Kronologi Pembunuhan Keji Junko Furota, Gadis Jepang yang Dirudapaksa dan Dibakar Alat Vitalnya
Okki Margaretha March 17, 2025 04:34 PM

Grid.ID – Bulan Januari 2025 lalu, tepat 36 tahun meninggalnya Junko Furota, gadis Jepang berusia 17 tahun, yang menjadi korban penculikan, pemerkosaan, kekerasan serta pembunuhan brutal. Jenazah Junko Furota ditemukan dalam kondisi sangat mengenaskan di dalam sebuah drum berisi semen, dua bulan setelah kematiannya.

Dikutip dari All That’s Interesting, kehidupan Junko Furota sebagai seorang siswi SMA Yoshio-Minami awalnya berjalan baik-baik saja. Ia dikenal sebagai siswi yang pintar, baik, cantik, memiliki masa depan yang baik dan semua reputasi bagus yang dimilikinya. Namun, semua kisah indah itu mendadak berubah di bulan November 1988.

Nyawa gadis cantik Junko Furota habis di tangan empat pria belasan tahun, yang salah satunya menaruh hati pada Furota. Mereka adalah Hiroshi Miyano (18), Jo Ogura (17), Shinji Minato (16) dan Yasushi Watanabe (17). Disebutkan, Miyano adalah dalang penculikan, pemerkosaan serta pembunuhan terhadap Furota, bersama ketiga rekannya, karena merasa kesal pernyataan cintanya ditolak.

Disebutkan dalam All That’s Interesting, Hiroshi Miyano dikenal sebagai pemuda bengal yang kerap melakukan perundungan alias bullying kepada rekan kelasnya. Tak sampai di situ, Miyano disebut memiliki koneksi dengan kelompok Yakuza, kelompok kriminal terstruktur yang terkenal keji di Jepang.

Penderitaan Junko Furota dimulai saat Miyano dan ketiga kawanannya merencanakan penculikan terhadap Furota. Pada pukul 20.30 malam waktu Jepang, Junko Furota baru saja akan pulang ke rumahnya dari tempat ia bekerja. Ketika bersepeda di jalan, ada seorang pemuda yang tiba-tiba melompat dan menendang sepeda yang sedang dikendarai oleh Furota.

Furota yang jatuh tersungkur, tiba-tiba ditolong oleh laki-laki yang tak lain adalah Miyano. Dengan akal bulusnya, Miyano berpura-pura akan membantu dan menemani Furota sampai rumah. Namun nahas, kepolosan Furota membawa petaka, ia malah digiring ke dalam sebuah rumah terbengkalai yang sudah disiapkan oleh Miyano dan ketiga rekannya untuk berbuat keji.

Sesampainya di depan bangunan terbengkalai itu, sikap Miyano berubah menjadi agresif. Ia memperlakukan Furota dengan kasar. Selain itu, Miyano juga mengancam Furota agar tetap diam dan tak melawan jika tak ingin dirinya dan keluarganya dibunuh. Mengingat latar belakang Miyano yang diketahui sebagai kelompok Yakuza, Furota ketakutan bukan main.

Kekejian Miyano dan ketiga rekannya tak sampai di situ, Furota diperkosa secara bergiliran di dalam rumah terbengkalai, sambil tetap diancam agar tak membuat kegaduhan. Miyano juga memaksa Furota untuk menghubungi orangtuanya dan menjelaskan bahwa dirinya baik-baik saja karena sedang bersama teman perempuannya.

Tak puas sampai di situ, Miyano cs membawa Furota ke rumah milik keluarga Miyano. Di sana, kengerian demi kengerian dialami oleh Junko Furota.

44 Hari Seperti di Neraka

Sesampainya di rumah milik keluarga Miyano, Furota dipaksa untuk bertemu dengan orangtua sang pelaku utama. Di sana, Furoka diminta untuk mengaku sebagai kekasih dari Miyano dan akan tinggal bersama. Kedua orangtua Miyano disebut-sebut tak mau ikut campur karena memiliki ketakutan akan status putranya yang seorang Yakuza.

Sementara itu, pencarian terhadap Furota sempat dilakukan oleh pihak kepolisian, karena kedua orangtua Furota melaporkan perihal orang hilang kepada pihak berwajib. Namun lagi-lagi, Furota diminta untuk menghubungi kedua orangtuanya dan meyakinkan mereka bahwa kondisi Furota baik-baik saja.

Upaya pencarian terhadap Furota akhirnya dicabut. Padahal, saat itu Furota dalam kondisi sangat berbahaya, Pemberitaan mengenai Furota yang disebut hilang pun mereda. Saat itulah Miyano merasa jika posisinya jauh lebih aman. Ia semakin kejam memperlakukan Furota dari hari ke hari.

Disebutkan dalam All That’s Interesting, pada akhir November 1988 Miyano dan kawanannya kembali melakukan pemerkosaan. Disebutkan, Furota mengalami lebih dari 400 kali pemerkosaan dengan orang yang berbeda. Tak hanya 3 orang kawanan Miyano, melainan teman laki-laki Miyano lain, ikut melakukan hal yang sama.

Miyano dan kawan-kawannya tak hanya melakukan pemerkosaan, ia juga mencukur rambut di kemaluan Furota dengan alat cukur dan membakar alat vitalnya dengan korek api. Miyano yang kesal karena Furota mencoba kabur, lantas membakar pergelangan kaki Furota dengan korek yang ia miliki.

