TRIBUN-BALI.COM – Pemudik mulai memadati jalur menuju Pelabuhan Gilimanuk, Kabupaten Jembrana, Minggu (23/3). Momen arus mudik kali ini cukup berbeda dibandingkan tahun sebelumnya.
Jika biasanya mulai padat sejak H-3, kali ini justru lebih awal. Hal ini juga menandakan masyarakat mematuhi imbauan dari pemerintah soal mudik lebih awal. Kendaraan pun mulai memadati Pelabuhan Gilimanuk, kemarin.
Pemudik mengakui takut terjebak karena pelaksanaan hari raya berbarengan dengan momen Hari Raya Nyepi.
“Biasanya saya H-2 Lebaran baru mudik, sekarang lebih awal,” kata seorang pemudik, Marsito (40) saat ditemui di Terminal Kargo Gilimanuk, Kabupaten Jembrana, Minggu (23/3).
Marsito yang merupakan warga asal Malang, Jawa Timur ini mengakui alasannya mudik lebih awal agar tak terjebak macet. Sebab, momen arus mudik kali ini berbarengan dengan momen rangkaian Hari Raya Nyepi.
“Karena ada Hari Raya Nyepi, biar tidak terjebak macet saja,” ucap pria yang pulang kampung bersama anak dan istrinya ini.
Disinggung mengenai perjalanan di jalur nasional Jalan Raya Denpasar-Gilimanuk, Marsito mengakui untuk sementara ini masih landai lancar.
Namun, berdasarkan pengalamannya, ketika puncak arus mudik jalur nasional ini sangat ramai. “Saat saya di jalan tadi masih lancar. Mungkin malam hari baru mulai ramai,” jelasnya.
Sebanyak 13.614 unit kendaraan tercatat melalui Pelabuhan Gilimanuk menuju Pelabuhan Ketapang. Diprediksi, dalam 3 hari ke depan jumlah pemudik bakal terus meningkat.
Dari jumlah tersebut didominasi sepeda motor keluar Bali. Sementara itu, kawasan Terminal Kargo yang dijadikan sebagai areal buffer zone sudah mulai digunakan. Sebab fungsinya adalah untuk mencegah penumpukan di jalan raya.
Menurut data yang berhasil diperoleh, pada Jumat (21/3) kemarin tercatat ada 34.341 orang penumpang dalam kendaraan maupun pejalan kaki yang menyeberang dari Pelabuhan Gilimanuk menuju Pelabuhan Ketapang.
Dari jumlah tersebut, tercatat ada 4.736 unit kendaraan sepeda motor dan 3.196 kendaraan kecil (KK) yang menggunakan jasa pintu keluar Bali ini. Secara total, ada 10.502 unit kendaraan yang menyeberang dari Bali ke Jawa.
Pada Sabtu (22/3) kemarin tercatat peningkatan cukup signifikan dibanding hari hari sebelumnya yakni sebanyak 44.662 orang penumpang dalam kendaraan dan perjalanan kaki yang menyeberang dari Pelabuhan Gilimanuk.
Dari jumlah tersebut, tercatat ada 7.391 unit kendaraan sepeda motor dan 3.307 unit kendaraan kecil (KK) yang menggunakan jasa pintu keluar Bali ini.
Secara total, ada 13.614 unit kendaraan yang menyeberang dari Bali ke Jawa. “Sudah mulai terjadi antrean. Ini menjadi pertanda mudik lebih awal adalah langkah yang baik,” kata Manajer Usaha ASDP Pelabuhan Gilimanuk, Ryan Dewangga saat dikonfirmasi.
Dia menyebutkan, peningkatan tersebut terlihat pada kondisi kendaraan roda dua atau sepeda motor dan kendaraan pribadi (kendaraan kecil) sejak Jumat 21 Maret 2025 kemarin.
Pemudik terlihat lebih memanfaatkan situasi di malam hari. “Tapi yang paling mendominasi adalah kendaraan logistik,” sebutnya.
Ryan mengakui, secara prediksi awal kemungkinan peningkatan di angka 10-12 persen bakal mulai terjadi di Senin (24/3) mendatang.
Terlebih lagi saat ini, para siswa sekolah juga sudah mulai libur atau belajar mandiri di rumah masing-masing. Ryan menambahkan, pihaknya telah mengantisipasi lonjakan penumpang ini dengan menyiapkan armada kapal yang memadai dan mengoptimalkan layanan di pelabuhan.
“Kami berupaya semaksimal mungkin untuk memastikan kelancaran arus penyeberangan dan kenyamanan para pengguna jasa,” katanya.
Sementara itu, Kapolres Karangasem AKBP I Nengah Sadiartha mengimbau kepada para pemudik lebaran untuk melaksanakan perjalanan mudik sebelum tanggal 28 Maret 2025. Imbauan ini disampaikan sebagai upaya mengurangi kemacetan lalu lintas dan antrean di Pelabuhan Padangbai.
“Kami mengimbau kepada masyarakat yang akan melaksanakan mudik lebaran untuk berangkat sebelum tanggal 28 Maret 2025. Hal ini karena pada tanggal tersebut akan dilaksanakan Pengarakan ogoh-ogoh yang dipastikan akan menyebabkan kemacetan di seluruh ruas jalan,” ujar AKBP I Nengah Sadiartha, Minggu (23/3).
