TIMESINDONESIA, JEMBER – Stigma perempuan yang kerap kali kita dengar hingga hari ini adalah, bahwa perempuan kurang dalam kemampuan berpikir logis dibandingkan dengan laki-laki. Steorytipe tersebut kembali memanas didunia maya ketika terdapat seorang buzzer mengatakan bahwa perempuan tidak mampu membahas hal-hal berat seperti politik, hukum, sosial dan lingkungan.
Hal ini tentu menggiring steorytipe perempuan yang katanya cenderung lebih emosional dan jarang menggunakan logika karena kemampuan berpikir logis dan kritis hanya dimiliki oleh laki-laki. Kondisi ini pula yang sering membawa perempuan terhadap tindakan kekerasan, pelecehan seksual, subordinasi, dan tindakan kriminil lainnya.
Namun, apakah klise tersebut patut dibenarkan? Apakah selama ini kedudukan perempuan tidak membawa perubahan dan kontribusi yang signifikan terhadap proses dinamika sosial dan peradaban? Atau statment demikian hanya bunyi pelabelan yang dihadirkan untuk merangkap perempuan agar tidak dapat berkembang?
Maka penting untuk diketahui bahwa peranan perempuan dalam perjalanan perkembangan ilmu pengetahuan dan sains. Tak sampai itu, terdapat banyak sekali tokoh ilmuwan perempuan yang juga turut menghadirkan sumbangsih keilmuan dan kemajuan peradaban yang mungkin hingga hari ini belum pernah dilirik dan di internalisasi dalam konstruk masyarakat.
Selain itu, jika kita mau mengeskplore lebih luas terkait pengetahun dari ilmuwan hebat perempuan dapat menjadikan diri kita lebih berdaya, progresif dan dinamis dalam menjalani alur kehidupan.
Melacak Perempuan Progresif dalam Pemikiran dan Peradaban
Disepanjang zaman, sejumlah perempuan telah mengungkapkan pemikirannya tentang persoalan persoalan yang berkaitan dengan status sosial, hukum, hak hak politik dan ekonomi dalam membangun perubahan sosial masyarakat. Perempuan mengekspresikan diri melalui berbagai macam cara yang meliputi tulisan, kajian kajian, karya sastra, otobiografi dan wawancara eksklusif.
Selain itu, cara menakar dan mengelola kemampuan mereka juga dikembangkan dalam keaktifan berorganisasi, klub, konferensi, dan pertemuan internasional. Oleh karena itu mengkaji perubahan dan peradaban tanpa memasukkan pemikiran perempuan merupakan sebuah kekeliruan dan ketidasempurnaan.
Dengan mengutip perkataan dari bapak Pramoedya Ananta Toer bahwa " Seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi perbuatan " Kalimat tersebut sangat sesuai dengan konsep keadilan yang bersifat intersubjektivitas termasuk perempuan sebagaimana dapat membentuk pemahaman kolektif dalam mewujudkan kebebasan berpikir di tengah masyarakat.
Gambaran yang jelas tentang kontribusi pemikiran perempuan dalam perkembangan ilmu pengetahuan di era klasik yaitu seorang filsuf perempuab bernama Hypatia, ia merupakan seorang perempuan kelahiran di era Mesir klasik.
Selama hidup ia selalu mengabdikan dirinya pada ilmu pengetahuan dan merupakan bagian dari sejarah perkembangan ilmu pengetahuan. Terlihat dari ruang akademisinya yang merupakan sosok seorang ahli astronomi, ahli matematika dan filsuf yang beraliran neoplatonis.
Berbeda dengan paradigma perempuan secara umum pada masa kini, di zaman Mesir klasik peran wanita sangat dihargai, terbukti dengan aktifitas Hypatia yang dapat berkarya dengan bebas sehingga membuat namanya harum hingga seluruh Alexandria.
Menelisik keseharian Hypatia ialah menjadi guru dalam berbagai bidang disekolah dengan aliran filsafat platonis, bahkan menurut Socrates berbagai kalangan banyak yang datang dari tempat jauh hanya mengikuti kelasnya.
Pemikirannya kebanyakan ditujukan dalam bidang astronomi Ptolemy dan Euclid’s Elements. Dari hal inilah Hypatia menjadi simbol perempuan dan tokoh intelektual yang berdiri melawan prasangka kebodohan.
Ada lagi, seorang tokoh cedekiawan perempuan yakni Aisyah 'Abd Ar Rahman, seorang perempuan progresif kelahiran Dimyath, Mesir, beliau merupakan seorang profesor bahasa Arab dan sastra di Universitas 'Ain Asy Syam Mesir, Umm Durman Islamic University dan Universitas Qarawiyyin Maroko.
Selain berkutat diruang akademik, beliau juga seorang penulis dengan hasil karyanya yang lebih dari enam puluh buku serta ratusan artikel yang berkaitan dengan bahasa, sastra Arab, penafsiran Al Qur'an dan persoalan persoalan publik dari sudut pandang IsIam. Dalam seluruh karyanya, dia menunjukkan pendekatan yang independen dan kritis dengan kecenderungan konservatif yang kuat.
Pemahamannya tentang status perempuan dalam masyarakat, terbatas pada apa yang dipahaminya sebagai nilai Islam yang benar, yang didasarkan pada Al Qur'an dan Hadis. Dia menekankan perempuan dari segi kesantunan, kesederhanaan, independensi ekonomi maupun intelektual.
Pembebasan perempuan menurut Aisyah Abd ar Rahman haruslah dengan cara membebaskan mereka dari kebodohan, oleh karena itu pendidikan merupakan gerbang pembebasan perempuan, dan khususnya dalam persoalan yang berkaitan dengan Islam.
