TIMESINDONESIA, JAKARTA – Ramadan semakin mendekati penghujungnya, tinggal hitungan hari sebelum bulan penuh keberkahan ini pergi meninggalkan kita. Betapa meruginya mereka yang melewatkannya tanpa memperbanyak ibadah dan amal kebaikan. Rasulullah SAW bersabda, "Celakalah seseorang yang mendapati bulan Ramadan, lalu Ramadan berlalu sebelum dosanya diampuni” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Hibban).
Di era digital seperti sekarang, teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Internet, media sosial, dan aplikasi berbasis keislaman dapat menjadi sarana memperkuat keimanan, jika digunakan dengan bijak. Sebaliknya, jika tidak dikelola dengan baik, teknologi justru dapat menjadi penghalang bagi kekhusyukan ibadah.
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا۟ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلْمُحْسِنِينَ
"Dan orang-orang yang berjihad di jalan Kami, pasti Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Ankabut: 69)
Di era digital ini, “berjihad” bisa berarti berusaha keras untuk menjaga iman di tengah hiruk-pikuk informasi dan distraksi dunia maya. Ramadan adalah waktu yang tepat untuk memanfaatkan teknologi secara lebih bermakna. Banyak aplikasi Al-Qur’an yang tidak hanya menyediakan teks, tetapi juga tafsir, terjemahan, dan bahkan fitur tadarus bersama. Dengan ini, kita bisa lebih mudah berinteraksi dengan Al-Qur’an kapan saja. Jika dulu menimba ilmu agama harus datang langsung ke majelis, kini ceramah dan kajian bisa diakses dari mana saja. Media sosial dan platform video menghadirkan ulama-ulama terpercaya yang membimbing umat untuk memahami agama lebih dalam.
Yang juga bisa dimanfaatkan adalah aplikasi pengingat shalat, jadwal sahur dan berbuka, serta dzikir harian bisa menjadi solusi bagi mereka yang sering terlupa. Bahkan ada fitur-fitur yang membantu mencatat amalan harian, sehingga kita bisa lebih disiplin dalam beribadah.
Di era ini, untuk bersedekah juga tidak sulit. Sedekah dan kebaikan digital. Imam Hasan Al-Bashri pernah berkata, "Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau hanyalah kumpulan hari. Setiap kali satu hari berlalu, maka sebagian dari dirimu ikut pergi." Maka, manfaatkan hari-hari Ramadan ini untuk berbagi. Teknologi memudahkan kita bersedekah melalui platform online, membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan dengan lebih cepat dan luas.
Namun, di balik semua manfaatnya, dunia digital juga membawa tantangan besar. Media sosial bisa menjadi ladang ghibah, hoaks, dan perdebatan yang tidak bermanfaat. Imam Syafi’i pernah berkata, "Jika seseorang ingin berbicara, hendaknya dia berpikir dahulu. Jika dalam pembicaraannya ada maslahat, maka berbicaralah. Jika tidak, maka diam lebih baik baginya."
Ramadan seharusnya menjadi momen untuk menahan diri, tidak hanya dari makan dan minum, tetapi juga dari perkataan dan perbuatan yang sia-sia. Jangan sampai puasa kita hanya sekadar lapar dan dahaga, tanpa mendapatkan pahala di sisi Allah. Rasulullah SAW bersabda, "Betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi ia tidak mendapatkan dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
Hari-hari terakhir menuju 10 akhir Ramadan adalah kesempatan emas untuk memperbanyak ibadah. Lailatul Qadar bisa saja ada di malam-malam ini, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Maka, mari gunakan teknologi dengan bijak—untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk lalai dari-Nya. Jika selama ini kita masih sibuk dengan dunia digital yang tidak bermanfaat, mari perbaiki di sisa waktu yang ada. Jangan sampai Ramadan pergi tanpa kita mendapatkan ampunan dan rahmat-Nya. Karena bisa jadi ini adalah Ramadan terakhir dalam hidup kita.
Wallahul Musta'an wailahittuklan
***
*) Penulis adalah Dr KH Halimi Zuhdy, Pengasuh Pondok Pesantren Darun Nun Malang, ketua RMI PCNU Kota Malang, dosen UIN Malang.