Nakita.id- Ibadah puasa adalah ibadah wajib sekaligus amalan utama dalam agama Islam.
Untuk itu, sedini mungkin orangtua mengajarkannya pada anak.
Sayangnya, meski bermaksud baik agar anak bisa berpuasa secara penuh, dari Subuh hingga Magrib, adakalanya cara-cara yang dilakukan orangtua kurang tepat.
Simak penjelasannya berikut.
Pilih kata-kata positif, tidak menyuruh, tidak membentak dan jangan membuat anak terpaksa melakukannya.
Jika buah hati masih susah dibangunkan sahur, tak perlu dipaksa.
Tip buat Moms, jika anak sudah tertarik melakukan puasa, di malam sebelumnya, kita harus sudah memberi tahu bahwa ia harus bangun lebih awal untuk melakukan sahur bersama.
Lalu, agar anak tidak susah dibangunkan sahur, minta ia untuk tidur lebih cepat dari biasanya,
Ingat, hal yang terpenting agar anak mau belajar berpuasa adalah memberi stimulasi dengan hal-hal yang menyenangkan.
Maka, jangan pernah memaksa atau menyuruhnya.
Di usia prasekolah, puasa sifatnya hanyalah pengenalan.
Oleh sebab itu, bebaskan anak melakukan puasa atas kemauannya sendiri.
Meski secara fisik anak terlihat mampu, Moms sebaiknya mengajarkan puasa secara bertahap. Misalnya berpuasa 3—4 jam.
Lalu ketika Moms merasa si prasekolah cukup kuat berpuasa, lanjutkan hingga pukul 10.00 lagi, perpanjang secara bertahap hingga pukul 12.00 (waktu zuhur).
Lakukan ini di tahun pertama puasanya.
Penerapan secara bertahap ini merupakan salah satu proses pembelajaran bagi anak.
Bila ditambah dengan informasi mengenai manfaat dan pengertian puasa dari orangtua, diharapkan di tahun berikutnya anak akan mau dengan sendirinya untuk melakukan puasa seharian penuh.
Tapi ternyata puasanya “bolong”.
Karena menjelang siang, ia sudah minta makan.
Jangan patahkan semangatnya dan mengejek "kekalahannya".
Tetap hargai usahanya untuk berpuasa, sambil terus dibimbing untuk melakukan puasa yang benar.
Banyak ahli sepakat, memberikan hadiah pada anak yang bisa menyelesaikan puasanya dengan baik merupakan salah satu cara efektif.
Penghargaan seperti ini akan memacu anak untuk mau melakukan puasa sama seperti kedua orangtuanya dan tidak akan membuatnya materialistis.
Sebab, ada kebanggaan pada diri anak bisa mendapatkan sesuatu dari hasil jerih payahnya sendiri dan bisa dibanggakannya kepada orang lain.
Hadiahnya tak perlu mahal dan jangan mengimingi-imingi hal yang di luar kemampuan anak.
Misal, kalau anak bisa berpuasa seharian penuh selama bulan Ramadan, akan diberi sepeda.
Ingat, si prasekolah masih dalam tahap belajar berpuasa, jadi cukup beri target pendek.
Kalau bisa menyelesaikan puasa setengah hari selama beberapa hari, umpama, ia akan mendapat menu buka puasa favoritnya.
Hal ini bisa memacu semangatnya untuk berpuasa.
Oleh sebab itu, hindari menunjukkan “penderitaan” dan rasa lemas Mama Papa ketika berpuasa.
Sebaliknya, tunjukkan puasa itu menyenangkan.
Tetap jalani aktivitas kita seperti biasa, agar si prasekolah bisa melihat bahwa puasa tidak akan mengganggu apa pun.
Dengan demikian, di kemudian hari, ia pun termotivasi untuk tidak bermalas-malasan dan tetap semangat ketika berpuasa.
Kondisi fisik tiap anak berbeda-beda.
Ada yang baru belajar puasa, langsung bisa setengah hari.
Yang pasti lihat kondisinya anak dahulu.
Kalau memang kondisi fisik si kecil tidak memungkinkan, ia tampak lemas, mata cekung, atau ada kondisi fisik lain yang mengkhawatirkan, kita harus memintanya untuk berbuka.
Biarkan ia makan cukup.
Apabila ia kuat untuk melanjutkan puasa, perbolehkan ia puasa. Namun jika tidak, jangan dipaksakan.
Sekali lagi, pembelajaran berpuasa bergantung pada kesiapan buah hati.
Mohon diingat, belum ada kewajiban bagi anak-anak TK atau SD yang belum akil balig untuk berpuasa.
Untuk itu semestinya latihan berpuasa ini dibuat fun dan berkesan sehingga saat tiba kewajiban mereka berpuasa di bulan Ramadan, kewajiban itu bisa dijalankan dengan ikhlas, ringan dan gembira.
Selamat menjalankan ibadah puasa.
Nadia Asry/Ipoel