IHSG Diprediksi Menguat Terbatas, Pernyataan Sri Mulyani Jadi Sentimen Positif
kumparanBISNIS March 19, 2025 10:20 AM
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi menguat terbatas atau ke rentang 6.320 pada perdagangan Rabu (19/3).
Sebelumnya, IHSG berakhir di zona merah pada penutupan perdagangan saham Selasa (18/3). IHSG ditutup turun 248,559 poin (3,84 persen) ke 6.223,388. Indeks LQ45 turun 20,335 poin (2,79 persen) ke 709,013.
IHSG pada Selasa sempat anjlok 5,02 persen dan membuat perdagangan saham dibekukan sementara. Pada penutupan perdagangan sesi I, IHSG merosot 6,12 persen.
Menurut Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets Bank Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, IHSG hari ini kemungkinan menguat terbatas atau limited rebound ke 6.320. Penggerak utama yakni sektor perbankan, telekomunikasi, CPO, consumption goods, transportasi, dan emiten pertambangan.
"Investor akan cenderung lakukan buy on weakness untuk saham-saham sektor tersebut yang memiliki valuasi murah," kata Gunarto kepada kumparan, Rabu (19/3).
Prediksi rebound IHSG pada Rabu (19/3) dipengaruhi oleh dampak kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, wait and see keputusan the Fed.
Dari lokal, sentimen positif untuk saham yang terkait momentum akhir puasa maupun Lebaran. Ditambah kabar dari Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani atas rumor pengunduran dirinya sebagai menteri, dan timing dari pengumuman BI Rate.
Adapun saham-saham yang dapat diperhatikan menurut Gunarto pada Rabu (19/3) yaitu TLKM, BBNI, BBRI, BSDE, GJTL, NCKL, dan IPCC.
Sedangkan, menurut Analis Phintraco Sekuritas, secara teknikal IHSG (19/3) diprediksi membentuk lower shadow yang panjang, sehingga apabila dapat bertahan diatas 6,270, masih terdapat potensi rebound pada IHSG tersebut.
Alasan IHSG berpotensi rebound disebabkan keputusan FOMC The Fed pada 18-19 Maret 2025. Investor menanti outlook Bank Indonesia (BI) terhadap kondisi perekonomian dalam RDG-BI di Rabu (19/3).
"BI diperkirkan masih akan menahan BI rate di level 5.75 persen di Maret. Hal ini seiring dengan upaya BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, namun BI menilai pada RDG-BI (19/2) bahwa nilai tukar rupiah setara dengan negara peers," tulis Analis Phintraco Sekuritas, Rabu (19/3).
Selain itu, investor masih dibayangi kekhawatiran peningkatan inflasi serta perlambatan ekonomi. Sebelumnya, Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) memangkas outlook ekonomi AS dan Global, serta proyeksi peningkatan inflasi untuk tahun 2025 dan 2026 pada Senin (17/3) lalu.
Hal ini disebabkan oleh kebijakan tarif yang diberlakukan AS. Namun, proyeksi ini menggunakan asumsi peningkatan tarif sebesar 25 persen untuk impor AS dari Kanada dan Meksiko mulai April.
"Apabila realisasinya lebih tinggi atau lebih rendah hal ini dapat memberikan outlook yang lebih baik atau lebih rendah terhadap ekonomi AS dan Global. Sehingga investor masih akan mencermati realisasi dari pemberlakuan tarif oleh AS," lanjut risetnya.
Saham-saham yang dapat diperhatikan menurut Phintraco Sekuritas pada Rabu (19/3) yaitu ICBP, TLKM, JPFA, SIDO, dan ASII.
***
Disclaimer: Keputusan investasi sepenuhnya didasarkan pada pertimbangan dan keputusan pembaca. Berita ini bukan merupakan ajakan untuk membeli, menahan, atau menjual suatu produk investasi tertentu.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.