BANGKAPOS.COM -- Siapa sosok SP dan C oknum pihak ketiga yang disebut Kades Kohod, Arsin dalam kasus pagar laut.
Arsin membantah bahwa SHM dan HGB yang terbit di Desa Kohod bukanlah produk atau kebijakannya sendiri.
"Pada saat rangkaian BAP, pak lurah itu atau pak kepala desa bersifat memberitahukan kepada penyidik bahwa yang sebenar-benarnya. Tentu pak lurah yang diketahui bahwa penandatanganan itu merupakan produk yang dibuat dari Desa Kohod atau bisa dibilang itu bukan produk yang pak kades buat," ungkap Rendy Kurniawan, pengacara Arsin.
Adapun perihal alasan Arsin membubuhkan tanda tangan untuk pembuatan SHM di kawasan pagar laut, sang kades mengurai alasan mengejutkan.
Arsin mengaku dirinya disuruh oleh pihak ketiga guna penandatanganan tersebut.
"Terkait dengan pengukuran yang dilakukan BPN, pak lurah memang menandatangani. Kenapa tanda tangani? karena ada desakan dari pihak ketiga agar dalam modusnya itu sertifikat akan terbit apabila pak lurah menandatangani," kata Rendy dilansir dari TribunJatim.com.
Lantaran hal tersebut, pengacara Arsin tegas menyebut bahwa kliennya sebenarnya adalah korban juga dalam kasus pagar laut.
Arsin lantas membongkar siapa pihak ketiga yang memaksanya untuk menandatangani surat untuk penerbitan SHM dan HGB.
"Faktanya klien kami sebagai kepala desa Kohod juga sebagai korban akibat kurangnya pengetahuan dalam birokrasi dan terlalu percaya kepada pihak ketiga yang berinisial SP dan C pada pertengahan 2022. Pihak tersebut datang ke Desa Kohod menawarkan bantuan untuk mengurus peningkatan atas hak tanah berupa tanah garap milik sejumlah warga menjadi seketika," ungkap Yunihar, pengacara Arsin.
Saat diwawancarai jurnalis Abraham Silaban dalam program televisi AB+, Arsin mengurai daftar mobil mewah yang dimilikinya.
"Mobil saya tiga biji, yang Rubicon, Civic, sama HRV," ujar Arsin dilansir TribunnewsBogor.com pada Selasa (18/2/2025).
Penasaran, Abraham Silaban pun bertanya ke Arsin soal nominal gaji sang Kades Kohod.
Dicecar soal gaji, Arsin gelagapan.
"Pak kepala desa gajinya berapa sih sampai dapat Rubicon," tanya Abraham Silaban.
"Wah capek kalau bicara gaji mah," ujar Arsin.
Namun saat disinggung soal pagar laut, Arsin mengurai respon mengejutkan.
Pria asli Desa Kohod itu langsung menceritakan awal mula dirinya membeli mobil Rubicon.
Ditegaskan oleh Arsin, Rubicon itu bisa ia dapatkan dengan cicilan.
"Apa betul Rubicon datangnya karena ada pengurusan sertifikat hak milik di pagar laut?" tanya Abraham Silaban.
"Rubicon itu, awalnya bukan mobil Rubicon, saya kredit. Kredit mobil Brio. Begitu lunas, mobil saya diambil sebagai DP, saya kredit Rubicon," pungkas Arsin dilansir dari Tribun-Medan.com.
Ditanyai soal alasannya membeli Rubicon, Arsin mengurai tanggapan tak terduga.
Bahwa ada alasan khusus kenapa Arsin membeli mobil mewah miliaran tersebut.
"Bapak emang suka Rubicon?" tanya Abraham Silaban.
"Bukan suka Rubicon. Saya ambil mobil Rubicon itu mobil jeep, mobil jeep itu ke kota masuk, ke kampung masuk. Jadi kalau banyak-banyak juga duitnya mana? orang itu juga kredit," akui Arsin.
Terkait dengan harga Rubicon, Arsin membantah nilainya mencapai miliaran.
Kendati demikian, Arsin membenarkan bahwa semua mobil mewahnya ia beli setelah ia resmi jadi kepala desa.
"Itu mah (Rubicon) Rp800 juta cash. (Civic) tahun 2018. (CRV) lupa kapan (dibeli udah jadi Kades)," imbuh Arsin.
Bak enggan dicurigai soal harta kekayaan, Arsin pun blak-blakan soal sumber cuannya yang tak banyak diketahui orang.
Ternyata Arsin selama ini punya banyak kontrakan di dua daerah.
"Bapak usaha apa sampai punya finansial yang membuat bapak dianggapnya di luar batas kewajaran?" tanya Abraham.
"Kalau saya tuh sebetulnya ada kontrakan juga dari dulu, di Kohod ada, di Kalibaru ada, dari dulu sebelum saya jadi kepala desa," pungkas Arsin.
"Kami dengar ada usaha bengkel juga?" ujar Abraham Silaban.
"(Punya) anak," imbuh Arsin.
Kembali dicecar soal pagar laut, Arsin mengurai jawaban tegas.
Bahwa ia selama ini tidak tahu polemik pagar laut.
"Tidak, tidak (ada kaitannya terkait pagar laut)," tegas Arsin.
"Bukan karena dikasih seseorang kan pak, karena ngurusin pagar laut?" tanya Abraham lagi.
"Waduh apalagi, saya enggak pernah ikut campur, enggak tahu! saya mah kagak tahu," pungkas Arsin.
(Bangkapos.com/Tribun-Medan.com/TribunSumsel.com)