Sambil tetap melakukan penyiksaan, Miyano memasukkan batang besi, gunting, tusuk sate, kembang api bahkan lampu bohlam ke dalam alat kelamin Furota. Akibat penyiksaan terus-menerus di area alat kelaminnya, Furota mengalami kerusakan di area intim, sampai tak bisa lagi buang air besar dan kecil seperti seharusnya.

Nahasnya, kedua orangtua Miyano sering mendengar teriakan-teriakan yang berasal dari suara Furota, namun mereka bersikap acuh dan takut untuk berbuat sesuatu. Alasannya, sang anak terafiliasi dengan kelompok kriminal Yakuza yang dikenal keji.

Furota yang sudah kepayahan masih harus menanggung siksaan fisik lainnya. Di saat mereka berempat tak melakukan aktifitas seksual, Furota dipaksa melakukan hal-hal menjijiknya. Gadis cantik itu dipaksa untuk makan kecoa, minum air seninya sendiri, dipaksa masturbasi di hadapan mereka dan digantung di langit-langit rumah untuk selanjutnya dipukul dengan stik golf, bambu atau batang besi, kelopak mata dan area genital Furota juga dibakar dan ditetesi lilin panas.

Furota benar-benar diperlakukan tak manusiawi. Ia dibiarkan telanjang dalam suhu sangat dingin di bulan Desember, dibiarkan tidur di luar dengan pakaian minim nyaris telanjang, ditusuk jarum di bagian dada dan dijatuhi barbel dari ketinggian tertentu, yang membuat tulang rusuknya patah.

Penyiksaan demi penyiksaan masih dilakukan oleh Miyano dan kawan-kawannya, sampai pada tanggal 4 Januari 1989, Furota akhirnya tewas mengenaskan. Furota yang saat itu memohon untuk dibunuh saja, malah dipaksa untuk bermain Mahjong, mainan tradisional Tiongkok. Rupanya, Furota berhasil memenangkan permainan. Tak suka dengan kondisi tersebut, Miyano kembali menyiksa Furota.

Furota disiksa sampai akhirnya tubuhnya sudah tak kuat lagi. Di hari yang sama, di hari ke-44, Junko Furota meninggal dunia dalam keadaan sangat mengenaskan.

Cor Mayat Furota dalam Drum Berisi Semen

Rupanya, Miyano cs sempat panik mengetahuhi kenyataan bahwa Furota akhirnya sudah tak bernyawa. Demi menghilangkan jejak, Miyano cs membungkus mayat Furota dan memasukkannya ke dalam drum besar, kemudian dicor menggunakan semen. Drum berisi jenazah Furota itu ditinggalkan di sebuah lahan kosong di kawasan Koto, Tokyo.

Sebuah foto mengerikan memperlihatkan rambut milik Furota terlihat di permukaan semen yang sudah mengering. Jenazah Furota baru ditemukan berselang 2 bulan dari kematiannya, yakni 29 Maret 1989, oleh pekerja konstruksi. Saat ditemukan, jenazah Furota sudah tak bisa dikenali. Polisi hanya bisa mengidentifikasi jenazah Junko Furota dari sidik jarinya.

Junko ternyata bukan korban satu-satunya. Ada salah seorang perempuan muda yang mengaku sebagai korban pemerkosaan dengan pelaku yang sama, Miyano. Kasus kekejaman Miyano ini akhirnya terungkap setelah adanya laporan dari seorang gadis yang juga menjadi korban dari Miyano.

Pelaku Dihukum Tak Setimpal dan Sudah Bebas

Dua minggu pasca penemuan jenazah Junko Furota yang menggegerkan warga Jepang, dua pelaku ditangkap pihak kepolisian, mereka adalah Hiroshi Miyano (18), si dalang kejahatan dan Jo Ogura (17), tak berselang lama, dua pelau lainnya, Shinji Minato (16) dan Yasushi Watanabe (17), akhirnya menyerahkan diri.

Dalam proses interogasi itu, keempat pelaku akhirnya membeberkan semua kekejian yang mereka lakukan, termasuk mengakui di mana mereka membuang jenazah Junko Furota.

Singkat cerita, keempat pelaku akhirnya dihukum kendati tidak setimpal dengan penderitaan yang Junko Furota alami. Miyano, Ogura, Minato dan Watanabe diadili pada Juli 1991. Miyano terbukti bersalah dan didakwa dengan hukuman hanya 20 tahun penjara dan sudah bebas di tahun 2009 silam.

Sementara itu, ketiga rekannya yang juga melakukan kekejian yang sama, mendapatkan hukuman yang jauh lebih ringan. Jo Ogura dihukum 5 – 10 tahun penjara, Yasushi Watanabe dihukum 5 – 7 tahun penjara, sementara Hiroshi Minato dihukum 5 – 9 tahun penjara. Salah satu keluarga pelaku memberikan kompensasi kepada orang tua Junko Furota sebesar 50 juta yen.

Setelah bebas, para terpidana mengganti identitas mereka, Hiroshi Minato mengubah namanya menjadi Nobuharu, sementara Hiroshi Miyano mengganti identitasnya menjadi Yokohama.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.