TRIBUNNEWS.COM - Volkswagen (VW), produsen mobil raksasa asal Jerman banting setir untuk mengikuti tren militerisasi.
VW belum lama ini mengumumkan bakal memproduksi senjata dan peralatan militer.
CEO Volkswagen, Oliver Blume, mengungkapkan hal ini dalam pernyataannya baru-baru ini, The Telegraph melaporkan.
Menurut VW, ini merupakan bagian dari langkah perusahaan beradaptasi dengan perubahan permintaan di sektor pertahanan.
Blume menjelaskan perusahaan sedang mengamati kebutuhan industri pertahanan.
Perusahaan pun mulai mempertimbangkan semua opsi, termasuk mengubah beberapa fasilitas produksi dari kendaraan sipil menjadi peralatan militer.
“Kami pada dasarnya terbuka untuk topik-topik seperti itu,” ujar Blume dalam wawancaranya dengan penyiar negara Jerman NDR pada Selasa (11/3/2025).
Belum lama ini Eropa mengumumkan berencana membelanjakan hingga US$870 miliar untuk sektor pertahanan dalam beberapa tahun mendatang.
Rencana ini mendapat dukungan dari Rheinmetall, produsen senjata terbesar Jerman, yang mengusulkan agar fasilitas VW di Osnabrueck diubah untuk memproduksi peralatan militer.
Sejarah VW yang sebelumnya terlibat dalam produksi kendaraan militer untuk Wehrmacht, angkatan bersenjata Nazi Jerman selama Perang Dunia II, juga menjadi catatan penting yang mungkin memperkuat langkah ini.
Volkswagen saat ini menghadapi kesulitan finansial.
Perusahaan mencatat penurunan penjualan dan laba pada tahun lalu.
Hal ini memaksa VW untuk menutup pabrik dan melakukan PHK massal di Jerman untuk pertama kalinya.
Perusahaan ini juga tengah berjuang menghadapi tantangan global, seperti penurunan ekspor mobil Jerman dan persaingan ketat dari pasar Tiongkok.
Inisiatif militerisasi Uni Eropa semakin intensif setelah kritik dari Presiden AS Donald Trump mengenai kontribusi negara-negara Eropa terhadap anggaran pertahanan NATO.
Sebagai tanggapan, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengusulkan proyek bernama "ReArm Europe" yang dapat mengalihkan dana hingga US$870 miliar ke sektor pertahanan Eropa selama empat tahun mendatang, CNBC melaporkan.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)