TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria bernama Hasfiani (37) atau akrab disapa Imam menjadi korban pembunuhan yang diduga dilakukan oleh oknum prajurit TNI AL Lhokseumawe, Kelasi Dua (KLD) berinisial DI.
Jasad Imam ditemukan di dalam semak belukar di kawasan Gunung Salak, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara, Aceh, pada Senin (17/3/2025) pagi.
Imam merupakan putra asli Desa Blang Cut, Kecamatan Sawang, Aceh Utara.
Kini, Imam menetap di rumah mertuanya di Desa Uteun Geulinggang, Kecamatan Dewantara, Kabupaten Aceh Utara.
Sejak 2021, ayah 3 anak itu bekerja sebagai perawat dengan status tenaga bakti sukarela di Puskesmas Babah Buloh, Kecamatan Sawang, Aceh Utara.
Sepulang dari puskesmas, Imam lanjut menambah pundi-pundi dengan bekerja sebagai sales mobil di salah satu showroom di Krueng Geukuh, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara.
Nahas, pada Jumat (14/3/2025) saat Imam sedang duduk santai di depan showroom, datanglah pelaku DI ke tempat korban bekerja.
Pria berpenampilan rapi itu meminta sebuah mobil jenis Inova dengan nomor polisi BL 1539 HW berwarna hitam untuk uji kelaikan (test drive).
Imam lalu menemaninya naik ke dalam mobil, sedangkan yang mengemudikan adalah si pelaku.
Pelaku DI kemudian membawa mobil itu berkeliling kompleks perumahan PT Asean Aceh Fertilizer (AAF) yang tak jauh dari showroom.
Saat itulah, pelaku menghabisi nyawa korban dan membuang jasadnya di Gunung Salak, Aceh Utara. Setelah itu, korban sempat dinyatakan hilang.
Imam diketahui meninggalkan seorang istri serta tiga anak yang masing-masing berusia 12 tahun, 4 tahun, dan 6 bulan.
Ketua DPD Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten Aceh Utara, Bahrun Walidin, mengungkapkan bahwa Imam merupakan sosok yang humoris dan agamis.
“Dia itu humoris, dia juga qari. Setiap kali kegiatan kami, dia selalu bagian membaca Quran dan doa. Dia jago ngaji,” kata Bahrun, dilansir dari Kompas.com.
Tiga hari terakhir, Bahrun tak melihat Imam hingga ia dibuat terkejut dengan kabar hilangnya Imam dan disusul berita kematian korban.
“Dia pekerja keras, tidak ada kata menyerah bagi dia. Kami merasakan luka mendalam. Kami minta, Presiden Prabowo Subianto memberikan hukuman terberat untuk pelaku,” ungkap Bahrun yang juga Kepala Puskesmas Sawang, Aceh Utara, ini.
Menurut Bahrun, Imam dikenal baik dan jujur dalam setiap pekerjaannya.
“Rasanya tidak akan ada manusia yang berbeda pendapat dengan Imam. Orangnya sangat baik, bahkan kebaikannya luar biasa, mudah membantu sesama,” ucap Bahrun.
Adapun jasad Imam telah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Uteun Geulinggang, Kecamatan Dewantara pada Senin sore kemarin.
Komandan Polisi Militer TNI AL (Pomal) Lhokseumawe, Mayor Laut (MP) A Napitupulu, mengungkapkan bahwa motif pembunuhan terhadap Imam ini murni untuk menguasai mobil Innova dari showroom tempat korban bekerja.
"Benar, peristiwa itu melibatkan pelaku pembunuhan yang merupakan oknum TNI AL, Kelas Dua DI. Sekarang pelakunya sudah ditahan," ujar Napitupulu dalam konferensi pers di Markas TNI AL Kota Lhokseumawe, Senin.
Berdasarkan pengakuan tersangka, saat mengemudikan mobil Inova dengan nomor polisi BL 1539 HW, ia mengajak Imam untuk menemaninya dengan alasan melakukan test drive.
Saat berkeliling di kompleks perumahan PT Asean Aceh Fertilizer (AAF), DI menembak Imam.
Letusan senjata itu bahkan sampai terdengar oleh warga perumahan.
"Mobil itu kemudian terlihat keluar dari kompleks dan menuju arah Medan, Sumatera Utara. Suara letusan senjata yang didengar warga pada Jumat sore itu adalah peristiwa yang sedang kita bicarakan sekarang ini," beber Napitupulu.
DI lalu membuang jasad korban di semak belukar di kawasan Gunung Salak.
(Nina Yuniar)(Kompas.com/Masriadi)