TIMESINDONESIA, JAKARTA – Di tengah kondisi geopolitik dunia yang berubah, Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) optimis industri mebel dan kerajinan Indonesia masih akan tetap bertumbuh dengan baik. Industri furnitur tercatat terus memperlihatkan kinerja positif dan berkontribusi pada perekonomian nasional.
Data Expert Market Research menyatakan nilai pasar furnitur global tahun 2024 mencapai US$660 miliar, dan diperkirakan akan terus tumbuh sebesar 4,9% pada periode 2025 hingga 2034. Penyelenggaraan pameran internasional menjadi sebuah hal yang signifikan untuk mendukung potensi pertumbuhan industri furnitur Indonesia.
Hal itu disampaikan oleh Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, saat membuka pameran Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2025 di Jakarta (6/3/2025) bersama dengan Wakil Menteri Perdagangan, Dyah Roro Esti Widya Putri.
Ia berharap industri furnitur bisa terus berinovasi dalam hal desain, penggunaan bahan baku dan bahan baku penolong ramah lingkungan, menerapkan teknologi yang lebih efisien, dan menerapkan konsep sirkuler ekonomi.
“Dengan upaya maksimal dari seluruh pelaku industri dan dukungan dari stakeholders terkait, saya optimis kita akan bisa meningkatkan produktivitas industri furnitur, meningkatkan ekspor, dan memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri,” kata Faisol, dalam sambutannya.
Kementerian Perindustrian telah melakukan beberapa langkah strategis untuk mendukung pertumbuhan industri furnitur antara lain dengan memfasilitasi ketersediaan bahan baku, memfasilitasi ketersediaan SDM, memfasilitasi peningkatan pasar dan penguatan riset referensi pasar, memfasilitasi peningkatan produktivitas, kapasitas, dan kualitas produk, serta memfasilitasi iklim usaha dan investasi.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Abdul Sobur, mengatakan industri mebel dan kerajinan adalah industri yang sangat strategis.
Selain sebagai industri padat karya, industri ini juga merupakan industri berbasis kreatif yang mampu bertahan lama. Untuk mendukung pertumbuhan industri, ia berharap pemerintah dapat membantu dalam hal regulasi.
“Kami berharap pemerintah bisa membantu dalam hal regulasi yang menghambat pertumbuhan industri misalnya terkait Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK). Agar SVLK cukup diberlakukan di hulu saja. Ini cukup menunjukkan industri mebel kita sadar akan lingkungan,” kata Sobur.
Regulasi yang memudahkan pelaku industri tentu akan berdampak positif bagi pertumbuhan industri mebel dan kerajinan. Meskipun secara global masih ada perlambatan ekonomi dan permintaan akibat perubahan geopolitik, dirinya masih optimis bahwa industri akan tetap bisa bertumbuh.
Sampai dengan November 2024, ekspor produk mebel dan kerajinan mencapai US$2,37 miliar, naik dari tahun sebelumnya yang mencapai US$2,22 miliar.
Momentum penyelenggaraan Indonesia International Furniture Expo atau IFEX sebagai pameran furnitur terbesar di Indonesia dan kawasan sekitar bisa dimanfaatkan untuk memperkenalkan produk furnitur Indonesia ke pasar-pasar alternatif di atas.
Terlebih, lanjut dia, pada tahun ini genap satu dekade IFEX membantu mempromosikan produk unggulan furnitur Indonesia ke pasar internasional. IFEX telah menjadi salah satu tujuan utama para buyers internasional dan merupakan bagian dari Asia Furniture Show Circle. (*)