Artikel ini akan menjawab bagaimana corak agama yang dianut di Kerajaan Tarumanegara, semoga bermanfaat.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Kerajaan Tarumanegara memang kerajaan bercorak Hindu Buddha. Tapi sebenarnya, bagaimana corak agama yang dianut di Kerajaan Tarumanegara?
Maujud dari abad ke-4 hingga abad ke-4 Masehi, Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan Hindu yang didirikan oleh Maharesi Jayasingawarman. Lokasinya di tepi Sungai Citarum. Diperkirakan berada di wilayah Bekasi sekarang.
Masa kejayaan Kerajaan Tarumengara di bawah kekuasaan Raja Purnawarman, bertakhta dari 395 hingga 434 Masehi. Lalu bagaimana corak agama yang dianut oleh kerajaan ini?
Mengutip Kompas.com,corak agama Kerajaan Tarumanegara adalah Hindu Wisnu. Seperti apa corak Hindu Wisnu itu?
Kepercayaan yang dianut oleh warga Kerajaan Tarumanegara sama dengan corak agama kerajaan tersebut, yakni Hindu Wisnu. Dalam ajaran agama Hindu, Wisnu adalah dewa yang bergelar shtiti (pemelihara) yang bertugas untuk memelihara dan melindungi segala ciptaan Brahman (Tuhan Yang Maha Esa).
Dalam ilmu ajaran Hindu, Wisnu dipandang sebagai roh suci sekaligus dewa tertinggi, sehingga sangat dihormati oleh umat Hindu. Sosoknya digambarkan seperti dewa berkulit hitam-kebiruan, memiliki sakti Dewi Sri, bersenjata cakra, dan berwahana Burung Garuda.
Pasalnya, Dewa Wisnu akan turun ke dunia apabila kejahatan telah merajalela. Adapun bukti bahwa Kerajaan Tarumanegara bercorak agama Hindu Wisnu dapat dilihat dari benda-benda peninggalan bersejarah Kerajaan Tarumanegara.
Di antaranya adalah prasasti:
- Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun adalah peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang ditemukan pada masa penjajahan Belanda, tepatnya tahun 1863. Prasasti Ciaruteun berukuran 200 cm x 150 cm, yang terdiri dari empat baris dan ditulis dalam bentuk puisi India.
Adapun isi dari Prasasti Ciaruteun adalah terdapat sebuah lukisan tapak kaki raja seperti kaki Wisnu, dewa tertinggi dalam agama Hindu. Cap telapak kaki tersebut melambangkan kekuasaan Raja Purnawarman, raja di negeri Taruma.
Lebih lanjut, pesannya juga menegaskan bahwa kedudukan sang raja Kerajaan Tarumanegara diibaratkan seperti Dewa Wisnu, yakni sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyatnya.
- Prasasti Kebon Kopi
Prasasti Kebon Kopi disebut juga Prasasti Tapak Gajah karena di permukaannya terdapat pahatan tapak kaki gajah. Isi dari prasasti ini adalah cerita mengenai gajah yang ditunggangi oleh Raja Purnawarman, pemimpin Kerajaan Tarumanegara.
Tertulis dalam Prasasti Kebon Kopi:
"Di sini tampak sepasang tapak kaki ... yang seperti (tapak kaki) Airawata, gajah penguasa Taruma (yang) agung dalam ... dan (?) kejayaan."
Ia ditulis menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Sansekerta.
Menurut catatan sejarah, Prasasti Kebon Kopi ditemukan pada abad ke-19, ketika sedang dilakukan penebangan hutan untuk membuat lahan perkebunan kopi.
Bagaimana kedudukan Dewa Wisnu dalam Agama Hindu?
Dalam abstrak "Kedudukan Dewa Wisnu dalam Agama Hindu pada Masa Jawa Kuna Abad x-XVI Masehi" oleh Mokhammad Kutfi Fauzi dan Hariani Santiko, tayang di Lib.ui.ac.id, disebutkan bahwa Dewa Wisnu telah muncul dalam kebudayaan India sejak zaman Veda (Weda), "Seperti yang dinyalakan di dalam syair-syair (saiithita) Veda meskipun kedudukannya masih rendah, setara dengan kelompok Dewa Aditya," tulis mereka.
Keduanya juga menyebut bahwa kepercayaan terhadap sifat-sifat Dewa Wisnu ketika itu tumpang tindih dengandewa-dewa lainnya.
Sebagai contoh: Dewa Wisnu dipercayai memiliki sifat-sifat Dewa Surya dan Indra. Sifat Dewa Surya pada Dewa Wisnu dipersonifikasikan dengan energi matahari yang menyinari dunia dan telah mengunjungi tujuh bagian dunia, serta mengedari dunia dengan tiga langkahnya (irivikrama).
Karena itulah Dewa Wisnu dianggapsebagai penakluk seluruh alam semesta dan dianggap sebagai dewa perang yang gagah berani di mana sifat itu disebut sebagai "pemberian" dari Dewa Indra.
Karena itulahkepercayaan terhadap Wisnu yang menjalankan triwikrasna menjadikannya terkenal hingga masa Hinduisme, karena dianggap melindungi manusia dari bahaya dan menaklukkan seluruh alam semesta baik di darat, air maupun angkasa.
Dalam konsep Trimurti (Siwa, Brahma, Wisnu), kedudukan Dewa Wisnu sebagai perwujudan Brahma yangmenyandang aspek pemelihara (sthiti), Dewa Siwa menyandang aspek perusak dan Dewa Brahma menyandang aspek pencipta.
Di antara ketiga dewa tersebut yang seringkali dipuja sebagai dewa tertinggi oleh penganutnya adalah Dewa Siwa dan Dewa Wisnu, sedangkan Dewa Brahma tidak banyak dijumpai.
Masih dari sumber yang sama, tradisi pemujaan terhadap Dewa Wisnu di India telah muncul sejak abad ke-2 SM dan berpengaruh besar di India selatan pada abad ke-11 Masehi. Bagi penganut Hindu Wisnu atau Waisnawa, Dewa Wisnu ditempatkan sebagai dewa tertinggi, sedangkan keberadaan dewa-dewa lainnya dipandang sebagai aspek-Nya.
Karena itukah penganut Hindu Wisnu tidakmenolak keberadaan Dewa Siwa dan Dewa Brahma. Namun, kepercayaan terhadap kedua dewa tersebut dipandang sebagai aspek dari Wisnu.