TIMESINDONESIA, MALANG – Makam Ki Ageng Gribig menjadi salah satu destinasi wisata religi yang banyak dikunjungi peziarah dari berbagai daerah. Terletak di Jl. Ki Ageng Gribig No. III, Kelurahan Madyopuro, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, makam ini menyimpan sejarah panjang penyebaran Islam di tanah Jawa.
Ki Ageng Gribig, yang memiliki nama asli Raden Saleh, merupakan keturunan langsung dari Kesultanan Mataram Islam. Sebelum kedatangannya, masyarakat Kota Malang umumnya memeluk agama Hindu. Namun, dengan kesabaran dan pendekatan yang bijaksana, beliau berhasil menyebarkan ajaran Islam, terutama di daerah Kedungkandang, tepatnya di Desa Gribig.
Pohon Nagasari tertua yang hanya ada di area pemakaman Ki Ageng Gribig.
Sebagai bagian dari dakwahnya, Ki Ageng Gribig mendirikan pesantren yang menjadi pusat pembelajaran Islam. Masyarakat menyambut baik keberadaan pesantren ini, termasuk salah satu muridnya yang kemudian menjadi tokoh penting dalam sejarah Malang, yakni Raden Adipati Notodingrat I, Bupati pertama Kabupaten Malang (1819-1839).
Kompleks makam ini tidak hanya menjadi tempat peristirahatan terakhir Ki Ageng Gribig, tetapi juga Raden Adipati Notodingrat II beserta 26 kerabat dekat dan 6 kerabat jauh. Selain itu, makam Bupati Malang III, Raden Ario Tumenggung Notodiningrat III, juga berada di area ini, bersama 36 kerabat terdekatnya.
Juru kunci makam, Bambang Siswanto, menyatakan bahwa peninggalan Ki Ageng Gribig masih terjaga dengan baik, termasuk beberapa pusaka yang hanya boleh dipegang oleh orang-orang tertentu. Salah satu bukti peninggalan yang masih terawat adalah nisan asli yang terbuat dari pahatan batu.
"Pusaka-pusaka itu jelas masih ada, hanya orang-orang tertentu yang boleh memegangnya. Selain itu, nisan peninggalan dari era Mbah masih banyak yang asli," ujar Bambang.
Area Makam Ki Ageng Gribig Beserta Istrinya.
Pemerintah Kota Malang kini memberikan perhatian khusus terhadap kompleks makam ini. Sejak dua tahun lalu, area ini telah masuk dalam kategori cagar budaya dan wisata religi, sehingga peringatan haul Ki Ageng Gribig kini diadakan di dalam kompleks makam, berbeda dengan sebelumnya yang hanya dilakukan di desa sebelah.
Selain nilai sejarah dan spiritualnya, kompleks makam ini dikenal asri dan nyaman, dengan banyaknya pepohonan rindang. Salah satu yang paling terkenal adalah Pohon Nagasari tertua, yang diyakini merupakan pohon pertama yang ditanam langsung oleh Ki Ageng Gribig.
Bagi wisatawan yang tertarik dengan wisata religi dan sejarah, Makam Ki Ageng Gribig menawarkan pengalaman yang mendalam. Tidak hanya sebagai tempat ziarah, tetapi juga sebagai lokasi edukasi yang menggabungkan nilai spiritual, sejarah, dan keindahan alam dalam satu tempat. (*)