4 Kontroversi Film Adaptasi Snow White, Disebut “Terkutuk” Sejak Awal Produksi?
kumparanWOMAN March 24, 2025 10:49 PM
Film Snow White, adaptasi terbaru dari kartun Disney berjudul Snow White and the Seven Dwarfs, resmi dirilis pada Jumat (21/3). Sebagai adaptasi dari kartun Disney Princess pertama, film ini diharapkan mampu mengimajinasikan keajaiban dunia Disney ke dalam layar lebar. Namun, film ini justru dihadapkan dengan rentetan kontroversi sejak masa produksi.
Film ini dibintangi oleh aktris keturunan Kolombia, Rachel Zegler, sebagai Snow White (Putri Salju) dan aktris Israel, Gal Gadot, sebagai Evil Queen (Ratu Jahat). Snow White mengadaptasi kartun orisinal yang rilis pada 1937 silam, menceritakan kisah Snow White, putri belia yang diburu oleh Evil Queen akibat iri dengan kecantikannya.
Namun, cerita dongeng yang rilis 88 tahun lalu dinilai tidak lagi relevan dengan masa kini. Alur dalam salah satu film termahal Disney ini pun diubah untuk menyesuaikan dengan norma-norma abad ke-21.
Deretan perubahan terhadap cerita orisinal itu justru mengundang kritik keras dan kontroversi. Bahkan, media Inggris The Guardian menyebut film ini sudah “terkutuk” sejak awal produksi. Film ini juga dikabarkan hanya meraup pendapatan USD 87 juta (Rp 1,4 triliun) secara global sejak dirilis, jauh dari biaya produksi yang mencapai USD 270 juta (Rp 4,4 triliun).
Apa saja gemuruh yang mengikuti jalannya produksi hingga peluncuran film ini? Simak empat kontroversi film adaptasi Snow White yang telah kumparanWOMAN rangkum berikut ini, Ladies.

1. Kontroversi pemilihan Rachel Zegler sebagai Snow White

Film adaptasi "Snow White" oleh Disney yang dibintangi oleh Rachel Zegler dan Gal Gadot. Foto: Dok. Disney
zoom-in-whitePerbesar
Film adaptasi "Snow White" oleh Disney yang dibintangi oleh Rachel Zegler dan Gal Gadot. Foto: Dok. Disney
Pada 2021 lalu, Disney mengumumkan pemilihan Rachel Zegler untuk memerankan tokoh Putri Salju di film adaptasi Snow White. Namun sayangnya, kehadiran Rachel Zegler sebagai sang putri ikonis justru mengundang respons negatif yang cenderung rasis.
Rachel Zegler—yang merupakan perempuan keturunan Latin—tidak memiliki tampilan sebagaimana kartun orisinal Snow White dideskripsikan. Di kartun orisinal, tokoh Snow White digambarkan sebagai putri dari Jerman dengan kulit seputih salju. Isu yang sama juga terjadi di film adaptasi The Little Mermaid (2019), di mana tokoh putri duyung Ariel diperankan oleh Halle Bailey, aktris dan perempuan kulit hitam.
Kritik dan komentar penuh kebencian terus mengusik Rachel, yang akhirnya meminta orang-orang untuk tidak men-tag dirinya di media sosial dalam diskusi terkait ini.
“Banyak tindakan kasar terhadap saya yang dilakukan oleh kelompok masyarakat tertentu. Mereka mendatangi apartemen saya dan meneriakkan kata-kata kasar,” ucap Rachel kepada Cosmopolitan.

