ujar Welfizon dalam konferensi persnya di kantor pusat TransJakarta, Jakarta Timur, (6/1/2025).

Selain jumlah pelanggan, subsidi per pelanggan TransJakarta jadi makin efisien. Welfizon mengatakan pada tahun 2024 subsidi per pelanggan TransJakarta Rp 9.831.

Dibandingkan tahun 2022, subsidi per pelanggan Rp 16.800. Penurunan subsidi itu mengindikasikan penggunaan APBD Pemprov DKI Jakarta senilai Rp 3,6 triliun untuk TransJakarta dapat dikelola dengan efisien.

"Rp 3,6 triliun atau Rp 3,7 triliun yang dialokasikan di 2024 itu kita gunakan untuk mengangkut 371 juta per pelanggan. Sehingga kalau kita bagi di tahun 2024 ini, kita mencapai angka subsidi per pelanggan yang cukup efisien, yaitu di angka Rp 9.831," tuturnya.

"Artinya, alokasi anggaran subsidi yang sudah diberikan oleh pemerintah DKI bisa kita kelola dengan efisien, dengan produktif. Sehingga bisa digunakan untuk kemanfaatan umum yang lebih banyak. Lebih banyak masyarakat yang bisa memanfaatkan subsidi yang dialokasikan oleh pemerintah DKI," tambahnya.

Namun pihak TransJakarta mengatakan tidak bisa mencakup 100 persen keterjangkauan wilayah. Direktur Operasional dan Keselamatan TransJakarta Daud Joseph menambahkan maksimal wilayah yang dapat dicakup hanya 92-93 persen.

Sejauh ini cakupan wilayah TransJakarta mencapai 91,7 persen. Sisanya 8,3 persen merupakan wilayah yang cukup luas, seperti pemakaman, Bandara Halim, dan Mabes TNI.

"Satu yang belum itu, kemungkinan adalah begini, rute di daerah-wilayah tersebut, ada daerah-daerah yang tidak dapat dijangkau. Misalnya, di Jakarta ini ada wilayah seperti pemakaman, itu cukup luas, sehingga kita tidak buat rute ke sana. Kemudian ada rute Bandara Halim, di mana ini adalah wilayah yang khusus untuk runway pesawat yang cukup besar. Ada juga wilayah Markas Besar TNI, itu cukup besar," tambahnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.