Netanyahu ke AS, Rumahnya di Yerusalem Diserbu Massa
Bobby Wiratama April 07, 2025 05:34 PM

TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, tiba di Washington DC pada Minggu malam (6/4/2025) waktu setempat.

Ia dijadwalkan menjalani serangkaian pertemuan dengan Presiden AS, Donald Trump, dan pejabat tinggi lainnya selama dua hari ke depan, mengutip The Times of Israel.

Pertemuan ini akan berfokus pada perang di Jalur Gaza serta kebijakan tarif baru yang diterapkan Trump, di mana barang-barang asal Israel dikenakan tarif impor sebesar 17 persen.

Kantor Netanyahu juga menyampaikan bahwa hubungan Israel-Turki, ancaman dari Iran, serta konfrontasi dengan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) turut menjadi agenda pembahasan.

Netanyahu berangkat ke Washington dari Budapest, Hungaria, pada Minggu, kurang dari 24 jam setelah kunjungan tersebut diumumkan.

Massa Kerumuni Rumah Netanyahu di Yerusalem

Sementara itu, keluarga para sandera dan para pendukung mereka melakukan aksi unjuk rasa di depan kediaman Netanyahu di Yerusalem pada Senin (7/4/2025), menurut laporan The Times of Israel.

Para aktivis membawa foto-foto 59 sandera yang masih ditawan di Jalur Gaza.

Erez Adar, yang keluarganya tewas pada 7 Oktober, mendesak sang perdana menteri untuk segera mencapai kesepakatan demi membebaskan semua sandera sekaligus.

“Ini adalah isu paling penting saat ini. Kita harus memulangkan semua orang — mereka yang masih hidup agar dapat direhabilitasi, dan mereka yang telah meninggal agar dapat dimakamkan — supaya kita memiliki masa depan yang lebih baik di sini,” ujarnya.

Aktivis lain, Gil Dickmann, memperingatkan bahwa para sandera yang masih hidup berada dalam bahaya jika tidak segera ada tindakan konkret untuk membebaskan mereka.

“Presiden Trump — tolong. Sudah satu setengah tahun. Hanya ada satu kata yang layak diteriakkan sekarang: cukup. Cukup dengan mimpi buruk ini,” tegasnya.

Aksi serupa juga dilaporkan berlangsung di kediaman beberapa menteri kabinet lainnya.

Kelanjutan Gencatan Senjata

Sementara itu, Mesir mengusulkan gencatan senjata baru dan kesepakatan pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas, serta kelompok Palestina lainnya di Jalur Gaza, sebagaimana dilaporkan media Israel pada Jumat (4/4/2025).

Ini merupakan usulan terbaru dari Mesir sejak Israel melanjutkan serangan di wilayah tersebut pada pertengahan Maret, yang memutus gencatan senjata dua bulan sebelumnya dan menyebabkan lebih dari 1.000 korban jiwa.

Menurut laporan media Israel Kan, Kairo, yang sebelumnya menjadi mediator utama dalam negosiasi antara Israel dan Hamas, mengajukan usulan "untuk menjembatani kesenjangan antara Israel dan Hamas."

Laporan tersebut menyebutkan bahwa usulan baru ini diajukan dalam 24 jam terakhir guna mencapai titik temu antara kedua pihak.

Kan tidak mengungkapkan rincian atau ketentuan spesifik dari proposal Mesir, namun menekankan bahwa isi proposal itu hampir sejalan dengan tawaran sebelumnya dari Mesir dan Qatar, yang mencakup pembebasan lima tawanan Israel yang masih hidup serta usulan Israel agar Hamas membebaskan 11 tawanan yang saat ini ditahan di Gaza.

Di sisi lain, Reuters mengutip sumber Palestina yang menyebutkan pada Jumat bahwa upaya untuk melanjutkan negosiasi, yang dimediasi oleh Mesir dan Qatar, telah terhenti.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.