Sudah Defisit Kalori Tapi Berat Badan Masih Susah Turun? Mungkin Gegara Ini
GH News March 30, 2025 06:04 AM

Defisit kalori sering dianggap sebagai metode utama untuk menurunkan berat badan. Cara ini dilakukan dengan mengonsumsi lebih sedikit kalori daripada yang dibutuhkan tubuh untuk beraktivitas sehari-hari.

Namun, pendekatan ini tidak selalu efektif bagi semua orang. Berbagai faktor seperti usia, tingkat aktivitas fisik, komposisi tubuh, dan laju metabolisme individu dapat mempengaruhi keberhasilan program penurunan berat badan.

Dikutip dari The Sun, ahli gizi Sophie Trotman menjelaskan beberapa faktor dapat memperlambat penurunan berat badan, termasuk konsumsi kalori 'tersembunyi atau tidak disadari, gaya hidup yang kurang mendukung, serta berkaitan dengan metabolisme.

1. Kalori 'Tersembunyi'

Beberapa orang mungkin masih mengabaikan asupan kalori yang berasal dari saus, minuman, atau bahkan camilan sehat. Meskipun jumlahnya tampak kecil, konsumsi berlebihan dapat mengganggu efektivitas defisit kalori dan menghambat proses penurunan berat badan.

"Agar tetap pada jalur yang benar, gunakan buku harian makanan atau aplikasi untuk mencatat semuanya, termasuk bumbu dan minuman, sehingga tidak ada kalori yang tidak diperhatikan," ujar Sophie.

2. Salah Perhitungan Porsi

Ukuran porsi bisa menipu. Makanan yang tampak sedikit belum tentu rendah kalori. Kesalahan dalam memperkirakan jumlah kalori dapat mengacaukan defisit kalori dan menghambat penurunan berat badan.

"Atasi hal ini dengan menggunakan alat ukur atau timbangan digital untuk menjaga porsi Anda tetap akurat. Atau pertimbangkan layanan persiapan makanan siap saji untuk membantu Anda mencapai sasaran kalori dengan lebih efektif," jelasnya.

3. Perubahan Metabolisme

Sophie menjelaskan proses metabolisme dapat melambat seiring waktu, khususnya pada orang yang menjalani defisit kalori. Studi menunjukkan bahwa seseorang yang berat badannya turun juga mengalami penurunan resting metabolic rate (RMR).

RMR adalah jumlah kalori yang dibakar tubuh saat istirahat untuk menjalankan fungsi vital organ.

"Untuk mendukung metabolisme, coba tambahkan dengan latihan kekuatan untuk membangun otot, karena jaringan otot membakar lebih banyak kalori daripada lemak, bahkan saat istirahat," sambungnya.

4. Stres

Stres yang berlebihan dapat meningkatkan hormon kortisol yang memicu penambahan berat badan. Sophie menyebut hormon kortisol yang tinggi meningkatkan keinginan untuk makan makanan tinggi kalori.

Oleh karena itu, ia menyarankan masyarakat untuk melatih manajemen stres melalui latihan pernapasan hingga yoga.

"Tingkat kortisol yang tinggi meningkatkan keinginan untuk makan makanan berlemak tinggi dan bergula tinggi, seperti kue, cokelat, dan keripik, sehingga lebih sulit mempertahankan defisit kalori," katanya.

5. Kualitas Tidur Buruk

Kurang tidur dapat mengganggu keseimbangan hormon pengatur rasa lapar seperti leptin dan ghrelin. Ini memicu keinginan makan berlebih keesokan harinya.

"Faktanya, peserta yang tidur 5,5 jam per malam mengalami lebih banyak retensi lemak dan peningkatan keinginan dibandingkan dengan mereka yang tidur 8,5 jam," jelasnya.

6. Kebanyakan Makan Setelah Olahraga

Tak sedikit orang balas dendam makan banyak setelah berolahraga. Hal ini dapat menyebabkan makan berlebihan yang tidak disengaja.

"Hindari hal ini dengan mengonsumsi camilan seimbang setelah berolahraga dan perhatikan ukuran porsi makanan utama Anda agar Anda tetap pada jalur yang benar," tandanya.




© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.