Aisyah Abd ar Rahman tidak terlibat dalam partai politik, tetapi dia memiliki pendirian yang tegas dalam persoalan politik dan secara berani mengungkapkan pendapatnya dalam artikel diterbitkan di koran dan buku, hal ini dilihat dari cara beliau dalam mengkritik Presiden Sadat di Mesir karena telah merampas kebebasan pers.
Selain itu, gambaran dari tokoh pahlawan perempuan hebat dalam sejarah Indonesia adalah RA Kartini Atau juga disebut Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat, beliau merupakan sosok pahlawan Indonesia yang gigih memperjuangkan hak-hak perempuan. Cita-cita luhur Kartini ingin menghapuskan penderitaan perempuan yang terkungkung dalam tembok tradisi dan adat-istiadat masyarakat feodal-patriarkal Jawa.
Beberapa tokoh cendikiawan lainnya seperti bapak Pram menyebut Kartini sebagai tokoh emansipatoris, hal ini disebabkan karena Kartini adalah orang pertama dalam sejarah bangsa Indonesia yang menutup zaman tengah atau zaman feodalisme.
Segala pemikiran Kartini tertuang dalam bukunya yang berjudul " Habis gelap terbitlah terang ", yang tak lain sebuah buku dari kumpulan surat-surat yang dikirimkan ke sababat penanya mengemukakan pemikiran-pemikirannya dalam mendobrak tradisi feodal-patriarkal yang menghambat kemajuan kaum perempuan.
Keinginan perempuan berkelahiran di Jepara tersebut terhadap peranan perempuan yakni agar mereka memiliki masa depan yang lebih maju, bebas, cemerlang, dan merdeka. Oleh karena itu ia menganggap pendidikan merupakan jalur mutlak yang diperlukan demi mengangkat derajat perempuan dan martabat bangsa Indonesia. Baginya, pengajaran kepada perempuan secara tidak langsung akan meningkatkan martabat bangsa.
Sebenarnya masih banyak lagi tokoh emansipatoris perempuan yang harus kita ketahui dan patut kita contoh seperti Sayyidah Aisyah Ra yang banyak memberikan kontribusi pengetahuan dalam periwayatan Hadist Nabi, Fatimah Al Fihri pendiri Universitas Pertama di Dunia, Zainab Al Ghazali sebagai aktivis Muslim yang terus menyuarakan hak hak perempuan, Nawal El Sadawi penulis literasi gender yang kuat dan berani dalam melawan bentuk patriarkis, kemudian Vandana Shifa Tokoh ekofeminisme yang memiliki perspektif pentingnya relasi antara perempuan dan alam.
Dari dedikasi yang dapat diambil dari kisah para ilmuwan perempuan tersebut, mengindikasikan bahwa dalam perkembangan ilmu pengetahuan di Era Klasik hingga kontemporer, perempuan juga memiliki peran yang sangat signifikan dan tak kalah pentingnya.
Mereka juga mampu bersaing dengan ilmuwan-ilmuwan mahsyur yang kita kenal dan dituliskan dalam banyak buku pengetahuan saat ini yang bisa kita nikmati serta harus mampu menginternalisasikan dalam kehidupan nyata.
Perempuan dan Sains dalam Mencari Kesejahteraan
Berbagai kegiatan dalam menyokong kehidupan masyarakat membutuhkan keterampilan yang diperoleh melalui pengetahuan, sehingga perkembangan ilmu untuk menunjang kemajuan teknologi dan kelancaran komunikasi adalah hal yang vital bagi suatu peradaban. Ilmu pengetahuan disinyalir sebagai alat untuk memberikan kesejahteraan bagi manusia.
Analisis data perbandingan gender pada "Top 2% Scientist Worldwide" dari Stanford University dan Elsevier tahun 2023 dalam kategori single-year impact mengungkap dominasi ilmuwan adalah laki laki. Meskipun demikian bukan berarti perempuan tidak mampu berpikir logis kritis dan dianggap selalu mengedepankan emosional.
Perlu diketahui kesimpulan bahwa laki-laki lebih unggul dari perempuan dalam perkembangan ilmu bukan karena dari segi biologis mereka, akan tetapi kultur dan sosial-budaya masyarakat yang membentuk hal tersebut.
Selain itu budaya patriarki yang mengakar, juga mempersempit gerak perempuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, disamping untuk terus melawan ketidakadilan gender, seorang perempuan harus terus berlatih kemampuannya untuk memenuhi hak hak manusia terutama hak mengeluarkan pendapat atau bersuara, dari hal ini ilmu pengetahuan selain sebagai kebutuhan praktis kehidupan sosial juga sebagai alat melawan tindak kekerasan.
Selain itu kehidupan bernegara tidak serta merta hanya digerakkan oleh kaum laki laki, perlu partisipasi perempuan dalam membangun negara yang lebih baik sebagaimana mengutip pernyataan Bapak Ir. Soekarno yang tertuai dalam karyanya berjudul Sarinah bahwa perempuan dan laki laki merupakan satu kesatuan yang utuh didalam segala aspek kehidupan, peranan perempuan tidak serta merta dianggap tidak berguna atau disepelekan karena setiap perorangan mempunyai kelebihan masing masing sesuai dengan bidang yang dikuasainya.
Sangat penting sebagai perempuan dalam berpikir progresif untuk membuka pintu masa depan yang sukses. Dengan cara berpikir yang terbuka dan kritis terhadap polemik negara baik hukum, sosial, budaya dan lingkungan maka perempuan juga mampu membawa perubahan, inovasi yang kuat, dan dapat menciptakan kemajuan yang berkelanjutan.
***
*) Oleh : Novia Ulfa Isnaini, Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora UIN KH Ahmad Shiddiq Jember.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.