Kenali penyebab gangguan skizofrenia, PAFI berikan informasi pengobatan
GH News March 20, 2025 04:09 PM
Jakarta (ANTARA) -- Skizofrenia adalah gangguan mental berat yang mempengaruhi tingkah laku, emosi, dan komunikasi. Penderita skizofrenia sering mengalami halusinasi, delusi, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi skizofrenia di Indonesia adalah 6,7 per 1.000 penduduk.
Ketua umum Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) Budi Djanu Purwanto mengatakan, gejala umum yang dialami oleh penderitanya seperti kesulitan membedakan antara kenyataan dan pikiran pada diri sendiri. Gangguan kesehatan mental ini juga dapat menyebabkan ketidakmampuan bersosialisasi dan kurangnya ekspresi emosi.
Budi melannjutkan, PAFI telah melakukan penelitian lanjut mengenai gejala serta penyebab gangguan skizofrenia. Berikut adalah beberapa jenis obat yang umum digunakan untuk mengurangi gejala gangguan skizofrenia dan membantu mengelola kondisi tersebut meliputi:
1. Obat antipsikotik tipikal
Obat antipsikotik tipikal telah digunakan selama beberapa dekade untuk mengobati gejala psikotik seperti halusinasi dan delusi. Beberapa obat yang akan diresepkan oleh apoteker meliputi haloperidol, chlorpromazine, fluphenazine. Obat-obat ini dapat mengurangi gejala psikotik atau gangguan mental berat yang menyebabkan seseorang memiliki pola pikir dan persepsi yang tidak wajar. Untuk dosisnya harus disesuaikan oleh apoteker.
2. Obat antipsikotik atipikal
Obat antipsikotik atipikal lebih modern dan memiliki efek samping yang lebih baik dibandingkan dengan obat tipikal. Obat ini tidak hanya efektif dalam mengurangi gejala psikotik, tetapi juga dapat membantu mengatasi gejala negatif seperti kurangnya motivasi dan ekspresi emosi. Apoteker akan meresepkan obat seperti risperidone, clozapine, olanzapine. Obat-obat ini dapat mengobati skizofrenia serta gangguan bipolar, dengan efek samping yang lebih rendah dibandingkan beberapa obat antipsikotik lainnya.
3. Terapi lainnya
Selain mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh apoteker, pengidap skizofrenia juga dapat melibatkan psikoterapi dan terapi non-farmakologi. Psikoterapi bertujuan untuk menghasilkan perubahan struktur kepribadian yang mendasar, penyesuaian diri, dan remediasi. Terapi non-farmakologi seperti meditasi, terapi musik, dan aromaterapi.
Pengobatan gangguan skizofrenia sering melibatkan kombinasi obat dan terapi, hal ini untuk mencapai hasil terbaik. Konsultasikan pada apoteker untuk dosis obat dan penggunaan sesuai dengan kebutuhan.
Budi melanjutkan, pihaknya akan terus berkomitmen dalam meningkatkan kemampuan anggota dan profesionalismenya. Selain itu, organisasi kesehatan ini membantu distribusi obat, penelitian, serta pengembangan teknologi farmasi.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.