TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Untuk memaksimalkan pembangunan desa, daerah tertinggal serta transmigrasi, Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi bersama sektor industri menginisiasi pembentukan desa-desa kreatif dan sentra-sentra pengrajin karpet handmade berorientasi ekspor di seluruh Indonesia.
Sebagai pilot project, Kemendes dan perusahaan industri karpet lokal beroientasi ekspor HJ Karpet mengadakan pelatihan merajut karpet untuk mempersiapkan desa pengrajin karpet handmade berorientasi ekspor.
Desa yang dipilih untuk pilot project program ini adalah Desa Sendang Jaya, Kecamatan Cabangbungin, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Menurut Heru Purnomo, CEO HJ Karpet, pelatihan ini sebagai rasa tanggung jawab perusahaan di lingkungan.
“Lima bulan yang lalu kita mengadakan kerja sama dengan Desa Sendang Jaya untuk mengadakan training pembuatan karpet. Alhamdulillah dari seleksi 40 orang kemudian tinggal 14 dan sekarang jadi 9 orang," ungkapnya dikutip Rabu, 19 Maret 2025.
Dia menjelaskan, 9 orang warga tersebut sudah mengantongi keterampilan membuat karpet.
"Dengan adanya training membuat karpet ini bisa memberdayakan masyarakat sekitar nanti kita sebagai perusahaan bisa menjadi Bapak asuh,” katanya saat beraudiensi dengan Menteri Desa Yandri Susanto di Jakarta, Selasa, 18 Maret 2025.
Ia menegaskan, pelatihan serupa bisa dilakukan di berbagai desa-desa di Indonesia.
“Kami bersama Kemendes menginisiasi desa-desa potensial untuk diberikan pelatihan merajut karpet handmade berorientasi ekspor, kami menguatkan infrastruktur Sumber Daya Manusia (SDM) atau kompetensi dari pengrajin di desa-desa binaan Kemendes, sehingga realisasi sentra-sentra desa pengrajin bisa dapat diwujudkan,” lanjutnya.
Salah satu visi misi perusahaannya adalah membuat “Desa Karpet”.
“Maksudnya bukan hanya sekedar membuat karpet custom, ada suatu keunikan, dibutuhkan keterampilan seni, sebab karpet itu bukan hanya untuk lantai tapi banyak juga untuk kaligrafi seni bikin pemandangan bikin karikatur atau dan sebagainya dan jika ini kita bikin desain dengan khusus,” ujar Heru.
Heru mengatakan, eksistensi Desa Karpet juga dapat menjadi salah satu objek wisata, pengunjung bisa belajar membikin karpet.
“Insya Allah bisa menjadi salah satu daya tarik wisata, baik wisata lokal maupun wisata dari luar negeri, bisa juga sebagai sarana belajar siswa, keterampilan karpet ini ternyata luar biasa, bisa menjadi hasil karya seni,” katanya.
Menurut dia, pembentukan desa karpet juga untuk menciptakan industri desa yang berorientasi ekspor melalui pelatihan pembuatan karpet , tidak hanya menciptakan lapangan kerja namun juga membuka jalan bagi masa depan yang lebih baik.
Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Yandri Susanto menegaskan banyak potensi desa dan daerah tertinggal untuk menjadi desa-desa kreatif dan sentra-sentra pengrajin karpet handmade berorientasi ekspor.
“Dari kegiatan pelatihan merajut karpet handmade ini kita harapkan desa-desa kembali produktif, penuh dengan kegiatan ekonomi, selain ketahanan pangan, juga ada produk kreatif seperti merajut karpet handmade berorientasi eskspor," ujar Yandri.
Dengan demikian, penduduk desa tak perlu lagi cari kerja ke kota. ":Karena di desa-desa mereka sudah penuh dengan order atau pesanan karpet rajut handmade dari berbagai belahan dunia, inilah langkah awal dari kerjasama dengan HJ Karpet, semoga ke depannya bisa lebih banyak lagi desa-desa yang jadi sentra pengrajin karpet handmade berorientasi ekspor,” katanya.
Heru Purnomo yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Bidang Home Industri dan ekonomi kreatif di Himpunan Pengusaha Nahdliyin (DPP HPN) ini menyatakan kolaborasi dengan Kemendes adalah langkah nyata merealisasikan ekonomi kreatif berbasis home industri di desa-desa.
“Saya harap kolaborasi ini dapat menggerakkan roda ekonomi desa menjadi lebih baik dan berkualitas,” katanya. (tribunnews/fin)