2. Kontroversi terkait karakter kurcaci

Cuplikan trailer film Snow White. Foto: YouTube/ Disney
zoom-in-whitePerbesar
Cuplikan trailer film Snow White. Foto: YouTube/ Disney
Karakter yang juga menjadi jantung dari kartun orisinal Snow White (1937) adalah tujuh kurcaci yang melindungi sang Putri Salju. Namun, pada 2022 lalu, aktor ternama Peter Dinklage mengkritik adaptasi film Snow White yang memiliki cerita soal kurcaci.
Peter, yang memiliki kondisi tubuh dwarfisme, menyebut adaptasi ini sebagai kemunduran. Sebab, karakter kurcaci ini bisa memunculkan representasi dwarfisme yang tidak tepat.
“Saya terkejut melihat Disney sangat bangga memilih aktris Latin sebagai Snow White. Namun, Anda tetap menceritakan kisah ‘Putri Salju dan Tujuh Kurcaci’. Di satu sisi Anda progresif, tetapi di sisi lain Anda masih membuat cerita terbelakang soal tujuh kurcaci yang tinggal di gua. Apa yang Anda lakukan? Apakah saya selama ini dianggap tidak melakukan apa-apa untuk melantangkan isu (soal dwarfisme) ini? Sepertinya saya masih kurang lantang,” kata Peter, dikutip dari The Guardian.
Merespons kritik tersebut, Disney awalnya mengatakan akan mengubah tokoh kurcaci menjadi “makhluk magis”. Namun, Disney akhirnya tetap memasukkan tokoh tujuh kurcaci yang dibuat dengan menggunakan CGI, tanpa aktor manusia asli.

3. Kontroversi komentar Rachel Zegler soal alur cerita orisinal

Film adaptasi "Snow White" oleh Disney yang dibintangi oleh Rachel Zegler dan Gal Gadot. Foto: Dok. Disney
zoom-in-whitePerbesar
Film adaptasi "Snow White" oleh Disney yang dibintangi oleh Rachel Zegler dan Gal Gadot. Foto: Dok. Disney
Dalam sebuah wawancara, Rachel menyebut bahwa alur cerita kartun orisinal Snow White sebagai “ketinggalan zaman” dalam konteks keperempuanan. Ia juga mengatakan, Snow White orisinal hanya berfokus pada kisah cinta dengan pangeran yang “menguntit” dia.
Snow White 1937 memang berfokus pada kisah cinta Snow White, di mana ia kabur ke hutan agar tidak dibunuh oleh Evil Queen yang iri akan kecantikannya. Snow White akhirnya meninggal usai memakan apel beracun dari sang Ratu, tetapi dihidupkan kembali usai dikecup oleh si Pangeran.
Rachel mengatakan, cerita Snow White di film adaptasi telah diubah ke dalam cerita yang lebih modern, yakni soal perjalanan sang putri muda menemukan jati dirinya dan menjadi pemimpin yang adil. Lagu ikonis kartun Snow White, Someday My Prince Will Come (Suatu Hari Pangeranku Akan Datang), juga dihilangkan dari film.
“Dia (Snow White) tidak akan diselamatkan oleh pangeran dan dia tidak akan bermimpi soal cinta sejati. Dia bermimpi menjadi sosok pemimpin baik, yang menurut ayahnya akan tercapai jika ia mampu menjadi pemberani, adil, tak kenal takut, dan tulus,” kata Rachel dalam acara jumpa fans D23 Disney pada 2022 lalu.
Para kritik pun mengecam komentar Rachel dan menyebutnya terlalu woke, alias terlalu berlebihan dalam konteks memperjuangkan kesetaraan gender dan perempuan.

4. Kontroversi Rachel yang pro-Palestina dan Gal Gadot si pendukung Israel

Film adaptasi "Snow White" oleh Disney yang dibintangi oleh Rachel Zegler dan Gal Gadot. Foto: Dok. Disney
zoom-in-whitePerbesar
Film adaptasi "Snow White" oleh Disney yang dibintangi oleh Rachel Zegler dan Gal Gadot. Foto: Dok. Disney
Dua pemeran utama film ini memiliki pandangan yang sepenuhnya berbeda soal konflik Israel dan Palestina. Rachel sangat lantang menyuarakan dukungannya terhadap Palestina dan mengatakan, ia sudah lama mendalami soal isu ini.
Sementara itu, Gal Gadot merupakan pendukung Israel dan pernah bergabung dengan angkatan senjata Israel (Israel Defense Forces). Seruan boikot terus bergaung karena keterlibatan Gal Gadot dalam film ini.
Seorang sumber mengatakan, meskipun beradu akting bersama, Rachel dan Gal Gadot tidak berteman.
“Gal merasa kesal dengan drama yang mengelilingi film ini. Dia senang akting. Dia baik-baik saja dengan Rachel, tetapi mereka tidak berteman. Mereka tidak punya kesamaan. Mereka hanya sebatas bekerja bersama,” ucap sumber tersebut, dilansir Entertainment Weekly.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.