TRIBUNNEWS.COM - Wakil Presiden Bidang Urusan Parlemen, Shahram Dabiri terjerat kontroversi yang berujung pemecatan dirinya.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian memecat Dabiri pada Sabtu (5/4/2025).
Pencopotan Dabiri dari jabatannya terjadi setelah kontroversi mencuat terkait liburan mewahnya ke Antartika bersama sang istri.
Kebijakan tegas ini diambil di tengah kondisi ekonomi Iran yang terpuruk akibat hiperinflasi, melemahnya mata uang nasional, dan sanksi internasional.
Dikutip dari IRNA, perjalanan itu sebenarnya dilakukan sebelum Dabiri menjabat sebagai pejabat negara.
Foto-foto dirinya dan sang istri yang sedang berpose di depan kapal ekspedisi MV Plancius saat liburan Nowruz menyebar luas di media sosial dan memicu kemarahan publik.
Kantor Presiden Iran menyebut tindakan Dabiri “tak bisa dibenarkan dan tidak dapat diterima mengingat tantangan ekonomi serius” yang dihadapi rakyat Iran.
Pezeshkian menyatakan meski perjalanan tersebut menggunakan dana pribadi, tindakan tersebut tetap mencerminkan gaya hidup yang tidak sesuai dengan prinsip kesederhanaan.
“Dalam pemerintahan yang berusaha mengikuti nilai-nilai Imam Syiah pertama (Imam Ali), dan di tengah tekanan ekonomi yang signifikan terhadap rakyat kita, perjalanan mewah pejabat pemerintah, bahkan ketika dibiayai secara pribadi, tak dapat dipertahankan,” tegas Pezeshkian, dikutip dari BBC.
Ekspedisi ke Antartika menggunakan kapal MV Plancius dilaporkan menelan biaya sekitar USD 6.685 atau setara Rp110 juta.
Belum diketahui paket perjalanan spesifik yang diambil Dabiri maupun rute dan moda transportasi dari Iran ke lokasi keberangkatan kapal.
Salah satu opsi yang umum adalah melalui kota Ushuaia di Argentina, titik paling selatan benua Amerika yang berjarak lebih dari 3.000 kilometer dari Buenos Aires, menurut laporan BBC dan CNBC.
Liburan ke Antartika sendiri tergolong eksklusif.
Biasanya hanya dilakukan oleh ilmuwan atau penjelajah profesional, bukan pejabat publik, apalagi di tengah kesulitan ekonomi nasional.
Iran saat ini menghadapi tekanan ekonomi yang berat.
Situasi Teheran diperparah oleh sanksi dari Barat karena dukungan negara tersebut terhadap kelompok-kelompok seperti Hamas dan Hizbullah.
Sebagaimana yang diketahui, dua kelompok tersebut diklasifikasikan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Eropa.
Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), tingkat pengangguran Iran pada Oktober 2024 mencapai 8,4 persen, sementara inflasi tahunan tercatat sebesar 29,5 persen.
Dalam kampanyenya tahun lalu, Pezeshkian berjanji untuk memperbaiki kondisi ekonomi Iran dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Langkah pemecatan ini tampaknya menjadi salah satu cara dirinya menjaga kredibilitas pemerintahan di mata publik.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)