TIMESINDONESIA, JAKARTA – TikTok terus berupaya menciptakan lingkungan digital yang lebih aman bagi remaja dengan mengandalkan peran orang tua dalam mengawasi penggunaan aplikasi. Selama ini, TikTok telah menyediakan fitur Family Pairing, yang memungkinkan orang tua membatasi waktu layar dan memblokir konten tertentu.
Kini, platform media sosial tersebut meluncurkan fitur tambahan yang memberikan kontrol lebih besar kepada orang tua. Dengan fitur baru ini, orang tua yang tergabung dalam Family Pairing dapat menentukan kapan anak mereka bisa mengakses aplikasi serta melihat daftar akun yang diikuti atau mengikuti anak mereka, termasuk akun yang telah diblokir.
Mengutip laporan Engadget, Selasa (11/3/2025), fitur baru yang diberi nama "Time Away" memungkinkan orang tua mengatur kapan TikTok dapat digunakan di perangkat anak mereka.
Misalnya, orang tua dapat menonaktifkan akses TikTok selama perjalanan akhir pekan atau saat makan malam, bukan hanya menetapkan batas waktu layar harian. Fitur ini juga mendukung pengaturan berulang, sehingga jadwal penggunaan TikTok dapat diatur lebih fleksibel setiap minggunya.
Jika ingin tetap menggunakan TikTok di luar jadwal yang ditentukan, remaja dapat mengajukan permintaan waktu tambahan. Namun, akses hanya bisa diberikan jika orang tua menyetujui permintaan tersebut.
TikTok juga menambahkan fitur unik untuk membantu remaja mengurangi waktu menatap layar. Jika pengguna berusia di bawah 16 tahun masih menggunakan aplikasi setelah pukul 22.00, mereka akan melihat pop-up yang menampilkan musik menenangkan.
Meski pop-up ini dapat dimatikan jika remaja ingin tetap menonton, TikTok berharap fitur ini bisa membantu mengingatkan mereka untuk beristirahat dari layar. Dalam beberapa minggu ke depan, TikTok juga berencana menguji integrasi latihan meditasi ke dalam pop-up ini sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesejahteraan digital penggunanya.
Dengan fitur-fitur baru ini, TikTok berharap dapat membantu orang tua lebih aktif dalam membimbing anak-anak mereka dalam penggunaan media sosial, sekaligus membangun keterampilan digital yang lebih sehat bagi remaja. (*)