Pengarakan ogoh-ogoh merupakan tradisi budaya Bali yang dilaksanakan sehari sebelum hari raya Nyepi. Kegiatan tersebut melibatkan ribuan warga yang membawa ogoh-ogoh mengelilingi jalan-jalan di seluruh wilayah Bali, termasuk Karangasem. Lalu pada Sabtu (29/3), saat Hari Raya Nyepi seluruh pelayanan transportasi baik darat, laut, dan udara di Bali akan dituutup selama 24 jam.
AKBP Sadiartha menambahkan situasi di Pelabuhan Padangbai sebagai salah satu pintu keluar dari Bali menuju Lombok dan wilayah Indonesia Timur, diperkirakan akan mengalami peningkatan kepadatan menjelang hari raya Idul Fitri.
“Pelabuhan Padangbai diprediksi akan mengalami lonjakan penumpang dan kendaraan. Jika bertepatan dengan kegiatan pengarakan ogoh-ogoh, kemacetan tidak dapat dihindari,” tambahnya.
AKBP Sadiartha mengatakan untuk mengantisipasi hal tersebut, pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak ASDP dan Dinas Perhubungan untuk memaksimalkan pelayanan penyeberangan di Pelabuhan Padangbai sebelum tanggal 28 Maret 2025.
“Kami juga akan menambah personel untuk pengamanan dan pengaturan lalu lintas di jalur-jalur utama menuju Pelabuhan Padangbai. Selain itu, kami telah menyiapkan pos-pos pengamanan di beberapa titik strategis untuk membantu kelancaran arus mudik,” jelasnya.
AKBP Sadiartha berharap masyarakat dapat memahami dan mengikuti imbauan tersebut demi kelancaran dan kenyamanan perjalanan mudik. “Kami berharap semua pemudik dapat tiba di tujuan dengan selamat dan tepat waktu untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga,” kata dia. (mpa/mit)
Sementara itu, seluruh armada bus yang masuk ke Terminal Tipe A Mengwi, Kabupaten Badung dilakukan pengecekan secara menyeluruh atau dikenal dengan sebutan Ram Check. Pelaksanaan ram check sudah dilakukan sejak awal bulan Maret 2025 lalu hingga saat ini.
Dari hasil pengecekan yang dilakukan ternyata ada puluhan bus yang masuk di Terminal Mengwi yang belum lulus Ram Check. Kendati demikian puluhan bus itu pun diberi peringatan untuk melengkapi kekurangan. Hal itu pun dilakukan karena saat ini sudah merupakan momen mudik lebaran Idul Fitri 1446 H.
Sehingga masyarakat yang melaksanakan mudik menggunakan transportasi darat aman sampai tempat yang dituju.
Pengawas Terminal Tipe A Mengwi, Ardani Nirwesthi yang dikonfirmasi Minggu (23/3) tidak menampik hal tersebut. Pihaknya mengaku dalam sehari ada 10 sampai 15 bus dalam sehari yang dilakukan ram check.
“Iya kita lakukan Ram Check dari awal Maret sampai 24 Maret 2025. Hal itu dilakukan untuk mengecek studi kelayakan bus untuk beroprasi,” ujarnya.
Pihaknya mengaku ada beberapa bagian bus yang dilakukan pengecekan yakni mulai dari fasilitas bus, ban, riting, lampu, klakson, KIR, surat-surat dan yang lainnya.
Dalam sehari, pihak Terminal Mengwi melakukan Ram Check sebanyak 10 sampai 15 bus. “Bergantung permintaan juga. Bahkan ada bus pariwisata yang sengaja untuk dilakukan ram check di Terminal Mengwi. Bisa 10 sampai 15 bus per hari,” bebernya.
Disinggung apakah ada bus yang tak layak digunakan untuk angkutan lebaran? Pihaknya mengaku pihak terminal tidak langsung memutuskan tidak layak. Mengingat jika ada yang kurang akan diberikan surat peringatan.
“Kami berikan surat peringatan dulu. Sehingga apa yang kurang bisa segera diperbaiki,” ucapnya.
Labih lanjut, Ardani Nirwesthi saat ini kurang lebih ada 60 bus yang diberikan peringatan pasca dilaksanakan ram check. Hanya saja meski diberi peringatakan, semua bus itu tidak bisa dikatakan tidak layak.
“Tidak bisa kita katakan tidak layak. Kita beri peringatakan mungkin karena kaca pecah dan yang lainnya. Misalkan nanti diperbaiki kan jadi layak bus tersebut. Termasuk juga klakson mati misalnya, atau lampu rem mati, jika diperbaiki menjadi layak lagi,” imbuhnya.
Pihaknya mengaku rutin melakukan pengecekan dengan harapan pemudik aman melaksanakan mudik pada lebaran tahun 2025. Disinggung mengenai peningkatan jumlah penumpang, Ardani Nirwesthi belum berani memastikan namun dirinya mengakui sebelum nyepi akan terjadi lonjakan. (gus)